11 Mitos tentang Retinol yang Dibantah oleh Dermatolog, Ketahui!

Retinol telah lama dikenal sebagai bahan andalan dalam perawatan kulit. Meski begitu, masih banyak mitos yang beredar di masyarakat dan membuat orang ragu untuk menggunakannya.
Agar kamu tidak salah langkah, simak penjelasan para ahli dermatologi yang membantah berbagai mitos seputar retinol berikut ini. Langsung scroll!
1. Semua retinoid itu sama

Masih banyak yang mengira bahwa semua retinoid bekerja dengan cara dan kekuatan yang sama. Padahal, retinoid terdiri dari berbagai jenis dengan tingkat efektivitas dan kekuatan yang berbeda. Untuk menggunakannya secara efektif, penting untuk memahami perbedaan antara retinoid resep dan yang dijual bebas.
Dilansir Byrdie, menurut Ali Tobia, ahli estetika, beberapa retinoid kuat seperti tretinoin, isotretinoin, dan tazarotene hanya bisa diperoleh lewat resep dokter karena potensi efek sampingnya yang lebih besar. Sementara itu, retinoid over-the-counter (OTC) cenderung lebih ringan, namun tetap efektif untuk perawatan anti-aging.
“Retinoid yang dijual bebas (OTC) cenderung lebih umum, namun tetap efektif untuk anti-aging dan biasanya diformulasikan agar lebih lembut untuk kulit,” ujar Tobia.
2. Retinol tidak cocok untuk kulit kering

Karena sifatnya yang dapat menyebabkan kekeringan, banyak yang percaya retinol tidak cocok untuk kulit kering. Namun, menurut dermatolog Dr. Marnie Nussbaum, dilansir Byrdie, retinol justru bisa memberikan manfaat besar, seperti meningkatkan produksi kolagen dan memperbaiki jaringan kulit. Ia menambahkan bahwa “retinization,” atau masa adaptasi kulit, hanya berlangsung beberapa minggu.
Saat awal penggunaan, kulit memang bisa mengalami pengelupasan dan iritasi ringan. Tapi ini bukan berarti retinol memperparah kondisi kulit kering. Gunakan pelembap yang kaya dan lembut untuk membantu mengurangi efek samping selama masa adaptasi.
3. Retinol membuat kulit lebih sensitif terhadap matahari

Salah satu kekhawatiran terbesar adalah retinol bisa membuat kulit lebih rentan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Namun menurut Dr. Adam Friedman,MD, FAAD, dermatolog bersertifikat, dilansir Byrdie, retinol sendiri tidak menyebabkan kulit lebih sensitive terhadap matahari. Artinya, kamu tetap bisa menggunakan retinol di malam hari tanpa takut kulitmu terbakar keesokan harinya.
Yang perlu kamu lakukan hanyalah memakai tabir surya setiap hari, sesuatu yang sebenarnya harus dilakukan dengan atau tanpa retinol. Perlindungan dari sinar UV tetap penting karena kulit yang lebih sehat akan lebih tahan terhadap iritasi. Jadi, retinol bukan alasan untuk menghindari sinar matahari, tapi alasan untuk disiplin menggunakan sunscreen.
4. Retinol membuat kulit menipis

Sebagian orang berhenti memakai retinol karena merasa kulit mereka menjadi lebih tipis. Padahal, menurut Dr. Julia Siegel, dermatolog bersertifikat, dilansir Byrdie, yang terjadi justru sebaliknya.
“Retinol menyebabkan lapisan stratum corneum (lapisan paling atas kulit) menjadi lebih padat, tapi secara keseluruhan mempertebal epidermis,” jelasnya.
Artinya, meskipun kamu melihat pengelupasan di permukaan, itu bukan tanda bahwa kulitmu melemah. Sebaliknya, itu adalah proses regenerasi sel yang sehat. Dalam jangka panjang, kulit justru akan menjadi lebih tebal dan kuat.
5. Retinol tidak boleh digunakan di sekitar mata

Wilayah sekitar mata sering dianggap terlalu sensitif untuk bahan aktif seperti retinol. Namun, menurut Dr. Friedman, kamu justru boleh mengaplikasikan retinol di bawah mata karena area ini rentan terhadap kerutan. Hanya saja, aplikasinya harus dilakukan dengan hati-hati.
Karena kulit di sekitar mata lebih tipis, iritasi memang bisa terjadi lebih cepat. Untuk menghindarinya, gunakan pelembap terlebih dahulu sebelum mengoleskan retinol. Perlindungan ekstra dengan sunscreen juga tetap diperlukan.
6. Retinol memberi hasil instan

Banyak yang berharap kulit mereka akan tampak lebih cerah dan muda dalam waktu seminggu setelah memakai retinol. Sayangnya, harapan ini terlalu muluk. Dr. Friedman menjelaskan bahwa, butuh waktu hingga 12 minggu untuk melihat hasil signifikan dari retinol.
Hal ini karena retinol bekerja secara biologis, bukan hanya memberikan efek sementara di permukaan. Jadi, kesabaran sangat penting dalam proses ini. Rutin menggunakan retinol sesuai anjuran akan membawa hasil yang jauh lebih tahan lama.
7. Harus pakai yang dosis tinggi agar efektif

Beberapa orang berpikir semakin tinggi kadar retinol, maka semakin cepat hasilnya terlihat. Namun menurut Tobia, memulai dengan dosis rendah justru membantu kulit beradaptasi dengan lebih baik.
“Retinoid dengan kekuatan rendah tetap bisa memberikan manfaat ringan sambil membantu kulit beradaptasi, sehingga kamu bisa menghindari iritasi dan peradangan di awal penggunaan,” jelas Tobia.
Kamu bisa memulai dari konsentrasi 0,25 persen atau 0,5 persen dan menggunakannya dua kali seminggu. Setelah kulit terbiasa, baru tingkatkan frekuensinya secara perlahan. Ini cara terbaik agar kulit tetap nyaman dan hasilnya optimal.
8. Retinol harus diaplikasikan ke kulit kering

Petunjuk umum menyarankan agar retinol dioleskan ke kulit yang benar-benar kering. Tapi Dr. Friedman menjelaskan bahwa ini bukan keharusan, meski disarankan untuk kulit sensitif.
“Retinol tak harus selalu diaplikasikan ke kulit kering, tapi cara ini memang membatasi penyerapan dan potensi iritasi,” kata Dr. Friedman.
Jika kulitmu cukup kuat, kamu bisa mengoleskannya setelah cuci muka meski masih sedikit lembap. Namun bagi yang punya kulit sensitif, sebaiknya ikuti aturan klasik, yaitu tunggu kulit benar-benar kering. Langkah ini bisa mengurangi kemungkinan iritasi atau kemerahan.
9. Retinol mengelupaskan kulit seperti eksfoliator

Sering kali orang mengira retinol adalah exfoliant karena efek pengelupasan yang ditimbulkannya. Tapi sebenarnya, retinol bekerja berbeda dari AHA atau scrub. Retinol tidak secara langsung meluruhkan sel kulit mati, melainkan mengatur regenerasi sel.
Yang kamu lihat sebagai kulit mengelupas sebenarnya adalah respons terhadap kekeringan, bukan eksfoliasi aktif. Oleh karena itu, tetap gunakan pelembap untuk membantu proses regenerasi ini. Retinol lebih cocok disebut sebagai bahan komunikatif bagi sel kulit.
10. Jangan pakai retinol sebelum kulit menunjukkan tanda penuaan

Ada anggapan bahwa retinol hanya diperlukan jika kulit sudah menua atau muncul garis halus. Tapi Tobia menyarankan justru sebaliknya, gunakan retinol sejak usia 20-an sebagai langkah pencegahan. Ia menambahkan, formula ringan sangat baik untuk proses adaptasi awal kulit.
Dengan penggunaan dini, kamu bisa memperlambat munculnya tanda penuaan. Semakin cepat kamu mulai, semakin kecil kemungkinan kamu membutuhkan perawatan intensif di masa depan. Ini seperti menabung kesehatan kulit untuk masa depan.
11. Retinol tak bisa dipakai bersamaan dengan vitamin C

Banyak yang percaya bahwa menggabungkan retinol dan vitamin C akan membuat salah satunya tidak bekerja. Tapi menurut Tobia, kombinasi ini justru bisa saling melengkapi. Ada banyak produk yang memadukan kedua bahan ini untuk hasil anti-aging maksimal.
Mitos ini muncul karena perbedaan pH kedua bahan, tapi penelitian terbaru menunjukkan stabilitas keduanya saat diformulasikan dengan benar. Retinol dan vitamin C bisa bekerja bersama untuk mencerahkan kulit dan melawan radikal bebas. Jadi, tak perlu memilih salah satu, gunakan keduanya secara cerdas.
Retinol memang ampuh, tapi penggunaannya sering diselimuti mitos yang bikin orang ragu untuk mencobanya. Padahal, kalau digunakan dengan benar dan sesuai kebutuhan kulit, manfaatnya bisa sangat maksimal. Jadi, penting untuk memilah informasi dan percaya pada penjelasan para ahli agar nggak salah langkah dalam merawat kulit.