4 Fakta Free Solo Alex Honnold, Pencapaian Luar Biasa Seorang Atlet

Jika ada satu hal yang mampu menyatukan para pemanjat dan pecinta kegiatan panjat tebing secara umum, mungkin adalah pendakian free solo Alex Honnold pada tahun 2017 lalu. Sebuah pendakian yang paling banyak diperbincangkan dalam 20 tahun terakhir ini.
Pemanjatan tebing granit setinggi 3.000 kaki di Yosemite yang legendaris, tetapi tanpa tali atau alat keselamatan lain? Terdengar seperti ide gila, bukan? Mari kita tilik empat fakta menarik di balik prestasi Alex Honnold tersebut.
1. Tanpa alat pengaman, tanpa kesempatan kedua

Biasanya setiap pemanjat akan jatuh tertahan oleh tali pengaman dan harness di pinggang mereka. Berbeda hal dengan free solo, pemanjatan ini bebas tanpa terikat dengan alat pengaman apapun. Lalu, resikonya? Jelas adalah mati dan permainan pun berakhir. Sampai saat ini free solo masih menuai kontroversi dan acap kali memakan korban.
Ingat, para pemanjat yang sudah profesional pun banyak yang gagal dalam melakukan free solo. Tidak ada kesempatan kedua setelah kamu gagal. Jadi, jangan coba melakukan ini tanpa persiapan ya!
2. Obsesi dan persiapan sekian tahun

Ukuran kesuksesan pemanjatan dengan tali adalah ketika kita berkali-kali gagal dan jatuh, lalu dalam satu waktu kita akhirnya berhasil mencapai puncak. Namun, di free solo setiap gerakan harus dieksekusi dengan sempurna.
Alex Honnold tidak serta merta melakukan free solo yang beresiko dalam sehari semalam. Telah bertahun-tahun, ia menyimpan obsesi untuk memanjat El Capitan. Sebelumnya pada tahun 2008, ia melakukan free solo setinggi 2.000 kaki di Half Dome, Yosemite – sebuah pendakian yang melebarkan namanya di kancah internasional.
Pendakian El Capitan rute freerider sendiri membutuhkan waktu lebih dari satu tahun persiapan. Setiap pegangan, setiap pijakan, setiap pergerakan dilatih berulang-ulang menggunakan tali sampai ia benar-benar menghafal seluruh gerakan. Belum lagi secara fisik dan mental, ia harus mempersiapkannya dengan keras.
Free solo bukan hanya sekedar kekuatan fisik, melainkan mengontrol penuh mental dan ketenangan kita ketika di berada di bawah tekanan. Sebagai gambaran, sebagian besar pemanjat melakukan pendakian rute ini dengan peralatan keselamatan lengkap, dan bahkan dengan itu pun rute ini masih dianggap sulit. Honnold tidak hanya memanjat tanpa alat pengaman, tetapi dia juga melakukannya hanya dalam waktu kurang dari empat jam.
3. The boulder problem, bagian tersulit

Setiap rute pemanjatan memiliki crux atau bagian tersulit. The Boulder Problem adalah crux di rute free rider. Crux ini sangat terkenal di kalangan pemanjat, terdiri dari pegangan kecil yang ditahan hanya dengan jempol tangan dan "tendangan karakte" yang legendaris untuk mencapai pijakan kecil.
Bagi Honnold, The Boulder Problem bukan hanya menuntut kekuatan fisik, tetapi juga mengurasnya secara mental. Bahkan para pemanjat elit lainnya pun merasa kesulitan meski menggunakan tali sekalipun. Namun, Honnold melakukan gerakannya dengan sempurna dan mengalir. Kamu bisa menyaksikan momen ini di film dokumenter Free Soloa atau melihat cuplikannya yang sudah tersebar banyak di internet.
4. Sejarah atlet panjat dengan film dokumenter yang mendapat penghargaan

Pemanjatan Alex Honnold bukan bukan hanya sebuah pencapaian di dunia pemanjatan, tetapi juga sebuah sejarah sinematik. Film dokumenter Free Solo tahun 2018 yang disutradarai oleh Elizabeth Chai Vasarhelyi dan Jimmy Chin, mengabadikan setiap momen mencekam dalam pemanjatan tersebut. Para kru film harus mendesain produksi dan mendokumentasikan pemanjatan dari jarak yang jauh dengan tujuan tidak mengganggu dan menambah tekanan pada Honnold. Hal ini juga di disepakati oleh Honnold juga karena baginya, salah satu hal yang berat adalah membiarkan para kru melihat sesuatu yang paling mengerikan yaitu jika dirinya terjatuh di depan mata mereka.
Secara sinematik, film ini juga memenangkan penghargaan Academy Award untuk kategori Film Dokumenter Terbaik pada tahun 2019 yang membawa nama Alex Honnold semakin meluas di radar budaya populer dunia. Film ini bukan hanya memotret ketegangan dalam pemanjatannya, tetapi juga proses Honnold dalam menyiapkan mental dan tekad kuatnya untuk menghadapi resiko yang begitu besar.
Bagi Alex Honnold pemanjatan ini bukanlah ajang pencarian sensasi, tetapi tentang pengendalian diri dan melakukan sesuatu yang besar dan berharga. Free solo yang dilakukan Alex Honnold mungkin adalah salah satu pencapaian tertinggi bagi seorang atlet, dan juga seorang manusia dalam upaya mendobrak hal-hal yang mustahil.