Entrepreneur Perempuan Bicara Peluang Bisnis Pasca Pandemik COVID-19

Langsung dari CEO Amazara dan Matchamu

Talkshow secara virtual bertema "Peluang Bisnis setelah COVID-19" kolaborasi She Means Business dan Femina 2020 telah diselenggarakan pada Selasa (16/6) pukul 15.00 WIB.

Webinar ini dipandu Petty S. Fatimah selaku Editor in Chief Femina bersama Yuswohadi (Managing Partner Inventure), Amanda Cole (Co-Founder dan CEO Sayurbox), Lintang Wuriantari (Co-Founder and Chief Tea, Executive Officer Matchamu), dan Uma Hapsari (Founder Amazara).

Pendekatan bisnis, inovasi, dan adaptasi seperti apa yang harus diterapkan setelah COVID-19 ini? Berikut beberapa poin yang disampaikan pada Webinar dengan narasumber analist marketing serta pengusaha muda perempuan di bidang kuliner dan fashion.

1. Banyak perubahan perilaku konsumen setelah COVID-19 karena adanya social distancing dan physical distancing

Entrepreneur Perempuan Bicara Peluang Bisnis Pasca Pandemik COVID-19Ilustrasi Bekerja Redaksi (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Menurut analist marketing, Yuswohady, ada beberapa bidang yang mengalami penurunan dan ada beberapa yang justru mengalami peningkatan. Bisnis yang mengalami peningkatan adalah e-commerce terutama grocery yang mencakup makanan dan kebutuhan sehari-sehari.

Kemudian ada pula logistics, remote working, streaming seperti Netflix, game, online learning, TV megazine, dan cleaning service. Beberapa yang mengalami perkembangan sedang adalah bidang insurance, banking, education. 

Yuswohady menerangkan, "Pandemik adalah antitesis dari globalisasi. Barang dari luar sulit masuk ke dalam karena berpotensi untuk penularan. Adanya pandemik sebenarnya tidak bagus. Namun apabila local growing itu tumbuh, UKM justru punya kesempatan. Sebab adanya pandemik bisa jadi momentum untuk melawan brand global".

Beliau menuturkan bahwa pandemik ini merupakan renaissance of digital adaptation. Di mana proses adaptasi dari kompetitor fisik menuju digitalisasi. Penting untuk building brand secara digital. Strategi Ombi bisa diterapkan, yaitu penggabungan pelayanan secara fisik dan digital. 

2. Meski sempat mengalami penurunan, bisnis produk Matchamu oleh Lintang kembali normal pada bulan Mei dengan adaptasi strategi promosi

Entrepreneur Perempuan Bicara Peluang Bisnis Pasca Pandemik COVID-19instagram.com/matchamu_tea

Lintang Wuriantari, menuturkan bahwa ada pengurangan selama pandemik ini. Omzet penjualan di ranah food service turun, namun ada produk yang naik yaitu dalam bentuk retail. Ketika masa COVID-19 baru mulai pada bulan Maret, penjualan justru mengalami kenaikan di minimarket dan supermarket.

"Jadi berikan customer seperti promotion. Kondisi memang mengalami penurunan omzet sampai 50 persen bulan April. Waktu itu jatuh di bulan April, kita agak kehilangan pijakan, tapi untuk retail stabil. Bulan Mei sudah mulai naik lagi, order produk juga sudah tinggi," tutur Lintang. 

Beberapa produk matcha milik Lintang juga dijual secara online. Namun revenue terbesar menunjukkan penambahan dari retail atau offline melalui supermarket dan minimarket yang mencapai 70 persen. "Kalau online, revenue  hanya sekitar 1 persen karena cakupannya Jabodetabek saja," imbuh Lintang.

3. Selama COVID-19, ada beberapa protokol kesehatan yang diterapkan pada Matchamu untuk menjaga higienitas produk

Entrepreneur Perempuan Bicara Peluang Bisnis Pasca Pandemik COVID-19instagram.com/matchamu_tea

Produk Matchamu oleh Lintang ini memiliki beberapa jenis. Salah satu di antaranya adalah Matcha Latte yang sudah ada di supermarket, minimarket, dan local merchant.

Produk Matcha Latte digemari oleh hampir semua usia, mulai dari millennials hingga rentang usia 18-24 tahun. Kemudian ada pula produk Makjamu yang dikhususkan untuk meningkatkan imunitas tubuh. 

dm-player

Ketika ditanya perihal bagaimana perusahaan menerapkan higienitas produk, Lintang menerangkan, "Pengemasan sudah sesuai standar BPOM, jadi sangat sedikit produk yang disentuh langsung oleh manusia. Manusia yang bekerja pada high care unit sudah lengkap dengan baju. Sebelum corona pun sudah ada standar tinggi yang kita junjung juga."

Ia lantas memaparkan bahwa protokol kesehatan dan kebersihan juga sudah baku. Pihaknya menyediakan alat cek suhu tubuh dan tempat cuci tangan.

Semua yang menyangkut good hygiene sudah diterapkan di manufacturing. Kemudian perusahaan juga memberi vitamin, makanan sehat, dan penambahan buah-buahan pada pegawai. 

Baca Juga: Pandangan Najeela Shihab tentang Sistem Pendidikan di Era New Normal

4. Kiat Amazara bangkit kembali pada Maret 2020 dan strategi promosi online yang gencar dilakukan

Entrepreneur Perempuan Bicara Peluang Bisnis Pasca Pandemik COVID-19instagram.com/umahapsari

Brand sepatu lokal Amazara, yang didirikan pada akhir 2015 oleh Uma Hapsari, sempat vakum. Uma memaparkan bahwa pada tiga tahun pertamanya, Amazara memang mengalami peningkatan yang sangat pesat.

Namun ketika memasuki usia 3,5 tahun, ia harus menempuh pendidikan di luar negeri sehingga fokus usaha terpecah. Banyak evaluasi yang dilakukan, mulai dari bagaimana mencari nilai dan keunggulan produk hingga akhirnya kembali berbisnis pada Maret 2020. 

Uma menambahkan, "Akhirnya, Februari tanggal 28 Maret 2020, kita launching lagi satu produk baru dan waktu itu sambutannya luar biasa. Meskipun momentum itu naik turun, namun kita gak tahu apa yang terjadi. Menurut aku, penting sebagai pengusaha, kita harus punya yang namanya resilient marketing. Kalo misalnya kita bisa lihat sisi lainnya, banyak orang behind from online. This is also the very best time untuk menarik perhatian mereka supaya kita malah dapat benefit."

Amazara juga melakukan promosi secara online maupun offline. Mereka sempat mendonasikan 200 sepatu untuk tenaga medis.

Uma mengaku memanfaatkan momen COVID-19 untuk membuat Instagram Live dan membantu mentoring pengusaha yang kesulitan. Menurutnya, dengan kegiatan yang terus dilakukan, membuat orang memperhatikan sehingga omzet bulan Mei kembali normal. 

5. Uma selaku founder Amazara membeberkan tips pengemasan sepatu hingga sampai ke customer

Entrepreneur Perempuan Bicara Peluang Bisnis Pasca Pandemik COVID-19instagram.com/umahapsari

Menurut Uma, setelah melakukan pengemasan, pihaknya mencari mitra yang profesional di bidangnya dan memiliki SOP supaya produk bisa sampai ke customer. Setelah tujuh hari, pihaknya akan menanyakan apakah barang sudah sampai ke pelanggan atau belum.

"Customer lebih peduli ada packaging yang rapi. Kalau sudah rapi, mereka buka, mereka akan melihat bagaimana cara perawatan sepatu serta terbuat dari apa sepatu tersebut. Kemudian lebih ke edukasi bahwa produk ini ada value-nya," imbuh Uma.

Hal yang menarik dari diskusi di atas adalah bagaimana perusahaan menjadi tetap relevan dengan situasi konsumen dan keadaan. Maka, dengan keadaan apa pun, mereka akan bisa mengatasinya.

Lintang dan Uma adalah sosok entrepeneur  wanita yang gigih, punya mindset yang positif, dan mau jalan terus karena yang penting bisnis bisa berkembang. Mereka punya keterampilan untuk recovery dan growth yang patut dijadikan inspirasi. 

Baca Juga: Pandangan Nurhayati Subakat Terkait WFH & Bisnis Kosmetik New Normal

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya