TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhat Para Dokter: Kena COVID-19 Tapi Susah Cari RS

Pihak rumah sakit dilema

Dua orang tenaga kesehatan beristirahat sejenak saat menunggu pasien di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum (RSU) Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Senin (14/6/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

Jakarta, IDN Times - Lonjakan kasus COVID-19 yang semakin menggila membuat keterisian rumah sakit penuh. Akibatnya, layanan kesehatan untuk pasien tidak tertangani.

Berdasarkan catatan LaporCovid-19 sebanyak 265 pasien COVID-19 yang menjalankan isolasi mandiri meninggal. Sebagian besar pasien meninggal saat berupaya mencari fasilitas kesehatan, dan menunggu antrean di IGD Rumah Sakit.

Ternyata, bukan hanya pasien dari masyarakat yang susah mendapatkan tempat tidur, bahkan dokter saat sakit ternyata juga kesulitan. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Tim Mitigasi Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Adib Khumaidi, dalam diskusi yang digelar LaporCovid-19 via daring, Jumat (9/7/2021).

Baca Juga: YesDok, Mitra Kemenkes Tempat Pasien COVID-19 Bisa Dapat Obat Gratis

1. Tenaga kesehatan dapat prioritas tetapi kebutuhan masyarakat juga tinggi

Tenaga kesehatan merawat pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

Adib mengungkapkan, dalam satu bulan terakhir, Tim Mitigasi IDI fokus memberikan bantuan bagi rekan sejawat yang terpapar COVID-19, mulai memberikan obat, vitamin, alat kesehatan, sampai mencarikan rumah sakit.

"Kami pernah menyampaikan ada surat edaran dari Menteri Kesehatan untuk para tenaga medis dan kesehatan bisa mendapatkan prioritas. Tetapi, kami bisa menyalahkan direktur atau humas rumah sakit, karena memang kondisinya benar-benar luar biasa," ujarnya.

2. Kondisi nakes juga sama dengan masyarakat

Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) memeriksa tempat tidur pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021) (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Dia paham kondisi saat ini banyak masyarakat juga membutuhkan perawatan di rumah sakit. Namun, satu sisi, sejumlah tenaga kesehatan dan medis juga harus mendapatkan perawatan karena terpapar COVID-19.

"Ini suatu beban yang dirasakan oleh teman-teman di manajemen rumah sakit. Bahkan, sering ada dokter yang kami gak tahu kapan dia sakitnya, tahu-tahu sudah ada berita kritis, bahkan meninggal. Ternyata, kondisinya sama dengan masyarakat lain," ungkapnya.

3. 458 dokter meninggal di tengah pandemik

IDI berduka genap 100 dokter meninggal (Instagram.com/ikatandokterindonesia)

Adib mengatakan, lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi beberapa pekan terakhir, berdampak pada kondisi kesehatan dan kematian dokter.

Sampai saat ini, jumlah dokter yang meninggal karena COVID-19 per 8 Juli 2021 ada 458 orang. Dia mengatakan, pasca libur lebaran, angka kematian dokter melonjak drastis.

Dia merinci pada Januari 2021 lalu, ada 65 dokter yang meninggal. Lalu, Februari 2021 menjadi 31 orang, kemudian pada bulan berikutnya turun jadi 16 dokter yang meninggal. Sementara, April delapan dokter, dan Mei 2021 tujuh dokter.

"Pada Juni 2021 ada 48 (kematian dokter) hampir tujuh kali lipat kenaikannya. Pada Juli 2021, sampai tanggal 9 saja, sudah 35 dokter," ujarnya.

Baca Juga: Dokter Tirta Usul Halaman Parlemen Jadi RS COVID, Ini Kata Sekjen DPR

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya