TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peringati Hari Maritim, Unhan: Harus Lakukan Pembenahan Internal

Butuh kesadaran untuk mengakui sebagai bangsa maritim

KRI Teuku Umar-385 melakukan peran muka belakang usai mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna, Kepulauan Riau. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Jakarta, IDN Times - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia, Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian, mengatakan diperlukan pembenahan internal oleh Indonesia dalam memahami pentingnya kesadaran penguasaan wilayah maritim. Ia menyebut, maritim bukan sekadar soal laut saja, namun juga ruang udara di atasnya.

Indonesia memiliki wilayah lautan yang luas. Dia bahkan menyebut laut menjadi tempat pertemuan kepentingan antar berbagai pihak, baik dalam wadah kerja sama mau pun konflik. Di bidang ekonomi, laut merupakan wadah bagi kepentingan, baik sebagai eksploitasi sumber daya alam mau pun perlintasan perdagangan.

Baca Juga: Lokasi Tenggelam USS Houston Bakal Jadi Kawasan Konservasi Maritim 

1. Butuh kesadaran internal untuk mengakui jati diri sebagai bangsa maritim

Rektor Universitas Pertahanan Laksma Amrulla Octavian (Dok.Univeristas Pertahanan)

Masalahnya, kata dia, bangsa Indonesia kurang lengkap dalam memahami situasi dan kondisi ketika menjalani kehidupan atas realita kemaritiman.

"Dibutuhkan kesadaran untuk melakukan pembenahan internal dalam kehidupan mendasar Bangsa Indonesia untuk mengakui jati diri sebagai bangsa maritim," kata Amarulla dalam diskusi daring bertajuk "Paradigma Baru Maritime Domain Awareness Indonesia" dalam rangka memperingati Hari Maritim Nasional 2020, Rabu (23/9/2020).

2. Keselamatan navigasi dan perlindungan ekosistem laut harus jadi fokus utama penguasaan maritim

KRI Teuku Umar-385 mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna, Kepulauan Riau. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Amarulla menuturkan, selama ini penguasaan wilayah maritim identik dengan penggunaan teknologi yang terkait dengan penginderaan dan pertukaran informasi. Namun aslinya, ada sisi lain yang membutuhkan pembenahan bersifat non fisik. Yang dimaksudnya adalah soal perspektif melihat sektor kemaritiman dari semua pemangku kepentingan maritim.

Oleh sebab itu dia mengusulkan paradigma baru penguasaan wilayah maritim, yang semula ditujukan hanya untuk menjamin keamanan dari segala bentuk ancaman maritim, menjadi untuk keselamatan dan perlindungan.

"Jadi keselamatan bernavigasi dan perlindungan ekosistem kelautan juga harus menjadi fokus penguasaan wilayah maritim," tuturnya.

Baca Juga: Indonesia Terpilih Lagi Jadi Anggota Dewan Maritim Internasional PBB

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya