Sore-Sore Berkah: Orang Beriman Sedih Berpisah dengan Bulan Ramadan

Manfaatkan Ramadan sebaik-baiknya jangan sampai merugi

Jakarta, IDN Times - Tidak terasa sebentar lagi Ramadan akan pergi meninggalkan kita. Orang-orang yang beriman pasti sedih karena Ramadan ini musim seminya bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan bagi yang tidak beriman, Ramadan ini hanyalah beban.

Lantas, mengapa kesedihan muncul menjelang kepergian Ramadan tahun ini? Mari simak bersama Muzammil Hasballah dalam Sore-Sore Berkah by IDN Times.

Baca Juga: Yuk, Kerjakan 4 Macam Sedekah Biar Hidup Makin Berkah 

1. Iman membuat kita menikmati Ramadan

Sore-Sore Berkah: Orang Beriman Sedih Berpisah dengan Bulan RamadanIlustrasi Berdoa (IDN Times/Sunariyah)

Allah SWT memanggil kita dan iman kita. Allah tidak memanggil fisik kita, karena bukan orang yang kuat yang bisa menikmati Ramadan. Allah tidak memanggil akal kita, karena tak cukup hanya sekedar cerdas untuk menikmati indahnya bulan Ramadan.

Tapi orang yang memiliki iman di dalam hatinya, merekalah yang merasakan lezatnya, nikmatnya, indahnya bulan suci Ramadan. Oleh karena itu, orang yang beriman pasti sedih dengan perginya bulan penuh berkah ini.

2. Kerinduan terhadap bulan Ramadan

Sore-Sore Berkah: Orang Beriman Sedih Berpisah dengan Bulan RamadanIDN Times/Dwi Agustiar

Ulama-ulama terdahulu, ulama-ulama salaf, enam bulan sebelum Ramadan saja sudah berdoa kepada Allah SWT supaya dipertemukan dengan bulan Ramadan. 

Bagaimana nabi Muhammad SAW mengajarkan doa sejak bulan rajab, 

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allahumma bariklana fii Rajaba wa Sya'bana wa ballighna Ramadhan

Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan."

Di bulan Rajab sudah berusaha meninggalkan dosa, di bulan syaban meningkatkan intensitas kebaikan, hingga bulan Ramadan adalah puncaknya. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan.

Tapi di bulan Ramadan bertambah-tambah kedermawanan Nabi. Karena, harta yang kita keluarkan di jalan Allah, itu tidak ada apa-apanya dengan kebaikan dan kebahagiaan yang nantinya akan kita dapatkan dan kita rasakan.

Karena harta itu bisa dicari lagi dengan izin Allah SWT, dapat diganti dengan yang lebih baik. Dan sebaik-baik balasan adalah balasan di akhirat kelak.

Baca Juga: Jadi Penyempurna Ibadah Ramadan, Ini 5 Fungsi Zakat Fitrah

3. Ramadan adalah bulan Qur'an

Sore-Sore Berkah: Orang Beriman Sedih Berpisah dengan Bulan RamadanIlustrasi Al-Qur'an dan Buku Yasin (IDN Times/Besse Fadhilah)

Sebagaimana potongan QS Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi, 

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ

Syahru ramadanalladzi unzila fihil-qur`anu

Artinya: "Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,"

Maka orang yang beriman sangat berbahagia menikmati jamuan Allah SWT di bulan Qur'an ini, berinteraksi dengan kitab suci itu siang dan malam, membacanya, mentadaburnya, memahami isinya. Dengan target khataman yang berulang kali, terkadang kita menikmati lantunan imam yang luar biasa dalam salat malam, maupun qiyam dan tarawih.

Meskipun di antara kita belum semuanya bisa memahami makna Al-Qur'an, tapi orang yang beriman tetap merasakan kenikmatan, dan kebahagiaan. Inilah Ramadan yang indahnya hanya akan dirasakan oleh mereka yang yakin memiliki iman di dalam hati.

4. Apakah Ramadan tahun depan milik kita?

Sore-Sore Berkah: Orang Beriman Sedih Berpisah dengan Bulan Ramadanilustrasi perempuan muslim berdoa (freepik.com/mkitina4)

Yang membuat orang beriman sedih (semoga kita termasuk di golongannya) adalah Ramadan akan terus ada sampai hari kiamat tiba, sampai akhir zaman, sampai dunia berakhir. Ramadan akan terus ada tapi apakah Ramadan tahun depan adalah milik kita?

Itulah yang menjadi kekhawatiran dan ketakutan orang-orang beriman. Sedih kalau Raadan tahun depan ternyata kita sudah tidak diizinkan untuk berjumpa lagi dengannya.

Betapa sedihnya kita ketika berkunjung dan melayat pada teman-teman yang mendahului kita, yang ternyata sudah tak sempat lagi menikmati Ramadan. Kita juga tidak menutup kemungkinan,  karena sakaratul maut itu bukan nomor urut tapi nomor cabut.

Oleh karena itu, mari kita manfaatkan sebaik mungkin di sisa Ramadan yang ada, apalagi di 10 Ramadan terakhir.

5. Malam Lailatul Qadr

Sore-Sore Berkah: Orang Beriman Sedih Berpisah dengan Bulan RamadanIlustrasi Suasana Malam Perkotaan (IDN Times/Anata)

Nabi Muhammad SAW dalam Riwayat ketika memasuki 10 Ramadan yang akhir, mengencangkan sarungnya, yang bermakna berpisah sementara dengan istri-istrinya. Kemudian, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya untuk mengoptimalkan Ramadan, karena di 10 Ramadan terakhir ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan yaitu malam Qadar.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

Lailatull Qadri khairum min alfii shahr

Artinya: "Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."

Usia umat Rasul itu terbatas dari 60 sampai 70 tahun, maka dengan bertemu dengan malam Qadar, Lailatul Qadar usia kebaikan kita bisa berlipat ganda. Itu sebabnya kenapa umat Nabi Muhammad bisa menandingi pahala umat-umat nabi terdahulu yang usianya panjang-panjang, karena dapat kesempatan untuk bertemu dengan malam Lailatul Qadar. Di 10 malam terakhir, terlebih di malam-malam yang ganjil.

Maka teman-teman semua yang disayang Allah, manfaatkan Ramadan, maksimalkan ibadah, perbanyak interaksi dengan Al-Qur'an, perbanyak sedekah jangan sampai menyesal di kemudian hari. Dan yang tak kalah penting, usahakan untuk tetap istiqamah meski Ramadan berlalu.

Baca Juga: 5 Tanda Lailatul Qadar yang Wajib Diketahui, Jangan Sampai Kelewatan!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya