Ada banyak orang beruntung karena betulan berpisah tanpa ketemu mantan lagi. Namun, beberapa yang lain justru harus berkutat dengan mantan yang kini menjadi teman buat kedua kali.
Kamu sekarang juga masih berteman sama mantan terus mulai iri dengan kehidupannya yang tampak sempurna? Berikut kami berikan tips move on buat kamu yang masih jeles sama mantan sampai sekarang. Cek di bawah, yuk!
Segala sesuatu yang datang pada kisah romansa, baik atau buruk, merupakan bagian dari cerita kehidupan yang utuh. Bila kamu menolak satu bagian aja, kamu seperti kehilangan kesempatan buat dapat pelajaran dari sana.
Dikutip dari Psychology Today, terapis John Kim percaya bahwa menerima adalah awal dari kesembuhan setelah putus cinta. Menurutnya, menerima bukan berarti kamu ingin kembali pada mantan. Mungkin kamu butuh menyadari sakit hati itu dengan mempersilakan hubungan berakhir.
"Mungkin kamu gak perlu berlebihan menyalahkan diri. Mungkin menerima adalah tentang memaafkan dan menentukan batasan. Dan, menerima juga tentang proses yang membutuhkan waktu," terang Kim.
Apabila kamu pernah mengalami momen putus sebelumnya, kamu pasti paham kalau perpisahan bisa mengacaukan beberapa fungsi tubuh. Kamu barangkali akan kehilangan kendali makan atau bahkan terlihat kurus kerontang setelah putus.
Dilansir Healthway, Maanvi Singh yang melakukan studi tentang Breaking Up is Hard to Do, but Science Can Help menemukan bahwa orang-orang dalam hubungan jangka panjang cenderung mengatur ritme biologis satu sama lain. Menurutnya, perpisahan dapat membuat seluruh fisiologi tubuh rusak, mengganggu tidur, nafsu makan, suhu tubuh, sampai detak jantung.
Dengan demikian, masuk akal kalau tubuh kamu perlu menyesuaikan karena gak lagi melakukan aktivitas yang biasa kalian lakukan bersama. Nah dari sini kamu jadi tahu bahwa menjaga kesehatan fisik dengan mengatur pola makan, olahraga, dan jam biologis tubuh perlu banget setelah putus.
Peneliti di University of Michigan dan University of California, Berkeley mencari tahu peran self distancing untuk melewati konflik emosional seperti penolakan. Dalam studi ini, Ayduk dan Kross membandingkan kenangan menyakitkan dari sudut pandang orang pertama dan ketiga.
Ketika kamu memikirkan peristiwa kurang menyenangkan sebagai orang pertama, maka kamu akan menghidupkan kembali peristiwa itu seolah-olah terjadi lagi seperti kaset rusak yang diputar berulang. Beda lagi kalau kamu melihatnya dari sudut pandang orang ketiga seperti lalat di dinding yang mengamati dari jauh.
Dengan kamu menjadi pengamat memori bersama mantan, kamu jadi melihat dirimu bukan lagi sebagai korban ketika hal itu mungkin menyakitkan bagimu. Namun, kalian sama-sama sedang bertumbuh dengan menerima kebebasan setelah berpisah.
Kamu mungkin harus sering bertemu dengannya karena lingkaran pertemanan kalian sama. Akan tetapi, hal ini gak lantas membuatmu selalu memikirkannya, apalagi dengan kebiasaan stalking. Kamu bisa menggantinya dengan memakai alternatif lain seperti jalan-jalan bareng sohib, nonton, self care, atau bahkan kencan buta.
Menekan rasa penasaran di tengah malam ketika kamu sangat ingin tahu keadaannya adalah sesuatu yang gak mudah. Demi kebaikanmu sendiri, coba hapus akun mantan dan sibukkan diri dengan hubungan lain. Cari rutinitas baru dan luangkan waktu dengan orang-orang yang tetap perhatian, bahkan jauh dari ketika kamu kenal mantan.
Berkutat pada mantan layaknya mengurung dirimu sendiri dalam penjara. Padahal, kamu yang memegang kunci penjaranya. Artinya, menyukai seseorang yang jelas-jelas gak peduli malah akan membatasi ruang gerak diri. Bila masih terus bergantung, kamu akan kehilangan kesempatan mendapatkan hubungan lebih berharga bersama orang lainnya.
Kehidupannya yang terlihat sempurna tanpa kamu adalah tanda bahwa kamu perlu belajar dari kegagalan hubungan. Pepatah mengatakan kalau kamu menemukan dirimu setelah berpisah maka kamu justru yang diuntungkan. Karenanya, jadilah terbuka dan jujur terhadap apa yang sebenarnya kamu mau serta apa yang ingin kamu berikan pada dirimu.