Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bertengkar (pexels.com/artursafronovvvv)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/artursafronovvvv)

Dalam setiap hubungan, baik itu hubungan asmara, persahabatan, atau hubungan kerja, penting untuk membangun kedewasaan, empati, dan komunikasi yang sehat. Namun, terkadang kita akan menemui orang-orang yang cenderung suka berperan sebagai korban dalam situasi-situasi tertentu.

Pasangan yang suka berperan sebagai korban ini dapat menjadi sumber stres dan kelelahan batin bagi kita. Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh ciri pasangan yang suka berperan sebagai korban atau playing victim.

1. Menyalahkan orang lain

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Budgeron Bach)

Pasangan yang suka berperan sebagai korban cenderung selalu menyalahkan orang lain atas segala masalah yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka tidak mau mengakui kesalahan atau tanggung jawab pribadi mereka dan selalu mencari kambing hitam untuk menyalahkan. Hal ini dapat membuat kita merasa lelah karena selalu harus bertahan dari tuduhan yang tidak adil.

Terkadang, mereka bahkan tidak sadar bahwa perilaku mereka ini membuat orang lain menjadi tidak nyaman. Mereka seringkali menggunakan kata-kata yang manipulatif untuk meyakinkan orang lain bahwa mereka benar. Dalam beberapa kasus, pasangan seperti ini mungkin memiliki riwayat trauma yang menyebabkan mereka sulit untuk bertanggung jawab atas hidup mereka.

2. Mengeluh terus-menerus

ilustrasi bertengkar (pexels.com/SHVETS production)

Pasangan yang suka berperan sebagai korban juga cenderung mengeluh secara terus-menerus tentang hidup mereka yang tidak adil dan penuh kesulitan. Mereka tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki dan selalu merasa bahwa mereka selalu menjadi korban dari keadaan. Mendengarkan keluhan yang tidak berujung ini dapat membuat kita merasa lelah dan kehilangan energi.

Selain itu, keluhan mereka seringkali tidak diimbangi dengan upaya untuk mencari solusi dari masalah yang mereka hadapi. Mereka cenderung terjebak dalam siklus negatif di mana mereka hanya fokus pada hal-hal yang tidak berjalan dengan baik dalam hidup. Kadang-kadang, mereka bahkan mengeluh tentang hal-hal yang sebenarnya remeh.

3. Tidak menerima masukan

ilustrasi berbicara (pexels.com/RDNE Stock project)

Orang yang suka berperan sebagai korban biasanya sulit untuk menerima masukan atau saran dari orang lain. Mereka cenderung merasa bahwa mereka sudah tahu segalanya dan bahwa masukan dari orang lain tidak berguna bagi mereka. Hal ini dapat membuat kita merasa lelah karena merasa bahwa upaya kita untuk membantu mereka tidak dihargai.

Terkadang, mereka bahkan menolak untuk mendengarkan pendapat atau saran dari ahli yang seharusnya bisa membantu mereka. Sikap mereka yang keras kepala ini seringkali membuat proses komunikasi menjadi sulit dan menyulitkan untuk mencapai pemahaman bersama. Mereka mungkin menganggap masukan dari orang lain sebagai ancaman terhadap identitas atau harga diri mereka.

4. Tidak bertanggung jawab

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)

Pasangan yang suka berperan sebagai korban juga cenderung tidak bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan mereka. Mereka selalu mencari alasan atau pembenaran untuk perilaku mereka yang buruk dan tidak pernah mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Hal ini dapat membuat kita merasa lelah karena selalu harus menanggung beban tanggung jawab yang seharusnya mereka pikul bersama.

Terkadang, mereka bahkan menghindari konsekuensi dari tindakan mereka dan membiarkan orang lain menanggung beban yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka. Sikap mereka yang tidak bertanggung jawab ini dapat merusak hubungan dan membuat orang lain kehilangan kepercayaan pada mereka. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin menggunakan peran sebagai korban untuk menghindari tanggung jawab yang seharusnya mereka emban.

5. Manipulatif

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

Orang yang suka berperan sebagai korban juga cenderung manipulatif dalam hubungan mereka. Mereka menggunakan peran sebagai korban mereka untuk mendapatkan simpati dan perhatian dari orang lain. Bahkan, mereka tidak segan-segan untuk memanipulasi situasi demi kepentingan mereka sendiri. Hal ini dapat membuat kita merasa lelah karena selalu harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam permainan manipulatif mereka.

Mereka seringkali menggunakan air mata atau pengaruh emosional lainnya untuk mempengaruhi orang lain dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Selain itu, mereka bahkan menggunakan perasaan bersalah orang lain untuk memanipulasi mereka agar melakukan apa yang mereka mau. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin tidak sadar bahwa perilaku manipulatif mereka ini merusak hubungan dengan orang lain.

6. Tidak bisa mengatasi masalah

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pasangan yang suka berperan sebagai korban juga cenderung tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Mereka lebih memilih untuk merasa tidak berdaya dan terpuruk dalam masalah mereka daripada mencari solusi yang nyata. Hal ini dapat membuat kita merasa lelah karena selalu harus menjadi penyeimbang dan penyelesaian masalah dalam hubungan tersebut.

Terkadang, mereka bahkan tidak mau mencoba mencari solusi dari masalah yang mereka hadapi dan lebih memilih untuk mengabaikannya. Sikap mereka yang pasif ini seringkali membuat proses penyelesaian masalah menjadi lebih sulit dan memakan waktu. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan masalah mereka tanpa berusaha melakukan apapun.

7. Memiliki dorongan perhatian yang tinggi

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

Orang yang suka berperan sebagai korban juga cenderung memiliki dorongan perhatian yang tinggi. Mereka selalu ingin menjadi pusat perhatian dan mendapatkan simpati dari orang lain. Mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian tersebut, bahkan jika itu berarti harus berperan sebagai korban. Hal ini dapat membuat kita merasa lelah karena selalu harus memberikan perhatian ekstra kepada mereka untuk memenuhi kebutuhan perhatian mereka.

Mereka bahkan tidak peduli apakah perhatian yang mereka dapatkan itu positif atau negatif, asalkan mereka menjadi pusat perhatian. Sikap mereka yang terlalu membutuhkan perhatian ini seringkali membuat orang lain merasa tertekan atau terbebani. Terkadang, mereka mungkin tidak menyadari bahwa kebutuhan mereka akan perhatian ini bisa menjadi tidak sehat bagi hubungan mereka.

Dalam sebuah hubungan, penting untuk saling mendukung dan saling menghormati satu sama lain. Jika salah satu pasangan terus-menerus playing victim, maka hubungan tersebut tidak akan seimbang dan bahkan bisa berakhir dengan tidak baik. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi ciri-ciri pasangan yang suka playing victim dan mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team