TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KPAI Ungkap Alasan Anak-anak ikut Aksi Unjuk Rasa 21-22 Mei

Ada yang sekadar hanya ingin tahu. Duh, dek..

IDN Times/Isidorus Rio

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan keterlibatan anak-anak dalam aksi unjuk rasa di depan gedung Bawaslu RI, Jakarta Pusat pada 21-22 Mei lalu.

Bahkan, KPAI mencatat ada 52 anak yang saat ini masih direhabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani, Jakarta.

"Sembilan anak sudah dilepaskan sedangkan 52 anak masih direhabilitasi bahkan sudah masuk dalam BAP," ujar Ketua KPAI Susanto di Kantor KPAI, Jakarta Pusat, Senin (27/5).

Baca Juga: Koalisi Masyarakat Sipil Ungkap 15 Temuan Terkait Insiden 21-22 Mei

1. Alasan anak ikut unjuk rasa

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Susanto membeberkan, ada berbagai alasan anak yang masih di bawah umur mengikuti aksi unjuk rasa yang berujung kericuhan. Ada yang hanya ikut-ikutan teman, penasaran melihat demonstrasi, bahkan ada yang diajak guru ngajinya, seperti anak asal Tasikmalaya.

"Macam-macam ya ada yang inisiatif sendiri, ada yang cuma mau lihat aja tetapi mereka terjebak, ada juga anak yang putus sekolah dari Lampung yang bekerja di Tanah Abang untuk sekadar ingin tahu," imbuhnya.

2. KPAI sudah ingatkan TKN dan BPN

IDN Times/Dini Suciatiningrum

Susanto menambahkan pihaknya sudah beberapa kali mengundang pihak BPN dan TKN agar tidak melibatkan anak-anak saat aksi unjuk rasa atau pesta politik lainnya.

Pihaknya juga meminta agar anak-anak tidak terdokrin untuk jihad dalam aksi unjuk rasa minggu lalu.

"Sebelum 22 Mei tengah viral video anak yang rela gugur untuk aksi unjuk rasa. Sejak satu tahun lalu kami sudah intens komunikasikan dengan dua kubu, mungkin jika tidak ada pertemuan akan lebih banyak anak yang terlibat," ucapnya.

3. Orangtua minta anaknya dikeluarkan

IDN Times/Dini Suciatiningrum

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati menambahkan, rentang usia anak-anak yang saat ini direhabilitasi masih 14 sampai 17 tahun, sehingga secara psikologi mereka mengalami shock.

Apalagi tidak sedikit anak yang masih sekolah juga proses ujian masuk perguruan tinggi.

"Para orangtua sudah menjenguk anaknya, mereka minta anak-anak dikeluarkan karena ada yang ingin masuk perguruan tinggi atau sekolah tetapi kami tidak bisa," terangnya.

Baca Juga: Kerusuhan 22 Mei, 4 Tokoh Nasional Jadi Target Pembunuhan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya