TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IDI Soal Defisit BPJS: Penyakit Jantung Paling Mahal Biayanya

Penyakit jantung bukan faktor utama defisit BPJS Kesehatan

Ilustrasi BPJS Kesehatan. IDN Times/Asrhawi Muin

Jakarta, IDN Times - Ketua Biro Hukum dan Pembinaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Nazar, mengatakan beberapa penyakit yang ditanggung pembiayaannya oleh BPJS Kesehatan memang tidak murah.

Nazar memberikan contoh penderita sakit jantung membutuhkan biaya yang sangat besar baik untuk melakukan tindakan medis hingga obat yang harus dikonsumsi pasien.

1. Biaya medis penyakit jantung sangat tinggi

Ketua Biro Hukum dan Pembinaan IDI, Dr Nazar (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Oleh sebab itu, penyakit jantung menjadi salah satu faktor membengkaknya pengeluaran BPJS Kesehatan.

"Karena di dunia itu dari jantung paling tinggi. Jadi secara statistik secara kenyataan penyakit jantung berbeda tinggi (biaya medisnya)," kata Nazar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/12).

2. Penyakit jantung bukan faktor utama defisit BPJS Kesehatan

(Ilustrasi) IDN Times/Aji

Kendati demikian, Nazar tidak menyebut bahwa faktor utama terjadinya defisit di tubuh BPJS akibat penyakit jantung.

“Menurut saya bukan itu penyebab defisit, bahwa itu salah satu penyakit jantung itu memang biayanya tertinggi itu gak bisa dibantah, seperti yang saya katakan tadi,” ujarnya.

3. PERKI telah berupaya menekan biaya pengobatan pasien jantung

medicalnewstoday.com

IDI bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang fokus membidangi soal penyakit jantung telah berupaya keras untuk mengurangi tingginya ongkos pengobatan terhadap penyakit tersebut agar klaim rumah sakit ke BPJS tidak membengkak.

“Stand nya itu saja walaupun kawan-kawan di PERKI itu sudah mengefisienkan itu luar biasa. Efisiensi mereka itu diefisienkan sedemikian rupa tapi memang itu barang mahal,” jelasnya.

Baca Juga: Guru Ngaji di Jateng Bakal Dapat BPJS Ketenagakerjaan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya