TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KLHK Perbarui Data Karhutla di 7 Provinsi Indonesia 

Sampai saat ini, luas lahan yang terbakar 857.756 ha

shutterstock.com/Jackal Yu

Jakarta, IDN Times – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Plt. Direktur Pengendalian dan Kebakaran Hutan, Raffles B. Panjaitan, menyampaikan luas kebakaran hutan sampai dengan 30 September 2019 adalah 857.756 ha, yakni lahan gambut seluas 227.304 ha dan lahan mineral seluas 630.451 ha.

Hal tersebut disampaikan saat media briefing di Media Centre KLHK, Jakarta. Raffles yang didampingi Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Djati Witjaksono Hadi, memberikan informasi terkait perkembangan kondisi karhutla di beberapa titik di Indonesia.

1. Ulah manusia yang menyebabkan luasnya karhutla

IDN Times/Ester Ajeng

Tujuh provinsi yang masih menjadi fokus penanganan Karhutla yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

Peningkatan luasan karhutla, terhitung dari bulan Agustus ke September 2019 telah mengejutkan banyak pihak.

"Ada kenaikan di sana sampai 160% dibanding bulan lalu, 328.724 ha," ujar Raffles.

Menurut Raffles, penyebab meluasnya kebakaran itu mayoritas akibat ulah manusia.

2. Hotspot di berbagai titik mengalami penurunan di bulan Oktober 2019

IDN Times/Ester Ajeng

Kondisi hotspot di seluruh Indonesia pada bulan Oktober, puncaknya jatuh pada tanggal 14 Oktober 2019 dengan total hotspot 482 titik. Kondisi hotspot seluruh Indonesia mencapai puncak pada bulan September 2019, sedangkan pada bulan Oktober sudah mengalami penurunan.

Hotspot memuncak di Riau pada tanggal 10 Oktober 2019. Namun, kondisi hotspot menunjukkan tren penurunan dibanding masa puncak.

Kondisi hotspot di Jambi, meningkat tajam pada bulan September 2019 dan pada Oktober 2019 telah mengalami penurunan. Jumlah hotspot memuncak pada 14 Oktober 2019 (159 titik). Namun, kondisi sudah mulai menurun, bahkan sempat tidak terpantau hotspot pada sejak kemarin.

Di Sumatera Selatan, jumlah hotspot naik pada tanggal 14 Oktober, tetapi pada tanggal 15 Oktober dan 16 Oktober menurun, hal ini disebabkan karena karhutla di perbatasan Jambi dan Sumsel.

Di Kalimantan Tengah, jumlah hotspot memuncak pada 9 Oktober sebanyak sebanyak 64 titik.

“Jadi, dibandingkan secara umum di 2019 ini ada kenaikan hotspot. Tentu jika hotspot-nya naik, pasti luas lahan kebakarannya juga naik,” kata Raffles.

“Kemarin ada hari tanpa hujan sampai 120 hari. Itu sangat kering. Air tidak ada begitupun terbakar, jadi sulit dipadamkan. Ada petugas, ada alatnya, tetapi tidak ada airnya. Itu yang menjadi problem utama. Kemudian di Sumsel juga begitu, Oktober masih tinggi (kebakaran), tetapi sudah ditangani,” tambahnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya