TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jurus Lembaga Eijkman Temukan Mutasi Virus Corona B117 di Indonesia

Eijkman berpengalaman temukan virus di Indonesia

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan RI kembali menemukan empat kasus virus corona varian baru asal Inggris B117. Hal tersebut sudah diprediksi oleh Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio.

Amin mengatakan kemungkinan virus strain yang masuk lebih dari dua kasus, sebab saat ini pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) terhadap sampel 462 spesimen masih diperiksa Balitbangkes.

"Tidak bisa disangkal ya (terdeteksi lebih dari dua kasus). Untuk itu kita antisipasi, Eijkman bersama dengan Kemenristek dan Kemenkes itu sudah menunjuk satu tim untuk memperkuat surveilans, mencari mutan yang baru, varian yang baru dari COVID-19 baik dari Inggris maupun dari yang lainnya, baik dari dari Afrika Selatan, dari Brasil dan lain sebagainya," ujarnya dalam wawancara khusus dengan IDN Times, Kamis (5/3/2021)

Baca Juga: [Wansus] Eijkman Blak-blakan soal Mutasi Virus Corona B117 Masuk RI

1. Eijkman targetkan uji 10 ribu genome sequencing untuk deteksi virus

Ilustrasi mutasi virus corona varian B117 dari Inggris. embl.org

Amin menegaskan Eijkman sudah berpengalaman meneliti virus-virus yang bermunculan di Indonesia jauh sebelum pandemik COVID-19. Sehingga untuk deteksi cepat varian baru dari COVID-19 Eijkman bekerja sama dengan Kemenristek.

"Sejak bulan Januari, kami akan menargetkan pengujian genome sequencing 5 ribu sampai 10 ribu sekuens dalam satu tahun. Jika dibandingkan Inggris, masih sangat kecil tapi mudah-mudahan bisa membantu berikan informasi secara molekuler virus apa aja yang sudah beredar di Indonesia," ujarnya.

2. Eijkman juga mendeteksi mutasi virus Corona D614G

Ilustrasi Lembaga Eijkman (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Dia menyampaikan, tahun lalu Eijkman juga mendeteksi mutasi virus corona D614G yang 10 kali lipat penularannya dibanding COVID-19. Amin menegaskan virus corona COVID-19 akan bereplikasi, sehingga akan terus bermutasi.

"Jadi tiap kali virus memperbanyak diri, maka dia akan bermutasi sambil melalukan proses seleksi. Untuk bertahan hidup saja, virus juga perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya," ungkapnya.

SARS-CoV-2 akan bermutasi jika lingkungan baik maka virus tersebut akan hidup, sebaliknya, jika mutasinya tidak berjalan baik, maka akan mati atau terjadi silent mutation karena tidak terjadi perubahan apapun dalam kromosomnya.

"Kondisi virus juga tergantung pada lingkungan yang berbeda-beda, mulai suhu hingga sistem kekebalan tubuh serta faktor genetika manusia," imbuhnya.

 

3. Vaksin yang tersedia masih efektif

Petugas medis memberikan penanganan kepada seorang pasien yang mengalami reaksi saat simulasi pemberian vaksin COVID-19 Sinovac di Puskesmas Kelurahan Cilincing I, Jakarta, Selasa (12/1/2021) (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Amin menambahkan sampai saat ini vaksin COVID-19 yang dikembangkan masih efektif menghadapi varian baru sebab belum ada laporan untuk mengganti vaksin.

"Meski ada laporan terkait penurunan efikasi vaksin COVID-19 asal Sinovac namun sampai saat ini masih efektif," ujarnya.

Sedangkan vaksin merah putih yang diproduksi Eijkman nantinya akan terus dipantau terkait efektivitas vaksin terhadap mutasi virus baru 

"Jika disepakati bahwa virusnya sudah bermutasi sedemikian signifikan, sehingga kita ya harus menyesuaikan. Hal ini biasa karena sebelumnya penyesuaian vaksin juga dilakukan vaksin influenza yang disesuaikan tiap 2 sampai 3 tahun sekali disesuaikan dengan virus yang beredar," katanya.

Baca Juga: Ini Kabar Terbaru dari Eijkman soal Mutasi Virus Corona di Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya