TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Indonesia Disebut Hotspot COVID-19, Wiku: Media Australia Gak Objektif

Gugus Tugas menyebut tulisan itu tidak berdasar data akurat

Profesor Wiku Adisasmito (Tangkapan layar YouTube IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mempertanyakan dasar tulisan The Sydney Morning Herald, media asal Australia yang mengatakan Indonesia akan menjadi pusat atau hotspot COVID-19 baru di dunia.

Menurut Wiku, sang penulis yang bernama James Massola tidak melakukan klarifikasi data secara objektif ketika membuat tulisan itu. Ia pun mempertanyakan apa yang dimaksud dengan hotspot tersebut.

“Jadi kalau beliau mengatakan akan ada hotspot baru itu dimana ya? Apakah dia tau hotspot-nya di Jawa Timur, Surabaya maksudnya, atau di Jakarta yang sudah lewat hotspot-nya, atau mau lihat setelah Jawa Timur akan ada hotspot lain,” kata Wiku dalam program Ngobrol Seru: Gugus Tugas COVID-19 Jawab Pertanyaan Netizen by IDN Times, Rabu (24/6).

Baca Juga: Tim Pakar: Gelombang Kedua COVID-19 Muncul Jika Kita Tidak Disiplin

1. Gugus tugas pertanyakan tulisan yang dibuat oleh jurnalis tersebut

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito (YouTube.com/BNPB Indonesia)

Dia justru bingung ketika ada sebuah instansi yang bisa memprediksi pandemik COVID-19 di negara lain. Padahal, negara tersebut sedang bekerja keras untuk menghentikan laju penularan virus tersebut.

“Yang paling tau Indonesia siapa kalau gak orang Indoensia. Apakah beliau sudah wawancara orang Indonesia?” Ujarnya.

2. Sebagai jurnalis harusnya menulis berdasarkan data

Data terbaru sebaran kasus COVID-19 di Kota Batu. Dok/ Pemkot Batu

Dia menuturkan sebuah media dalam menyajikan informasi harusnya telah memiliki data dan narasumber yang tepat, sehingga dapat menghasilkan berita yang bermutu dan layak menjadi konsumsi publik.

“Sebagai jurnalis harus perlu punya fairness dalam melihat sesuatu dengan wawancara seseorang yang tepat, yang memiliki data. Setelah itu diolah diberi opini baru ditulis. Karena yang bersangkutan itu menulis tanpa data yang kuat, akibatnya tulisan itu disukai banyak pihak yang merasa Indoensia jelek sekali,” tuturnya.

Baca Juga: Media Australia: Indonesia Bisa Jadi Hotspot COVID-19 Baru di Dunia!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya