Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Kebiasaan Saat Kerja yang Diam-Diam Mengganggu Rekan Kerja, Hindari!

ilustrasi rekan kerja yang terganggu (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi rekan kerja yang terganggu (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Terlalu sering menyela atau memotong pembicaraan
  • Memutar musik atau video tanpa earphone
  • Menunda pekerjaan dan membebani tim
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kantor, entah berupa gedung besar berpendingin ruangan atau hanya ruang kecil yang dipenuhi laptop dan cangkir kopi, selalu menyimpan cerita tentang interaksi manusia. Setiap orang membawa kebiasaannya sendiri, mulai dari yang menyenangkan sampai yang secara perlahan mengusik orang lain. Kamu mungkin pernah merasa risih terhadap rekan kerja yang terlalu sering mengetuk meja, atau barangkali justru kamu yang tanpa sadar melakukannya.

Kebiasaan kecil sering dianggap sepele, tetapi dalam lingkungan kerja yang menuntut konsentrasi dan kolaborasi, hal-hal itu bisa berubah menjadi gangguan. Bedanya, gangguan ini tak selalu disampaikan secara langsung. Banyak orang memilih diam karena tak ingin menyinggung perasaan. Akhirnya, kebiasaan itu terus berulang, seakan tak pernah ada yang salah.

Supaya kamu tak terjebak dalam siklus yang sama, mari kita bahas enam kebiasaan yang diam-diam mengganggu rekan kerja. Bisa jadi kamu menemukan dirimu di salah satunya.

1. Terlalu sering menyela atau memotong pembicaraan

ilustrasi memotong pembicaraan (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi memotong pembicaraan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Diskusi di ruang kerja idealnya berlangsung lancar dengan setiap orang diberi ruang untuk menyampaikan pendapat. Namun, ada saja momen ketika seseorang terlalu bersemangat hingga cenderung menyela. Kadang terjadi tanpa sadar, nih, bahwa kamu merasa ide yang muncul di kepala terlalu penting untuk ditunda, sehingga buru-buru menyampaikannya meski rekan kerja belum selesai bicara.

Masalahnya, kebiasaan menyela bisa membuat orang lain merasa tak dihargai. Mereka kehilangan kesempatan untuk menuntaskan kalimat, bahkan mungkin kehilangan semangat untuk melanjutkan. Jika dibiarkan, pola ini bisa menimbulkan jarak emosional dalam tim. Solusi sederhana? Latih kesabaran untuk mendengar. Beri jeda sebelum masuk ke pembicaraan. Ingat, mendengarkan bukan sekadar menunggu giliran berbicara, tetapi memberi ruang agar komunikasi berlangsung setara.

2. Memutar musik atau video tanpa earphone

ilustrasi memutar video saat bekerja (pexels.com/Adera Abdoulaye Dolo)
ilustrasi memutar video saat bekerja (pexels.com/Adera Abdoulaye Dolo)

Banyak orang bekerja lebih produktif dengan musik. Irama tertentu memang bisa memberi energi tambahan di tengah tumpukan laporan. Tetapi, ketika musik atau video diputar tanpa earphone, suasana kantor berubah menjadi ruang karaoke kecil yang tak semua orang sukai.

Bagi sebagian rekan kerja, suara tambahan itu menjadi distraksi serius. Mereka kesulitan fokus, terutama saat harus mengolah data atau menulis laporan penting. Jika kamu ingin menikmati musik, gunakan earphone atau speaker pribadi yang tak terdengar oleh orang lain. Ingat, preferensi musik setiap orang berbeda. Apa yang bagi kamu terdengar menenangkan, bagi orang lain bisa terasa mengganggu.

3. Menunda pekerjaan dan membebani tim

ilustrasi membebani tim (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi membebani tim (pexels.com/Yan Krukau)

Kebiasaan menunda pekerjaan mungkin terasa sepele kalau hanya terjadi sekali. Tetapi, nih, jika berulang, dampaknya bisa merambat ke seluruh tim. Bayangkan sebuah proyek yang seharusnya selesai pekan ini, terhambat karena ada satu bagian yang tidak kunjung dirampungkan. Semua orang menunggu, sementara kamu masih mencari alasan untuk menundanya.

Bro, menunda pekerjaan bukan hanya soal manajemen waktu, melainkan juga soal tanggung jawab, lho. Rekan kerja akan merasa frustrasi ketika hasil kerja mereka terikat pada kecepatanmu. Nah, solusinya adalah memecah pekerjaan besar menjadi bagian kecil, kerjakan secara bertahap, dan jangan menunggu hingga deadline mendekat. Ingat, Bro, keberhasilan tim tidak hanya diukur dari ide brilian, tetapi juga dari konsistensi setiap anggotanya.

4. Menggunakan ponsel di saat yang tidak tepat

ilustrasi pekerja yang bermain ponsel (pexels/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pekerja yang bermain ponsel (pexels/Andrea Piacquadio)

Nyatanya, ponsel kini menjadi perpanjangan tangan kita. Dari membalas pesan keluarga, memesan makanan, hingga sekadar mengecek media sosial. Tetapi, dalam lingkungan kerja, terlalu sering menggunakan ponsel bisa menimbulkan kesan negatif. Bayangkan sedang ada rapat serius, lalu seseorang sibuk menunduk menatap layar, dan sesekali tertawa kecil membaca pesan.

Rekan kerjamu paling tak langsung menegur, tetapi dalam hati mereka merasa kehadiranmu itu pasif, nih. Kebiasaan ini bisa dianggap kurang profesional, bahkan menurunkan rasa percaya rekanmu. Nah, kamu hanya perlu waktu untuk memeriksa ponsel, dan letakkan perangkatmu ketika sedang rapat atau diskusi tim. Dengan begitu, kamu dapat menunjukkan rasa hormat pada waktu dan perhatian orang lain.

5. Membiarkan meja berantakan hingga mengganggu orang lain

ilustrasi meja kerja yang berantakan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi meja kerja yang berantakan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Bagi sebagian orang, meja yang berantakan adalah tanda kreativitas. Aneh, bukan? Tetapi ada batas yang tak boleh dilampaui. Kalau tumpukan kertas, kabel berserakan, dan gelas kopi bekas mulai meluber ke meja rekan kerja di sebelahmu, maka yang terjadi bukan lagi kreativitas, melainkan gangguan.

Ruang kerja bersama menuntut kesadaran akan batas pribadi. Saat meja terlalu berantakan, bukan hanya mengganggu pandangan, tetapi juga bisa menularkan rasa tidak nyaman. Membersihkan meja secara rutin adalah cara sederhana untuk menjaga harmoni. So, kebersihan tak hanya soal estetika, tetapi juga bentuk penghormatan pada orang yang berbagi ruang denganmu, Bro.

6. Mengeluh berlebihan tentang pekerjaan

ilustrasi mengeluh berlebihan tentang pekerjaan (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi mengeluh berlebihan tentang pekerjaan (pexels.com/Yan Krukau)

Setiap orang berhak lelah, bahkan wajar sesekali mengeluh tentang pekerjaan, kok. Tetapi, kalau keluhan menjadi kebiasaan sehari-hari, atmosfer kantor bisa berubah jadi muram. Rekan kerja yang semula bersemangat bisa ikut terhanyut dalam energi negatif.

Mengeluh berlebihan juga menunjukkan kamu tak berusaha mencari solusi. Padahal, pekerjaan yang menumpuk atau atasan yang menuntut lebih bisa diatasi dengan komunikasi yang sehat, kok. Kalau benar-benar berat, carilah ruang untuk berbicara dengan tim atau atasan, bukan sekadar melampiaskan rasa jengkel berulang kali, ya. Dengan begitu, energi di tempat kerja tetap produktif, bukan terjebak dalam keluhan tanpa ujung.

Kebiasaan kecil sering dianggap remeh, tetapi dampaknya bisa terasa besar dalam lingkungan kerja, Bro. Menyela pembicaraan, memutar musik tanpa earphone, menunda pekerjaan, terlalu sering menatap ponsel, membiarkan meja berantakan, hingga mengeluh berlebihan tentu bisa mengganggu ritme kerja tim. So, sebelum merasa terganggu oleh orang lain, coba tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kebiasaanmu sudah memberi kenyamanan bagi mereka? Dengan begitu, suasana kerja tak hanya lebih produktif, tetapi juga lebih manusiawi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

7 Potret Montserrat Villalva Miss Grand Meksiko 2025, Seorang Dokter Hewan!

14 Sep 2025, 16:03 WIBMen