Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lulu Labibi X Indieguerillas Bawa Semangat Upcycle Fashion ke Korea!

Lulu Labibi X Indieguerillas Bawa Semangat Upcycle Fashion ke Korea. (Dok. LULU LUTFI LABIBI)

Tumpukan pakaian yang gak lagi terpakai bukan hanya jadi masalah buat konsumen, tapi juga buat para desainer. Pergantian tren yang begitu cepat seringkali memaksa desainer untuk berpikir ulang soal bagaimana mereka bisa terus berinovasi, termasuk dengan mendaur ulang karya lama mereka.

Nah, salah satu yang melakukannya adalah Lulu Lutfi Labibi dan Indieguerillas. Lewat semangat kreativitas yang segar, kedua brand lokal ini sukses menyulap koleksi mereka jadi karya baru yang gak cuma keren, tapi juga bisa buatmu tampil beken!

1. Berjudul "Datang untuk Kembali", perjalanan dari Kotagede ke Gwangju

Lulu Labibi X Indieguerillas Bawa Semangat Upcycle Fashion ke Korea. (Dok. LULU LUTFI LABIBI)

Hanya dengan tiga kata, pesan yang ingin disampaikan oleh Lulu Lutfi Labibi dan Indieguerillas langsung bisa kamu tangkap. Setelah sukses memikat perhatian di Center Of Contemporary Art, Singapura, pada tahun 2017, kini mereka kembali mengukir prestasi di panggung internasional. Kali ini, keduanya hadir di National Asian Culture Center, Gwangju, Korea Selatan, dalam gelaran Asia Culture Week 2024, membawa sentuhan khas yang tak lekang oleh waktu.

Bukan hanya sekadar menampilkan baju-baju biasa, koleksi yang dihadirkan sarat dengan kisah nostalgia. Setiap potongan kain membawa ingatan masa lalu, namun tetap diolah dengan kreativitas baru yang segar. Mereka pun gak segan mengolah ulang sisa produksi di gudang pribadi hingga pakaian ‘dead stock’ dari produk musiman yang sudah terkumpul. Gak heran, karya mereka bukan cuma baju, tapi juga cerita yang penuh makna. 

2. Kehidupan baru untuk busana yang sempat "mati"

Lulu Labibi X Indieguerillas Bawa Semangat Upcycle Fashion ke Korea. (Dok. LULU LUTFI LABIBI)

Upaya yang dilakukan oleh kedua desainer ini pun ingin memberi nafas kehidupan kembali bagi potongan baju yang sudah kedaluwarsa atau lewat dari musim.

Meskipun terdiri dari potongan sederhana, seperti kemeja, celana dan rok, koleksi siap pakai kali ini memiliki sentuhan upcycle yang diadaptasi dari tanah kelahiran Lulu Lutfi Labibi dengan kerah kebaya kutubaru dan topi yang terinspirasi dari blangkon khas Yogyakarta. Sehingga, meskipun lekat dengan nuansa tradisional Indonesia, ragam koleksi siap pakai ini tetap modern dengan gaya yang lawas dan gak lekang oleh waktu.

Uniknya, sisi tradisional ini pun bercampur dengan sentuhan pasar khas Korea Selatan karena "runway" para model berjalan mengelilingi pasar hingga membaur dalam hiruk pikuk perayaan festival.

3. Juga berkolaborasi bersama Boo Jihyun untuk menampilkan tas lampion

Lulu Labibi X Indieguerillas Bawa Semangat Upcycle Fashion ke Korea. (Dok. LULU LUTFI LABIBI)

Dalam pagelaran ini, Lulu Lutfi Labibi dan Indieguerillas menampilkan 28 look yang diperagakan oleh 14 model lintas generasi. Mereka membawa perpaduan budaya yang unik, bahkan memperkaya koleksi busana dengan karya seniman Boo Jihyun. Lentera hasil karya Boo Jihyun dibawa oleh para model layaknya aksesori, menambahkan elemen artistik yang tak terduga.

Namun, lentera tersebut bukan sekadar hiasan. Ia berfungsi sebagai simbol penting yang terinspirasi dari salah satu babak di buku legendaris karya Friedrich Nietzsche, "Thus Spoke Zarathustra". Dalam buku itu, terdapat kisah tentang pembawa lentera yang memiliki pemikiran di luar batas, melawan arus dengan pemikirannya yang berani.

Lentera ini pun juga melengkapi koleksi dan menjadi simbol Lutfi Labibi dan Indieguerilla yang ditampilkan di Asia Culture Week 2024 ini, unik, berani, dan melawan kebiasaan mainstream.

4. Sebagai bagian dari Murakabi movement, keduanya pun ingin tampilkan sisi gotong royong khas Indonesia

Lulu Labibi X Indieguerillas Bawa Semangat Upcycle Fashion ke Korea. (Dok. LULU LUTFI LABIBI)

Lulu Labibi bersama dengan Indieguerillas yang merupakan anggota dari Murakabi Movement pun juga memanfaatkan panggung internasional ini untuk meningkatkan eksposur terhadap nilai kuat yang mereka pegang teguh. 

Sebelumnya, "murakabi" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "bermanfaat" atau "saling mencukupi". Untuk itu, Murakabi sebagai movement merupakan gerakan yang berpijak pada kelokalan, kemandirian, dan berasaskan gotong royong yang menuju kelestarian.

Sifat ini pun juga ingin digaungkan oleh kedua desainer sebagai salam pembuka bagi publik Gwangju pada khususnya dan masyarakat Korea pada umumnya untuk mengenal lebih dekat budaya gotong royong kreatif ala Indonesia.

Itu dia ragam hal yang dibawakan oleh Lulu Lutfi Labibi dan Indieguerillas. Menegaskan upcycle bisa dilakukan dengan makna yang kental, kedua desainer ini pun terus menginspirasi dengan gubahan karya yang mendunia.  

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima
Hani Safanja
Pinka Wima
EditorPinka Wima
Follow Us