Waktu SMA, mau nonton film harus bareng-bareng, makan di kantin atau di luar sekolah juga bareng-bareng, sampai-sampai ke toilet aja harus minimal berdua! Eh, tapi kok makin ke sini rasanya sungkan mau mengajak teman untuk sekadar ngopi bareng, ya?
Apakah kamu juga mengalami hal yang sama dan itu terjadi sejak usiamu lepas 20 tahun?
Percaya deh. Setiap kali pertanyaan, "Apa cuma aku yang...?" muncul di pikiranmu, jawabannya adalah: gak, kamu gak sendirian. Termasuk soal merenggangnya hubungan pertemanan yang dulunya sedekat nadi, kini sejauh matahari.
Ada banyak banget hal yang bisa bikin temanmu yang dulunya segambreng jadi bisa dihitung jari, itu pun dengan intensitas hubungan yang biasa aja.
Sebenarnya gak 25 banget, sih. Gejalanya sudah bisa dilihat sejak usia 20 tahunan. Biasanya, setiap orang yang sudah duduk di bangku kuliah akan berubah, entah karena ilmu yang diterima atau orang-orang yang ditemui atau keduanya.
Makanya, kamu bisa merasakan betapa berbedanya pandanganmu dan teman SMA-mu yang bahkan dulu satu geng-soal satu isu, misalnya lingkungan. Itu baru satu soal, belum yang lain.
Boro-boro liburan bareng, mau ngopi aja susahnya minta ampun. Giliran kamu lagi banyak waktu, temanmu harus dinas ke luar kota. Giliran kamu lagi banyak proyek, temanmu ambil cuti.
Gitu aja terus sampai lebaran kambing. Jenis pekerjaan yang berbeda satu sama lain jelas berpengaruh sama intensitas chat dan ketemuan. Giliran sudah sama-sama luang, yang mau diceritain udah basi.
Sebelum ketemu, niatnya mau curhat panjang lebar kali tinggi = volume. Eh, gimana ini kok jadi pelajaran matematika? Pas ketemu, rasanya masalah yang kemarin kok udah basi mau dibahas. Atau dia curhat duluan dan kamu merasa masalahmu gak ada apa-apanya dibandingkan masalahnya?
Waktu juga berlalu begitu cepat dan gak ada kesempatan untuk membahas lebih mendalam. Ujung-ujungnya malah ngomongin meme, saling nunjukin foto kucing, dan cerita soal thread horor. Pokoknya, apa aja yang ringan dibahas dan gak bikin hidup terasa lebih berat.
Pada kenyataannya, jumlah teman memang akan berkurang di usia 20an, apalagi 25an. Karena itu, gak usah dihitung-hitung lagi. Toh banyak teman juga untuk apa kalau gak ada yang dekat, baik secara jarak maupun intensitas komunikasi? Lebih baik punya satu atau dua, tapi bisa diandalkan.
Kalau dulu bisa curhat jam tiga pagi padahal paginya kuliah pukul tujuh, ya itu dulu dan biarlah tetap di masa lalu. Sekarang, kamu dan temanmu sama-sama sudah punya prioritas yang pasti berbeda satu sama lain.
Kalau masih punya teman yang bisa dicurhati setiap hari ya syukur, tapi kalau adanya teman yang masih mau dicurhati, itu juga syukur. Gak perlu menuntut temanmu untuk menyediakan waktunya. Ingat, dia juga punya kehidupan sendiri.
Sekadar menanyakan kabar di waktu senggang itu boleh banget, lho. Siapa tahu, temanmu ternyata sedang ada masalah dan bingung mau cerita ke siapa. Jangan sungkan buat ngajak jalan, tapi jangan mudah kecewa jika ajakanmu ditolak.
Menjadi dewasa memang gak mudah, apalagi dengan teman yang terus berkurang dan hubungan yang merenggang, tapi kalau gak dijalani dengan santai, lantas mau diapakan lagi?
Semuanya karena kalian sudah punya kesibukan masing-masing. Bukan berarti merenggang karena salahmu atau salah temanmu yang lain.