Cantik buat sebagian orang identik dengan kulit bersih dan berkilau tanpa cela. Sampai jerawat sekecil semut pun jadi masalah besar bagi kebanyakan orang. Namun, di tengah tren inklusivitas seperti ini, muncul yang namanya skin positivity. Sebuah gerakan yang mendorong orang untuk menerima keadaan kulit mereka dengan legawa.
Bahkan 10 influencer kecantikan ini pun turut mempromosikan gerakan tersebut. Mau tahu siapa saja yang layak kamu ikuti di media sosial saat ini?
Em Ford adalah beauty vlogger yang cukup berpengaruh di jagat maya. Tak hanya gaya makeup-nya yang memukau, ia belakangan juga lebih rajin mengunggah foto wajah polosnya.
Sempat dihujat warganet yang menganggap wajahnya yang berjerawat tak sedap dipandang. Ia pun membuat video balasan lengkap dengan pesan bagi para penggemarnya dan orang lain pada umumnya untuk tidak mendengarkan komentar negatif orang. Bahwa kondisi wajah kita bukan standar untuk menilai diri kita yang sebenarnya.
Eve adalah influencer kecantikan dan fashion muda yang memiliki kondisi unik di wajahnya. Di masa lalu, pasti banyak yang menganggap tampilan kulitnya ini sebagai kekurangan yang harus ditutupi. Namun, Eve mendobrak stigma tersebut dan membuktikan bahwa ia bisa tampil modis, elegan, dan eye-catching dengan kulitnya yang unik tersebut. Tanpa foundation tebal, Eve biasanya hanya membubuhkan blush dan lipstik untuk dandanan hariannya.
Influencer kecantikan lainnya yang banyak dibicarakan adalah Kadeeja. Salah satu kasus yang paling santer adalah saat ia ditolak oleh sebuah brand kosmetik terkenal karena masalah kulitnya. Ia pun tak tinggal diam dan mengungkap kekecewaannya pada mereka yang tak mau memberikan kesempatan pada orang-orang dengan wajah berjerawat. Padahal kondisi itu sangatlah normal dan jerawat bukanlah cara menentukan kadar paras seseorang.
Hadir di Instagram dengan tagar #freethepimple, Lou Northcote pun langsung banjir pujian. Ia sering tampil tanpa balutan makeup tebal dan memamerkan bekas jerawat yang tak bisa hilang dari wajahnya. Ia mengaku sempat ditolak agensi model di usia 16 tahun karena jerawatnya. Sempat melakukan perawatan hingga wajahnya bersih, ia pun berhasil masuk ke ajang Britain's Next Top Model.
Namun, insekuritasnya tak bisa hilang begitu saja. Saat harus tampil tanpa makeup, ia tetap tak percaya diri. Hingga akhirnya ia memilih untuk menerima wajahnya apa adanya dan memulai gerakan tersebut di media sosial. Hingga kini, ia masih rajin mengunggah foto dan kalimat motivasi untuk menyadarkan orang bahwa jerawat adalah hal normal yang tak patut kita ejek dan besar-besarkan.
Nathalia adalah perempuan asal Brasil yang terlahir dengan kondisi Congenital Melanocytic Nevus, di mana hampir separuh wajahnya tertutup tanda lahir hitam. Di usia sembilan bulan, orang tuanya memilih untuk melakukan operasi pada wajah Nathalia dan membuatnya tumbuh dengan perbedaan hingga sekarang. Namun, hal itu tidak menghalangi Nathalia untuk bergaul dan bersukacita dengan orang lain. Ia tampil memesona dan percaya diri dengan wajahnya.
Influencer kecantikan lainnya yang buka-bukaan soal kondisi wajahnya adalah Sofia Grahn. Tanpa ragu, ia pun membagikan foto wajah polos hingga makeup sheer yang memungkinkan orang melihat dengan jelas beberapa luka dan jerawat di wajahnya. Sofia juga memiliki kondisi khusus di mana jerawatnya terus tumbuh hingga usia 20an dan susah disembuhkan meski ia telah melakukan perawatan. Ia pun akhirnya memilih untuk berdamai dengan kulitnya.
Sofia pun hendak menyadarkan orang bahwa jerawat bukan hanya masalah pubertas, makanan yang dikonsumsi, dan kebersihan. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi tumbuhnya jerawat di wajah seseorang dan ada baiknya kita tidak menilai orang hanya dari kondisi wajahnya.
Kamu mungkin tidak lagi asing dengan kondisi kulit bernama vitiligo. Seorang model papan atas, Winnie Harlow sudah membuktikan bahwa itu adalah normalitas baru. Sama dengan Storm Dove yang masih berstatus mahasiswa, tetapi aktif pula menjadi model dan influencer kecantikan.
Sering dapat komentar tidak mengenakan, Storm mengaku dapat dorongan dari ibunya untuk mencintai dirinya sendiri apa adanya. Ia pun mulai pede tampil tanpa makeup sama sekali di masa-masa terakhir sekolahnya, dan terus ia pertahankan hingga kini.
Salah satu influencer kecantikan yang sering membagikan potret wajahnya yang berhiaskan freckles dan jerawat justru jadi daya tarik tersendiri bagi Alexandra. Ia menjadikan media sosial sebagai catatan harian akan petualangannya mendapatkan wajah sehat tanpa melakukan sensor. Alhasil banyak komentar positif berdatangan, mulai dari pujian hingga saran-saran membangun untuk kesehatan wajahnya.
Ivy juga seorang beauty influencer yang cukup vokal menyuarakan gerakan skin positivity. Selain menerima kulit kita apa adanya asalkan sehat, Ivy juga mengungkap bahwa apa yang dilihat orang di media umumnya sudah melalui proses editing guna menihilkan ketidaksempurnaan. Untuk itu, tidak seharusnya kita pun menganggap bahwa standar kecantikan harus sesempurna dan semulus wajah model yang ada di media. Jadi diri sendiri dan punya attitude yang baik tentu lebih penting.
Terakhir, Nazhaya, seorang model muda kulit hitam yang juga sering tampil dengan wajahnya yang apa adanya. Ia jarang menutupi bekas luka jerawat dan bintil yang ada di wajahnya. Justru, ia memperjelasnya dengan riasan dewy. Namun, itu tidak mengurangi pesonanya. Nazhaya jadi role model untuk para pemilik kulit gelap lainnya untuk percaya diri dengan apa yang dimiliki.
Di balik kontroversinya, media sosial ternyata punya relung-relung khusus yang ternyata bisa menumbuhkan gerakan positif macam ini. Tertarik jadi bagian dari gerakan skin positivity ini?