Ridwan Kamil: PLTU Harus Bergeser ke Pembangkit Listrik EBT
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan bahwa dalam jangka panjang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara harus bergeser ke pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
Ridwan menjelaskan, PLTU yang ada di daerahnya telah berupaya untuk menekan polusi udara, dengan menggunakan alat peredam berupa scrubber.
Sebagai informasi, scrubber adalah kumpulan berbagai macam alat kendali polusi udara, yang dapat digunakan untuk membuang partikel dan/atau gas dari arus gas keluaran industri.
“Sudah. Kan sudah scrubber satu untuk existing yang masih pakai batu bara silahkan cek ke PLN kita sudah pake scrubber. Scrubber itu peredam polusi,” kata dia.
Namun, kata dia, ke depan perlu ada pergeseran dengan menggunakan energi baru terbarukan. Ridwan mencontohkan, Jawa Barat telah memiliki pembangkit listrik dari tenaga matahari terbesar di ASEAN yang dibangun di daerah Cirata.
“Tapi jangan panjangnya untuk 10-20 tahun harus bergeser ke pembangkit listrik energi terbarukan contohnya di Cirata, energi matahari terbesar di ASEAN di bangun di sana,” kata dia.
1. Luhut sebut PLN akan setop bangun PLTU Batu Bara mulai 2023
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan, PT PLN (Persero) akan berhenti membangun PLTU batu bara mulai 2023.
"PLN, sebagai perusahaan energi milik negara, telah memutuskan untuk memoratorium pembangunan baru pembangkit listrik bertenaga batu bara dalam perencanaan mereka mulai tahun 2023," kata Luhut.
Baca Juga: Makin Global, Ini Sederet Ekspansi Pertamina di Afrika
2. Indonesia kejar nol emisi karbon di 2060
Editor’s picks
Luhut mengatakan, Indonesia kini menetapkan target nol emisi karbon (net zero carbon emission) pada 2060 dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Untuk itu, pemerintah ke depan akan fokus terhadap pengembangan EBT.
Untuk itu, dalam forum tersebut Luhut juga membeberkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan bekerja sama dalam mencapai target nol emisi karbon.
"Kerja sama dalam pengembangan dan penerapan teknologi energi terbarukan akan menjadi prioritas utama dalam hubungan AS-Indonesia ini,” kata Luhut.
3. Masalah polusi udara harus diselesaikan dari hulu ke hilir
Menko Luhut menjelaskan, diperlukan tindakan dari hulu hingga hilir guna mencapai solusi yang holistik. Sebab, masalah polusi udara memiliki dampak serius terhadap kesehatan masyarakat, kualitas hidup, dan keuangan negara.
"Upaya ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam mengatasi masalah ini, dan pentingnya solusi lintas sektor untuk menurunkan emisi di Jabodetabek," kata dia.
Untuk mengurangi polusi dari sektor industri dan pembangkit listrik, pemerintah akan mewajibkan industri menggunakan scrubber untuk industri berat dan PLTU batu bara, serta meningkatkan standar emisi PLTU.
Menurut Luhut, penggunaan PLTU batu bara juga perlu dikurangi dengan pensiun dini atau pengurangan faktor kapasitas PLTU.
“Percepatan transisi energi dengan mendorong bauran energi baru terbarukan juga dibutuhkan, termasuk insentif seperti kredit karbon dan pajak karbon," tuturnya.
Baca Juga: Jos! Pertamina Ekspansi Bisnis Geothermal di Kenya