W20 Perkuat Pemberdayaan Ekonomi bagi Perempuan

Ketimpangan ekonomi jadi problema serius

Side event W20 telah digelar tahun lalu dan bertempat di Sulawesi Utara. Kali ini, W20 Summit diadakan pada tanggal 19-21 Juli 2022 di tepi Danau Toba, Sumatera Utara. Pertemuan berskala internasional ini bertujuan untuk menciptakan komitmen, rekomendasi, dan kebijakan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan.

"Addressing Gaps and Opportunity for Women Economic Empowerment" menjadi salah satu topik dari sesi pertama yang fokus pada pemberdayaan ekonomi perempuan. Ada banyak hal yang dipaparkan terkait tantangan, kesenjangan, dan rekomendasi yang bisa dilakukan untuk memperkuat kondisi ekonomi perempuan. Berikut ini hasilnya.

1. Kondisi global, COVID-19, dan konflik tradisional menjadi tantangan besar dalam pemberdayaan perempuan

W20 Perkuat Pemberdayaan Ekonomi bagi PerempuanKTT W20 Indonesia 2022. (dok.W20 Communication Team)

Caitlin Byrne selaku Co-Chair Economic Inclusion Working sekaligus delagasi W20 dari Australia, menekankan bahwa banyak sekali tantangan dan halangan yang dihadapi oleh perempuan dalam beragam sektor. Adanya W20 Summit merupakan wadah untuk bisa meningkatkan peran perempuan dalam hal perekonomian dunia. 

"Di sisi lain, ada tantangan global dari COVID-19, konflik tradisional, sampai dampak dari iklim, membuat tugas ini sulit bagi kita. Budaya sebagai tantangan dan halangan yang menghalangi akses perempuan untuk keuangan dan kemungkinan untuk berpartisipasi. Kita mundur dalam banyak hal," ujarnya.

Virginia Littlejohn, W20 US Delegate, melihat bahwa saat ini mulai ada beberapa kesenjangan yang tertutup dengan bantuan teknologi. Peran perempuan di ekonomi dan politik terbuka lebar dengan adanya teknologi.

"Dengan adanya pendanaan, kita akan bisa membuat langkah besar yang lebih signifikan. Ini adalah langkah awal dengan menekankan pada data untuk kita bisa melakukan monitoring dan aksi. Untuk itu, kami merekomendasikan semua anggota G20 untuk membuat program nasional kesetaraan gender," papar Virginia.

2. Ada ketidaksetaraan gender hingga kesenjangan data dalam hal ekonomi

W20 Perkuat Pemberdayaan Ekonomi bagi PerempuanSesi Tematik 1: "Addressing Gaps and Opportunity for Women Economic Empowerment". Selasa (19/7/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Wendy Teleki selaku Head of We-Fi Secretariat, mengungkapkan bahwa wirausahawati atau pengusaha perempuan adalah bagian penting dari perkembangan ekonomi. Sebanyak 17 persen di negara berkembang adalah para pengusaha perempuan, sementara 35 persen masyarakat di negara berkembang bercita-cita sebagai pengusaha.

"Artinya ada lebih dari 50 persen perempuan di negara berkembang percaya bahwa kewirausahaan adalah jalan untuk menuju kemakmuran yang lebih besar," jelas Wendy Teleki.

Wendy juga memaparkan data bahwa ada perempuan yang menghabiskan 3-5 kali lebih banyak untuk pekerjaan tanpa upah daripada laki-laki. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan gender dalam biaya ekonomi global.

"Sebagian besar kegiatan kami di Afrika, sedangkan 63 persen kegiatan lainnya di negara berpenghasilan sedang dan rendah. Kami membantu perempuan dan komunitas perempuan untuk menciptakan bisnis dan lapangan kerja," paparnya lagi.

Wendy melihat bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi perempuan terkait akses pendanaan. Perempuan kurang pemahaman terhadap kondisi pasar, desain produk yang kurang baik, keterampilan digital dan keuangan masih terbatas, serta norma sosial tidak setara.

Ada pula kesenjangan data yang mencegah investor untuk berinvestasi pada bisnis yang dipimpin oleh perempuan. Untuk itu, We-Fi mengembangkan program yang bisa memastikan tertutupnya kesenjangan pembiayaan bagi pengusaha perempuan.

3. Angel investor menjadi kunci untuk membantu akses ke pendanaan bagi perempuan

W20 Perkuat Pemberdayaan Ekonomi bagi PerempuanSesi Tematik 1: "Addressing Gaps and Opportunity for Women Economic Empowerment". Selasa (19/7/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Pemberdayaan perempuan juga berkaitan dengan akses, pasar, skill, dan keadilan. Semuanya dimulai dari data sehingga penting untuk memiliki data yang terpilah secara gender.

dm-player

Caitlin Byrne mengatakan bahwa, "Kita harus bisa berpikir secara multistakeholder. Kita harus mengikutsertakan perspektif dari berbagai lanskap pemerintah, komunitas, sektor swasta. Dalam upaya kita mengelola tantangan tersebut, kita mendapatkan kesempatan untuk berinovasi dan perlunya kepemimpinan."

Anne Ravanona, CEO Global Invest Her dan W20 EU Delegate menjelaskan, "Ada 1.7 triliun USD gap pendanaan sampai 2019. Tidak mudah bagi perempuan mendapatkan pendanaan. Tidak ada yang berubah terhadap akses pendanaan perempuan selama 30 tahun. Tahun lalu, perempuan hanya mendapatkan 0.2 persen modal dari venture capital." 

Sebanyak 15-20 persen angel investor merupakan perempuan. Salah satu cara untuk bisa mengatasi hal ini adalah mengalokasikan dana dari sektor swasta ke UMKM milik perempuan dengan membangun kemitraan. Hal ini menarik karena angel investor bisa menulis cek secara langsung tanpa melalui proses panjang atau uji kelayakan sehingga proses investasi lebih cepat. 

"Perempuan bekerja sama menjadi angel investor. Ada banyak jaringan angel investor di seluruh dunia 15-20 persen. Jadi ada kesempatan, perempuan bisa bersatu di komunitas atau masyarakat. Jika perempuan butuh pendanaan atau pinjaman, maka perempuan di komunitas itu akan menyumbang atau memberikan pinjaman. Perempuan memiliki kemungkinan untuk reimburse daripada laki-laki. Jadi, tinggal gimana kita bisa menghubungkan banyak investor perempuan dan membuat mereka jadi angel investor," ungkapnya.

Hal sekecil membeli produk UMKM perempuan saja, sudah menjadi perubahan besar. Pasalnya, hal ini juga akan memberikan perubahan bagi perekonomian mereka.

Baca Juga: KTT Women20 Siapkan Komunike untuk Diserahkan Kepada Presiden RI

4. Kolaborasi sektor swasta dan publik jadi kunci kesetaraan gender

W20 Perkuat Pemberdayaan Ekonomi bagi PerempuanSesi Tematik 1: "Addressing Gaps and Opportunity for Women Economic Empowerment". Selasa (19/7/2022). IDN Times/Adyaning Raras

"Kita semua harus berkolaborasi untuk mencapai kesetaraan gender sampai dengan 2050. Ada upaya bersama yang kita lakukan untuk mencapai keseteraan dengan bagaimana kita melihat kolaborasi sektor swasta dan publik untuk mencapai sasaran atau tujuan tersebut," tutur Maria Martinez selaku McKinsey Senior Partner, serta Global Chief Diversity, Equity & Inclusion Officer.

Menurut Maria Martinez, perempuan pun harus melek terhadap peluang dan berupaya membantu serta menginspirasi komunitas. Harus ada kolaborasi dari 4 pilar, yakni pemerintah, perusahaan, partnership, dan individu itu sendiri untuk mengatasi kesenjangan kesetaraan gender yang ada di negara-negara G20.

Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran nasional untuk meningkatkan childcare dan merasionalkan pajak serta menyatakan agenda maupun target untuk perempuan dan kepemimpinannya. Selain itu, perusahaan juga harus mengenal, menerapkan, maupun mengembangkan program inklusi untuk mengurangi bias dalam dunia kerja. Salah satunya dengan mendukung adanya program flexible working arrangement.

Data-data yang berbasis gender juga seharusnya tersedia dalam setiap organisasi maupun institusi. Setiap orang juga perlu turut mengambil upaya sistematis dalam mengurangi persepsi negatif dan bias yang ada di sekitarnya.

5. Budaya nyatanya menjadi salah satu penghambat kesetaraan gender dan memunculkan gap gaji

W20 Perkuat Pemberdayaan Ekonomi bagi PerempuanSesi Tematik 1: "Addressing Gaps and Opportunity for Women Economic Empowerment". Selasa (19/7/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Isu problemik tentang perempuan nyatanya begitu banyak. Veranita Yosephine selaku CEO AirAsia Indonesia, menyatakan bahwa ia merasakan bias dari budaya yang tumbuh di Indonesia. Veranita merupakan perempuan pertama yang berhasil menduduki jabatan CEO di maskapai.

"Inilah bentuk kesenjangan kesetaraan gender. Saya berasal dari Sumatera Utara. Sebagai perempuan, kami diberitahu untuk tidak banyak bicara. Perempuan hanya melakukan pekerjaan di dapur. Ibu mengatakan dalam budaya bahwa ketika sudah besar, para pria ingin mempunyai anak laki-laki. Jadi kalau perempuan tidak bisa melahirkan anak laki-laki, maka suami punya hak untuk menikah lagi," ceritanya.

Vera juga merasa bahwa ada ketidaksetaraan. Menurutnya, perubahan akan terjadi ketika perempuan ditempatkan di posisi yang setara. Stigma tentang perempuan yang sulit menciptakan perubahan ketika berada di posisi teratas, harus dihapuskan karena perempuan bisa menciptakan perubahan.

Vera memaparkan data bahwa pendapatan perempuan 37 persen kurang dari pendapatan laki-laki. Nyatanya, mengedukasi perempuan saja tidak bisa mencapai kesetaraan gender dan belum cukup mengatasi gap gaji. Bagi Vera, semua pihak harus transparan dalam melakukan pekerjaannya.

Secara mental, perempuan akhirnya menjadi kurang percaya diri karena pengaruh dari budaya tempat mereka tumbuh. Untuk itu, perlu sekali visibilitas atau keterbukaan agar perempuan bisa mengatasi dinamika patriarki yang ada. 

Baca Juga: W20 Summit Danau Toba, PTAR Tegaskan Komitmen Keberagaman Gender

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya