TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Waka BPIP Ajak Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia Berpikir Kritis 

Terus jaga ideologi Pancasila!

Kaderisasi Nasional yang diselenggarakan di Politeknik Statistika, Sabtu, (3/6/2023) (Dok. BPIP)

Jakarta – Waka BPIP Dr. Drs. Karjono Atmoharsono, S.H., M.Hum, mengajak mahasiswa berpikir kritis dan kreatif serta menekankan pentingnya pembangunan karakter moral bagi pemimpin bangsa. Hal tersebut ia sampaikan saat sebagai Keynote Speaker dalam Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia, dalam acara Kaderisasi Nasional yang diselenggarakan di Politeknik Statistika, Sabtu, (3/6/2023).

Ia menjelaskan bahwa berpikir kritis dan kreatif artinya adalah tidak mudah percaya. Seseorang yang kritis dan kreatif akan selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan dan tajam dalam penganalisisan serta memiliki daya cipta, serta memiliki kemampuan untuk menciptakan kecerdasan dan imajinasi. 

Adapun pendidikan kedinasan dalam PP 14/2010 adalah pendidikan yang mengajarkan keahlian khusus. Mahasiswa dalam hal ini harus mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah dicanangkan sebelumnya oleh Menteri Pendidikan. Mahasiswa juga perlu menerapkan karakter pelajar Pancasila melalui konsep merdeka belajar, sehingga kegiatan dapat dilakukan secara optimal.

Baca Juga: Hadiri Harlah Pancasila, Kepala BPIP Tegaskan Peranan Budaya dan Ulama

1. Perkenalkan Salam Pancasila hingga lagu Indonesia Raya tiga stanza

Perkenalkan Salam Pancasila hingga lagu Indonesia Raya tiga stanza (Dok. BPIP)

Pada kesempatan ini, Karjono memperkenalkan Salam Pancasila yang digagas oleh Presiden ke-5 Republik Indonesia sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP, Ibu Prof. Dr. (HC). Hj. Megawati Soekarnoputri. Salam Pancasila diadop dari pekik "Merdeka" yang ditetapkan oleh Ir. Soekarno melalui Maklumat pada tanggal 31 Agustus 1945, dan Salam Pancasila merupakan Salam mempersatukan Kebangsaan. 

Waka BPIP pun juga menjelaskan soal lagu Indonesia Raya tiga stanza, yang kerap dianggap baru bagi mahasiswa. Adapun berdasarkan UU 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, dalam Pasal 61 tertulis apabila lagu Indonesia Raya dinyanyikan lengkap tiga stanza, bait ketiga pada stanza ketiga dinyanyikan dua kali. “Lagu Indonesia Raya tiga stanza ini pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928, pada saat sumpah pemuda” ujar Karjono.

Lebih lanjut, Karjono juga mengutip pidato Bung Karno yang mengatakan, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, dan beri aku sepuluh orang pemuda, niscaya akan aku guncang dunia." Menurutnya dengan ini, mahasiswa (pemuda) diingatkan agar terus berpikir kritis, kreatif, serta memiliki semangat dan karakter moral yang baik sebagai pewaris kepemimpinan bangsa.

2. Beri contoh pemimpin baik

Waka BPIP Dr. Drs. Karjono Atmoharsono, S.H., M.Hum (Dok. BPIP)

Karjono ketika menjadi pembicara juga membagikan nasihat tentang cara menjadi pemimpin yang baik. Menurutnya, lebih baik berbicara kencang dan salah, daripada tetap diam tetapi betul. Adapun ia juga menekankan pentingnya memiliki kelebihan dibanding yang lain, atau memiliki daya ungkit.

Karjono juga menanyakan kepada para mahasiswa tentang pilihan mereka antara menjadi profesional atau loyal. Profesional dan loyal adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ia juga menanyakan kepada mahasiwa kedinasan di seluruh Indonesia yang diwakili 120 orang mengenai anggapan bahwa Pancasila bisa di ubah. Ada 117 orang yang tidak setuju dan 3 orang yang setuju. Karjono pun memberikan apresiasi atas hasil tersebut 

Di sisi lain, survei dari Setara Institute mengungkapkan ada sekitar 83,3 % pelajar SMA beranggapan Pancasila dapat diubah padahal ideologi negara adalah ideologi yang harus dipertahankan. Karjono mencontohkan apa yang terjadi di Afganistan, Suriah, Irak, atau Myanmar, dimana agamanya satu dan hanya ada beberapa suku tetapi perang tidak kunjung usai. Hal ini adalah kebalikan dari Indonesia, yang terdiri dari beratus-ratus suku bangsa dan  agama.

Hasil survei tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran yang serius terkait pentingnya Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Hal ini disebabkan oleh penghapusan Tap MPR II/1978, Lembaga BP7 dibubarkan pada era reformasi dan penggantian UU Sisdiknas menghilangkan mata ajar Pancasila. 

Baca Juga: Kepala BPIP Ajak Masyarakat Ikut Upacara Bendera Hari Lahir Pancasila

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya