Pengamat: Buzzer Itu Dibentuk, Diproduksi, dan Dipelihara
Karena itu kerja buzzer tidak akan pernah hilang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Meskipun pemilihan presiden dan wakil presiden telah berakhir, namun aktivitas cyber troops (pasukan siber) atau yang lebih dikenal dengan istilah buzzer di ranah propaganda politik, belum juga berakhir.
Bahkan, baru-baru ini sebuah penelitian dari Universitas Oxford dan Institut Internet Oxford, Inggris membuktikan bahwa Indonesia adalah salah satu dari 70 negara yang terdeteksi memiliki buzzer.
Baca Juga: Iman Brotoseno Tak Keberatan Disebut Buzzer Jokowi, Tapi Tak Dibayar
1. Kerja buzzer tidak akan pernah berakhir
Menanggapi hal itu, pengamat politik Ujang Komaruddin menilai bahwa kerja-kerja buzzer tidak akan pernah berakhir, karena terus dimanfaatkan oleh sejumlah elite partai politik.
“Buzzer itu dibentuk, lalu diproduksi, lalu dipelihara untuk mengokohkan atau membangun pencitraan dan untuk menghancurkan lawan. Itu yang terjadi di pilpres kemaren,” kata Ujang saat dihubungi IDN Times, Minggu (6/10).
Baca Juga: Dapat Bayaran Hingga Rp50 Juta, Begini Fakta-Fakta Soal Buzzer Politik