Beauty Vlogger Laninka: Perempuan Hebat Berani Cintai Kekurangannya

Laninka sempat melalui masa remaja dengan berat. Ia terlahir sebagai anak lincah dengan segudang aktivitas. Di usia 13 tahun, ia jatuh sakit. Pasca berulang kali mengunjungi dokter akibat sakitnya terus kambuh, tubuhnya semakin kurus. Ia pun tidak bisa melakukan apa pun selain merasakan sekujur badannya seolah rematik. Berjalan pun, tak sanggup dilakukannya.

Setelah dirujuk ke Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, Laninka baru mengetahui jika tubuhnya terkena penyakit autoimun bernama Rheumatoid Arthritis. Penyakit tersebut menyerang sendi-sendi di seluruh tubuhnya. Rasa sakit yang ia alami, membuatnya harus putus sekolah dan berdiam diri di rumah selama 10 tahun karena tidak percaya diri.

Kini, semua itu bagai masa lalu bagi Laninka. Ia telah bangkit dan menjadi beauty vlogger yang inspiratif dari kursi rodanya. Tak hanya itu, ia pun mendirikan gerakan "Lipstik untuk Difabel" demi membantu kaum disabilitas agar lebih percaya diri. Sebab, ia tahu pasti jika makeup bisa menjadi terapi untuknya maupun perempuan disabilitas yang lainnya.

Bagi Laninka, ada dua unsur yang dimiliki seorang perempuan hebat. Unsur itu adalah mencintai diri sendiri dan mempercayai kemampuannya. "Perempuan yang berani mencintai dirinya sendiri, termasuk kekurangan sendiri. Pada satu sisi, kekurangan itu dijadikan sumber kekuatan untuk menaklukkan dunia," definisi Laninka tentang perempuan hebat.

Ketika ditanya apakah sudah mencapai definisi tersebut, ia tak menjawab pasti. "Paling gak, aku ada di posisi percaya pada kemampuan sendiri. Kalau gak dicoba, belum tahu seperti apa. Dari situ, aku tahu batas kemampuan sampai mana. Kita belajar dari kesalahan," tegasnya.

Pernah mengurung diri selama 10 tahun lamanya, Laninka menjadikan ibu sebagai inspirator dalam hidupnya. Selama itu pula, ibunya selalu mendukungnya ketika masa pengobatan berlangsung. Motivasi pun selalu dilancarkan. "Ibuku, sih. Orangtua pasti, ya," sebut dia.

Meski begitu, ia menyadari dukungan orangtuanya tidak akan berarti tanpa niatnya yang kuat. "Aku merasa tertolong sama diriku sendiri. Percuma kalau orangtua kasih semangat sampai aku guling-guling di rel kereta, kalau aku gak mau berubah, ya gak berubah. Jadi, yang mampu mengubahku selain orangtua, ya diriku sendiri," jelas dara kelahiran 1991 ini.

Soal bangkit dari rasa terpuruk, Laninka menyebut semuanya kembali pada niatnya. "Aku menemukan diriku karena diriku," tegas dia lagi.

Agaknya, perempuan harus lebih banyak bersyukur karena telah mengenal emansipasi. Kini, mereka tidak harus selalu berada di rumah seperti zaman dahulu kala. Sebaliknya, perempuan bisa menelurkan karya. "Aku gak melihat adanya kesulitan dari kemampuan wanita millennial. Bahkan di dapur pun, mereka berani bersuara," sebutnya.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada tantangan bagi perempuan masa kini. "Kayaknya, tantangannya lebih ke dirinya sendiri. Apakah dia berani menyuarakan yang dibutuhkan dalam dirinya? Rata-rata, manut (patuh) pada tradisi ini, itu. Hal itu kayak sudah melekat pada diri sendiri," kata perempuan berdarah Jawa-Sunda tersebut.

"Karena aku di dunia beauty, aku ingin semakin banyak wanita yang lebih mencintai diri sendiri dan kekurangan yang ada. Percaya kalau mereka cantik apa pun kondisinya. Mau mereka gak bisa lihat, gak bisa jalan, keriting, lurus, apa pun itu," lontar dia.

Perempuan yang kini bekerja sebagai admin di online shop ini pun, ingin wanita terbuka pikirannya. Karena jika mereka bisa mencintai diri sendiri, semua hal akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. 

Itulah kisah hidup dari Laninka Siamiyono. Perjuangannya untuk bangkit dari masa keterpurukan dan menjadi kaum disabilitas yang berdaya, tidaklah sia-sia. Justru, kita wajib berkaca padanya dan menjadikannya semangat. Sepakat?