TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masih Menganggap COVID-19 Konspirasi? Nih Cara Membuktikan Ada Wabah  

Ahli epidemiologi beberkan bahwa memang ada wabah COVID-19 

Ilustrasi Lorong Rumah Sakit. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Jakarta, IDN Times - Ahli epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, tiap terjadi pandemik pasti muncul teori konspirasi termasuk pandemik COVID-19. Banyak yang menilai virus COVID-19 tidak ada dan hanya akal-akalan saja.

Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia konspirasi adalah persekongkolan. Tidak hanya teori konspirasi, tapi teori-teori lain juga bermunculan untuk berusaha menjelaskan bahwa penyebab serangkaian peristiwa sering kali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok orang atau organisasi berkuasa atau berpengaruh, dengan memanipulasi kejadian-kejadian demi mencapai tujuan yang telah dirancang.

Menurut Dicky, teori-teori tersebut justru merupakan wujud dari penyangkalan sebagian manusia terhadap apa yang terjadi, karena merasa terganggu baik secara ekonomi atau pun politik.

"Jadi wajar bila timbul reaksi seperti itu," ujar Dicky saat dihubungi IDN Times, Jumat (4/9/2020).

Dicky pun membeberkan sejumlah indikator untuk membuktikan bahwa COVID-19 memang nyata adanya bukan konspirasi. 

Baca Juga: Ahli Epidemiologi: Obat COVID-19 Temuan Unair Langgar Prosedur!

1. Bukti ada wabah: angka kematian meningkat, banyak orang meninggal dalam waktu berdekatan atau berurutan

IDN Times/Candra Irawan

Dicky menegaskan, penganut teori konspirasi harus melihat fakta dan bukti, di mana wabah ini menjalar di masyarakat, kemudian angka kematian juga terus meningkat setiap hari, baik di kalangan warga maupun tenaga kesehatan.

"Jika kita buka mata dengan sekitar, banyak yang meninggal dalam waktu berdekatan, berurutan. Artinya ada kejadian luar biasa atau wabah," ucapnya.

2. Untuk tahu kebenarannya jika hasil PCR negatif, datang ke rumah sakit

Tenaga medis memberikan hormat kepada dokter yang meninggal dunia (IDN Times/Patiar Manurung)

Dicky mengatakan, orang yang menyangkal adanya virus COVID-19 biasanya sering berkata dia tidak sakit meski bertemu orang banyak, dan dites Polymerase Chain Reaction (PCR) juga negatif.

"Yang perlu dipahami jika PCR negatif, coba periksa dua kali untuk kebenarannya. Selain itu, peluang terinfeksi juga dipengaruhi lingkungan, coba saja ke rumah sakit," tegasnya.

 

3. Bukti lainnya: pasien di ruang ICU membeludak dan muncul klaster keluarga

Bek kiri Arema FC, Taufik Hidayat saat menjalani rapid test. IDN Times/ Alfi Ramadana

Salah satu indikator lain yang memperlihatkan bahwa ada wabah, yakni jumlah hunian di rumah sakit terutama ruang ICU membeludak dan tidak tertampung. Selain itu, muncul klaster rumah tangga. Ini membuktikan penularan virus COVID-19 sangat masif dan serius.

"Jika di masyarakat tidak ditemukan kasus ya bagus, berarti tidak terlalu serius, sebaiknya jika sudah banyak nantinya siap-siap saja," ucap Dicky.

Baca Juga: Kafe Langgar Protokol COVID-19, Anies: Ini soal Nyawa, Tutup Sekarang!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya