7 Ciri-Ciri Perilaku Attention-Seeking yang Perlu Dikenali, Cek Yuk!

Perilaku attention-seeking atau mencari perhatian sering kali dilakukan tanpa disadari. Orang yang melakukannya bisa tampak sangat percaya diri, padahal sebenarnya mereka sedang berusaha keras untuk mendapatkan validasi dari orang lain. Tindakan ini bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari unggahan di media sosial hingga cara bicara dalam keseharian.
Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini bisa berdampak negatif terhadap hubungan sosial maupun kesehatan mental. Maka dari itu, penting untuk mengenali ciri-ciri perilaku ini agar bisa lebih bijak dalam bersosialisasi. Berikut tujuh ciri-ciri yang perlu kamu waspadai.
1. Sering membagikan hal pribadi secara berlebihan
Orang yang sering mencari perhatian cenderung membagikan informasi pribadi secara berlebihan. Mereka mungkin sering mem-posting masalah pribadi di media sosial hanya untuk mendapatkan simpati atau komentar. Padahal, tidak semua orang nyaman dengan paparan tersebut.
Ciri ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang merasa kurang diperhatikan dalam kehidupan nyata. Mereka mencoba mengganti kekosongan itu dengan perhatian di dunia maya. Meski begitu, cara ini justru bisa berdampak negatif jika terlalu sering dilakukan.
2. Selalu ingin jadi pusat perhatian dalam kelompok
Saat sedang bersama teman atau dalam kelompok, mereka akan berusaha keras menjadi sorotan utama. Mereka bisa menyela pembicaraan atau berbicara keras agar semua mata tertuju padanya. Bahkan, tak jarang mereka mengarang cerita agar terdengar lebih menarik.
Kebiasaan ini bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman. Alih-alih mempererat hubungan, tindakan ini justru bisa merusak interaksi sosial. Ketika orang lain merasa tak dihargai, mereka akan mulai menjaga jarak.
3. Mengunggah konten kontroversial demi reaksi
Konten yang mengandung unsur kontroversial atau sensasional sering dijadikan alat oleh pelaku attention-seeking. Tujuannya adalah untuk memancing reaksi, entah itu komentar, like, atau bahkan debat. Mereka merasa puas saat mendapatkan banyak interaksi.
Meski berhasil menarik perhatian, tindakan ini bisa menimbulkan dampak buruk. Misalnya, menyinggung orang lain atau memecah belah opini. Dalam jangka panjang, orang akan mulai mempertanyakan niat dan keaslian dari unggahan tersebut.
4. Sering pamer pencapaian secara berlebihan
Menceritakan pencapaian memang hal yang wajar, tapi jika terlalu sering, bisa jadi itu adalah bentuk perhatian yang dicari. Orang dengan perilaku ini akan terus membagikan keberhasilannya, bahkan dalam hal-hal yang sebenarnya biasa saja. Mereka menginginkan pujian sebagai bentuk validasi diri.
Tanpa disadari, sikap ini bisa membuat orang lain merasa iri atau terganggu. Alih-alih menginspirasi, mereka justru dianggap sombong. Padahal, menghargai pencapaian tanpa membandingkan diri dengan orang lain akan jauh lebih bijak.
5. Drama menjadi bagian dari keseharian
Orang dengan perilaku attention-seeking cenderung membawa drama dalam kehidupan sehari-hari. Mereka suka memperbesar masalah atau bereaksi secara emosional terhadap hal kecil. Semua itu dilakukan demi mendapat perhatian lebih.
Reaksi berlebihan ini bisa menguras energi orang di sekitarnya. Akibatnya, banyak yang memilih menjauh karena merasa lelah secara emosional. Jika tidak disadari, kebiasaan ini bisa memicu konflik yang sebetulnya tidak perlu terjadi.
6. Selalu ingin terlihat berbeda dari yang lain
Mereka sering kali tampil dengan gaya berpakaian yang mencolok atau berperilaku unik secara sengaja. Tujuannya bukan sekadar ekspresi diri, melainkan untuk menarik perhatian orang lain. Gaya hidup yang ekstrem juga sering dipilih agar terlihat menonjol.
Walaupun tampak kreatif, motivasi di balik tindakan ini penting untuk dipertanyakan. Jika didasari oleh kebutuhan akan validasi, bukan passion, maka bisa berujung pada tekanan sosial. Ketidaktulusan dalam menampilkan diri bisa membuat orang lain sulit percaya.
7. Suka memancing komentar dengan status ambigu
Seseorang yang attention-seeker sering membuat status atau unggahan yang ambigu dan menggantung. Mereka tidak menjelaskan secara langsung, tetapi cukup membuat orang bertanya-tanya. Tujuannya jelas, yaitu untuk mengundang perhatian dan komentar.
Strategi ini mungkin berhasil dalam jangka pendek, tapi bisa merusak hubungan secara perlahan. Orang lain bisa merasa dimanfaatkan atau dipermainkan. Hubungan yang sehat seharusnya dilandasi keterbukaan, bukan manipulasi emosi.
Mengenali ciri-ciri perilaku attention-seeking sangat penting agar kamu bisa bersikap lebih bijak dalam berinteraksi. Dengan memahami motif di balik tindakan seseorang, kamu bisa menjaga kesehatan emosionalmu sendiri. Yuk, mulai perhatikan sinyal-sinyal kecil yang sering muncul di sekitarmu!