Tidak Ada Sekolah Untuk Jadi Orangtua, Maafkan Kami yang Tak Selalu Membuatmu Bahagia

Setiap dari kita pasti pernah bertengkar atau merasa marah pada orangtua. Entah karena hal-hal sepele atau hanya karena sering dilarang untuk melakukan banyak hal. Tanpa memikirkan perasaan mereka, kita seringkali begitu mudah menghakimi mereka. Kita selalu berdalih bahwa mereka tak tahu perasaan kita.
Alih-alih minta maaf, kadang jiwa muda sering berontak dan memaksakan kehendak. Sebelum kita menyesal, mungkin kita perlu tahu apa yang sebenarnya orangtua rasakan dari sepucuk surat.
Dear anakku yang telah beranjak dewasa,
Sejak adanya pertengkaran kita karena kamu yang pulang terlalu larut, kami berpikir bahwa melalui surat ini kami bisa mengungkapkan segala perasaan cinta yang kami miliki hanya untukmu.
Tidak terasa, usiamu kini sudah beranjak dewasa. Padahal kami masih mengingat jelas bagaimana kami sangat antusias membelikanmu sepatu baru dan lucu saat kamu bayi dulu.

Kini kamu telah berubah. Berubah lebih baik pastinya. Kamu memiliki prestasi yang baik hingga memilih teman-teman yang baik pula. Kami percaya bahwa kamu mampu memilih mana lingkungan yang baik bagi kamu untuk ke depannya, serta menjauhi segala hal yang buruk bagimu. Kami sangat percaya hal tersebut karena pemikiranmu telah makin dewasa.
Asal kamu mau lebih peduli, kami sebenarnya sangat sedih saat kami belum bisa memenuhi seluruh permintaanmu.

Tentu kami berharap kami bisa memenuhi segala harapan kamu agar kamu bahagia. Karena kebahagiaanmu adalah suatu kebahagiaan pula untuk kami. Kami berharap bisa menuruti apa yang kamu suka. Kami merasa sangat senang saat kamu senang, kami bangga saat kamu berprestasi, namun kami merasa sangat sedih dan bersalah saat kamu sedang bersedih.
Rasa cinta kadang tak harus selalu berkata "iya", kadang kami harus bilang "tidak" dan melarangmu banyak hal demi kebaikanmu.

Beberapa alasan saat kami harus melarang kamu pulang larut, melarangmu untuk meminum alkohol, melarangmu untuk membuat tato dan melarangmu untuk melakukan hal lainnya semata-mata untuk kebaikan. Rasa sayang kami yang sangat mendalam untukmu dan kami tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari.
Tapi, seiring kamu yang makin dewasa, kami berharap kamu memiliki pemikiran yang dewasa pula. Mana yang baik bagi dirimu, keinginan mana yang bisa membuatmu bahagia, atau mana keinginan yang bisa membuat dirimu menyesal di kemudian hari. Tentu semuanya butuh proses dan kami selalu mendukung atas apa yang terbaik bagimu.
Percayakah kamu, tidak ada satupun sekolah di dunia ini yang mengajarkan bagaimana menjadi orangtua yang baik. Tapi kami akan berusaha sekerasnya.

Kami tahu bahwa kamu sangat marah kepada saat kami harus melarangmu untuk melakukan sesuatu hal yang sangat kamu inginkan. Tentu di dalam hati, kami merasa sangat sedih. Percayakah kamu, bahwa tidak ada satupun sekolah di dunia ini yang mengajarkan bagaimana menjadi orang tua? Tak ada kurikulum untuk kami belajar memberikan segala kebahagiaan bagi anaknya? Tapi ketahuilah, kami akan berusaha jadi yang terbaik. Karena itu percayalah, apa yang kami lakukan untukmu, semata-mata karena rasa cinta kami kepadamu.
Jadi orangtua yang baik bukan hal mudah. Dan mungkin sampai kapanpun kami tak bisa. Tapi maukah kamu menjadi anakku yang bersedia membantu kami jadi orangtua yang baik?

Terakhir kami hanya ingin menyampaikan bahwa dalam setiap langkah yang kamu lalui, tidak akan pernah lepas doa kami untukmu. Bahkan dalam setiap hembusan nafas kami. Kami berdoa agar Tuhan selalu melancarkan dan memudahkan segala urusanmu. Kami juga meminta maaf atas segala kesalahan yang telah kami lakukan hingga membuatmu sedih.
Percayalah, kami jauh lebih sedih saat melihat ada air mata mengalir di pipimu.
Percayalah, lebih baik peluh keringat kami yang mengalir deras demi kebahagiaanmu di masa depan.
Dari kami yang tak pernah lelah berdoa untukmu,
Ayah dan Ibumu