5 Tokoh Ini Bikin Parpol Baru karena Kecewa dengan Partai Lama
Setelah era reformasi, partai baru mulai banyak bermunculan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Tokoh reformasi Indonesia, Amien Rais, belakangan ini kerap menggembar-gemborkan partai baru yang akan segera diresmikannya bersama sejumlah tokoh Tanah Air. Amien mengatakan, terkait nama, logo serta AD/ART partai telah dibuat namun belum dapat diumumkan ke publik.
Dia menjelaskan, partai barunya tersebut lahir akibat kekecewaanya dengan Partai Amanat Nasional (PAN). Amien Rais kerap bersikap kontra di PAN sejak Kongres V pada Februari lalu, yang memenangkan Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum PAN. Posisi Amien sebagai Ketua Dewan Kehormatan kemudian digantikan Soetrisno Bachir.
Kebencian Amien akan kepengurusan PAN berbuntut panjang, setelah PAN merapat ke pemerintah. Karena itu, menurutnya PAN tak lagi menjadi partai penyeimbang pemerintah sesuai tujuan awal dia, dan ia memutuskan membentuk partai baru.
“Saya dan sebagian sahabat-sahabat saya yang prihatin dengan perkembangan kondisi bangsa dan negara kita akhir-akhir ini, bahwa ada kebutuhan perlunya muncul sebuah partai baru,” kata Amien melalui akun YouTube pribadinya, Kamis (10/9/2020).
Jika menilik ke belakang, rupanya banyak juga partai politik di Indonesia yang lahir akibat kekecewaan ketua umumnya dengan partai sebelumnya. Berikut ini daftarnya.
Baca Juga: Kenalkan Gelora Indonesia, Partai Politik Baru Besutan Eks PKS
1. Megawati mendirikan PDI Perjuangan karena ada perebutan kekuasaan dengan Suryadi
Sejarah PDI Perjuangan (PDIP) lahir dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Sukarno pada 4 Juli 1927. Sebelum menjadi PDI Perjuangan, partai ini hanya bernama Partai Demokrasi Indonesia saja yang terbentuk pada 10 Januari 1973.
Pada era Orde Baru, partai ini kerap digoyang oleh rezim Soeharto. Pada 1993, PDI menyelanggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang kemudian menunjuk Megawati Soekarnoputri untuk menjadi ketua umumnya. Namun keputusan itu ditentang oleh Soeharto.
Konflik panjang internal partai terus terjadi hingga akhirnya diadakan KLB pada 22-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan. Pada 15 Juli 1996 Soeharto menunjuk Suryadi sebagai Ketua Umum PDI.
Simpatisan Megawati tidak terima atas keputusan tersebut, hingga terjadi bentrok besar antara kubu Suryadi dan Megawati di DPP PDI, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat pada 27 Juli 1996 atau yang dikenal dengan peristiwa Kudatuli.
Setelah Soeharto lengser pada 1998, PDI di bawah pimpinan Megawati semakin kuat. Sementara PDI di bawah kepemimpinan Suryadi hanya mendapat 11 kursi di legislatif. Akhirnya, Megawati ditetapkan sebagai Ketum DPP PDI periode 1998-2003 pada Kongres ke-V di Denpasar, Bali.
Megawati Soekarnoputri kemudian mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada 1 Februari 1999 agar dapat mengikuti Pemilu.
Baca Juga: Partai Gelora Dinilai Berpeluang Gerus Suara PKS di Pemilu 2024