Tak Selamanya Buruk, Ini 5 Sisi Positif Cewek Pengidap Eccedentesiast

Dalam psikologi, terdapat istilah eccedentesiast untuk menjelaskan kondisi seseorang yang menyimpan kesedihan dan beban masalah di balik senyum dan keceriaan yang palsu. Sebenarnya, banyak orang yang berpotensi mengalami hal tersebut, namun memilih tidak menunjukkannya di hadapaan orang banyak. Mereka lebih suka memendam dan menyelesaikannya sendiri.
Eccedentesiast juga menjadi bagian dari gangguan kejiwaan yang mudah diderita oleh orang-orang terutama kaum perempuan. Bagaimana tidak? Kondisi kejiwaan penderita eccedentesiast yang sangat paradoks berada pada level abnormal. Di saat hati dan sedang kalut oleh berbagai persoalan, namun wajah dipaksa menampakkan ekspresi baik-baik saja.
Apakah gangguan kejiwaan ini tergolong ringan atau berat? Sebenarnya itu tergantung pemahaman, sikap dan situasi orang yang mengalaminya. Eccedentesiast dikatakan ringan karena tidak membuat penderitanya gila seperti pasien rumah sakit jiwa. Namun, bisa menjadi berat jika penderitanya hanya menahan masalah tanpa mencari jalan keluarnya.
Tentu saja, eccedentesiast berdampak buruk bagi penderitanya terutama perempuan. Bisa saja mereka adalah seorang istri, pegawai kantor, pebisnis, atau seorang ibu. Namun, ada sisi positif yang bisa kita pelajari dari pribadi seorang eccedentesiast. Yuk, simak ulasan berikut!
1. Punya rasa simpatik yang tinggi

Seorang perempuan eccedentesiast justru menjadi teman curhat yang sangat nyaman. Mereka memiliki rasa simpatiki yang sangat tinggi terhadap orang lain. Saat mereka menampilkan senyum yang berkebalikan dengan keadaan hatinya, mereka justru ingin orang yang sedang kesulitan bisa menyambut kebahagiaannya sesegera mungkin. Bisa dibilang, mereka sangat pandai menghibur orang lain yang sedang dilanda sedih.
2. Memilih tegar dan kuat dengan segala cobaan

Saat perempuan memilih senyum pada dunia luar di tengah kondisi sulit, di saat itulah mereka memilih kuat dan tegar atas cobaan yang menerpa. Kaum perempuan sangat rentan menderita luka batin karena sensitivitas perasannya yang tinggi. Perceraian, perselingkuhan, ekonomi yang buruk, kemiskinan, bencana alam berpengaruh langsung pada kondisi paara perempuan.
Di saat bersamaan, mereka juga harus menghibur anak-anaknya. Akal yang lemah dalam diri mereka dipaksa untuk menyeruak ke ruang logika. Itu sungguh di luar kebiasaan. Itu sebabnya, kaum perempuan sangat hebat ketika memilih menerima cobaan dengan lapang dada.
3. Mandiri dalam penyelesaian masalah

Di saat perempuan memilih tersenyum di atas derita hati dan luka batin, itu sudah menunjukkan kemandirian pada sisi penyelesaian masalah. Mereka tidak melabuhkan masalah yang dihadapi pada orang lain, justru menyelesaikannya sendiri dengan dewasa. Mereka juga sangat anti untuk sekadar menceritakan keluh kesah. Sebab, itu hanya membuat cabang masalah bertambah, bukannya berkurang.
4. Tidak menyusahkan orang lain

Kemandirian perempuan dalam penyelesaian masalahnya patut diacungi jempol. Tidak banyak orang yang dia libatkan sehingga sedikit orang yang direpotkan. Sebab, jika sampai terlalu banyak orang yang mengetahui problemnya berpotensi jadi hoax yang merugikan. Kita mesti memaklumi kultur masyarakat kita yang mudah heboh oleh persoalan yang tidak penting untuk dibahas. Masalah yang dihadapi orang lain seharusnya membuat kita bersimpati, bukan malah mencibir.
5. Terhindar dari bahan pembicaraan negatif

Sisi positif perempuan penderita eccedentesiast adalah mereka bisa terhindar dari objek pembicaraan orang-orang. Sebab, hampir tidak ada satupun orang yang mengetahui masalah yang dihadapinya. Wajahnya yang dipenuhi keceriaan dan kesan bahagia akan membuat orang menilanya memiliki kehidupan tenang. Bisa dipastikan, selalu sisi negatif seseorang yang dijadikan sebagai bahan pembicaraan yang gurih. Sedangkan prestasi atau sisi positifnya cenderung diabaikan.
Nah, itulah sisi baik dari perempuan yang mengidap eccedentesiast. Semoga menjadi pelajaran yang berharga, Guys!