TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Penyintas COVID-19 Bisa Reaktif Saat Rapid Test Antibodi?

Kira-kira alasannya kenapa ya?

Petugas medis menunjukkan sampel darah saat rapid test atau pemeriksaan cepat COVID-19 di DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Partai Golkar menyelenggarakan rapid test COVID-19 secara gratis bagi wartawan, kader, dan masyarakat guna memastikan kesehatan dan mengantisipasi penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Didik Setiawan

Jakarta, IDN Times - Seorang dokter sekaligus PhD Candidate in Medical Science di Kobe University Jepang, Adam Prabata, menjelaskan kenapa seseorang yang sudah sembuh dari COVID-19 hasil rapid tes antibodinya akan tetap reaktif. 

Adam mengatakan hal tersebut bisa terjadi karena rapid test antibodi bertujuan memeriksa antibodi. Tes itu bukan untuk mengecek keberadaan virus penyebab COVID-19 di dalam tubuh seseorang.

"Seseorang terinfeksi virus penyebab COVID-19, lalu bergejala, dan memiliki antibodi terhadap COVID-19," kata Adam Prabata seperti dikutip dari akun Instagram @adamprabata, Selasa (17/11/2020).

Baca Juga: Jangan Bingung! Ini Bedanya Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen

1. Antibodi belum terdeteksi pada fase awal terinfeksi COVID-19

Ilustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Adam mengatakan hasil reaktif dari rapid test antibodi tidak menandakan seseorang memiliki virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di dalam tubuhnya. Sebab, antibodi memang belum terdeteksi pada fase awal terinfeksi, tetapi dapat terdeteksi setelah seseorang dinyatakan sembuh dari COVID-19.

"Rapid test antibidi reaktif tidak sama dengan sedang terinfeksi COVID-19," katanya.

2. Antibodi COVID-19 bisa terdeteksi hingga enam bulan pascainfeksi

Ilustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Adam mengatakan kadar antibodi terhadap COVID-19 bisa bertahan di titik puncak hingga dua bulan lamanya. Setelahnya, antibodi akan menurun sebanyak 50 persen.

"Namun, masih dapat terdeteksi hingga enam bulan ke depan," jelasnya.

Hal itu lah yang menyebabkan hasil rapid test orang yanh sudah sembuh bisa reaktif walaupun sudah enam bulan pasca terinfeksi.

"Bahkan bisa lebih dari itu," katanya.

Baca Juga: Satgas COVID-19: Masih Banyak yang Tidak Percaya COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya