Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Kamu Perlu Konsultasi ke Psikolog, Gak Perlu Malu!

ilustrasi konsultasi (pexels.com/cottonbro studio)

Padahal, kebingungan bukanlah sesuatu yang abnormal atau berlebihan. Kebingungan itu wajar bila intensitas, frekuensi, durasi dan efeknya masih dianggap aman dan normal. Nilai 'normal' setiap orang juga pasti berbeda. Teman kamu mengatakan itu tidak normal, tetapi jika kamu merasa itu normal, kamu mungkin akan menerimanya seperti biasa. Dan sebaliknya.

Jika kamu benar-benar berpikir kamu dapat menyelesaikan masalah kamu sendiri, cobalah untuk menyelesaikannya sendiri. Jika kamu tidak bisa melakukannya sendiri, curhatlah pada teman atau orang yang mengerti keadaan dan situasi yang kamu alami. Dan jika masalahnya sudah sangat rumit sehingga kamu dan teman atau kerabat tidak dapat menyelesaikannya, apalagi jika kamu memiliki masalah klinis. Artinya, kamu memerlukan bantuan profesional, seperti saran dari psikolog atau psikiater.

Untuk mengetahui kapan harus ke psikolog, di bawah ini ada 5 tanda kamu perlu ke psikolog karena bingung atau hal lain agar kamu bisa lebih bijak dengan diri sendiri. Yuk baca ulasannya sampai bawah!

1. Emosi negatif menghantui kamu sepanjang waktu

ilustrasi emosi negatif (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu merasa bahwa kamu pada dasarnya negatif, stres konstan. Rasanya sulit mengendalikan perasaan marah, sedih, cemas dan emosi negatif lainnya yang berlebihan dan membuat kamu kewalahan. Sebenarnya, stres itu sendiri adalah sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan setiap orang, tetapi ketika intensitasnya tidak normal, ada sesuatu yang salah.

Misalnya, kamu stres karena doi mengikutimu kemana-mana dan selalu membuat suasana hatimu buruk sehingga hidupmu selalu terasa negatif. Ini mungkin mengapa kamu harus berkonsultasi dengan psikolog untuk mengatur emosi kamu atau memberikan saran dan terapi jika diperlukan.

2. Kelelahan jangka panjang

ilustrasi kelelahan (pexels.com/cottonbro studio)

Pernahkah kamu merasa kurang tidur meskipun kamu tidur dalam waktu yang sangat lama? Seperti, kalau tidur 2 jam, 5 jam, 8 jam, bahkan 12 jam, sama saja. Itu hanya membuat kamu lelah dan lelah, karena tidur tidak menutupi rasa lelah kamu. Atau bahkan sebaliknya, kamu susah bangun tidur.

Insomnia atau hipersomnia adalah gejala depresi. Berbicara tentang insomnia, tidur adalah kuncinya. Jadi sebaiknya kamu mencoba menemui psikolog jika hal tersebut sudah mempengaruhi kehidupan kamu.

3. Merasa kehilangan

ilustrasi kehilangan (pexels.com/cottonbro studio)

Jadi kehilangan di sini maksudnya kehilangan dalam banyak konteks yang berbeda ya, Bro. Itu bisa berupa kehilangan orang yang kita cintai melalui kematian, itu bisa terjadi setelah putus, setelah ditinggal ke luar kota atau ke luar negeri oleh seseorang yang kita cintai, atau kehilangan sesuatu yang pernah kita miliki seperti pekerjaan, kekayaan, tahta, atau harapan.

Kehilangan atau kesedihan itu sendiri memiliki 5 tahap. Ada denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Dalam melakukan keempat tahap awal sebelum akhirnya sampai tahap terakhir yaitu penerimaan, kehidupan kamu bisa terpengaruh dan sangat terganggu. Jika itu sangat mengganggu kamu sehingga kamu menjauhkan diri dari orang-orang di sekitar kamu, kamu perlu menemui psikolog.

4. Menarik diri dari masyarakat

ilustrasi kesendirian (pexels.com/Min An)

Saat kamu merasa galau, biasanya kamu ingin curhat kepada teman-temanmu, bikin status galau, mendengarkan lagu-lagu yang galau, atau melakukan sesuatu yang menunjukkan bahwa kamu merasa galau. Terkadang, kamu sudah ada di tahap di mana kamu tidak mau lagi orang-orang tahu keberadaan kamu. Dan, hanya ingin sendiri serta menghilang dari kehidupan sosial.

Waktu menyendiri memang diperlukan untuk menenangkan pikiran. Namun, jika kamu menarik diri dari situasi sosial, kamu juga bisa berkonsultasi dengan psikolog. Karena saat kamu sendiri, orang nanti tidak tahu kalau kamu punya masalah.

5. Keinginan untuk melakukan pengembangan diri

ilustrasi konsultasi dir (pexels.com/cottonbro studio)

Ke psikolog tidak harus ketika kamu ada masalah, tapi ketika kamu mau berkembang, kamu juga bisa ke psikolog. Misalnya, kamu mau konsultasi ke psikolog karena mau minta tips bagaimana cara menjalin pacaran yang tidak toxic sama pacar kamu.

Atau kamu pengin mencoba move on dari gebetan atau orang yang kamu suka bertahun-tahun dan tidak memberikan respon yang baik buat kamu. Semua ini bisa kamu coba dengan konsultasi sama psikolog.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us