TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rahayu Saraswati Bicara Soal Karier Politik dan Isu Menteri Jokowi

Keponakan Prabowo Subianto ini berbagi cerita pada IDN Times

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Jakarta, IDN Times - Politikus Partai Gerindra, Rahayu Saraswati sudah tak menjabat lagi sebagai anggota DPR RI lantaran tak lolos dalam Pemilu Legislatif 2019. Hal ini karena Gerindra di dapilnya hanya mendapat jatah satu kursi ke Senayan.

Satu-satunya kursi untuk Gerindra di dapil DKI Jakarta 3 diisi Kamrussamad yang berhasil meraih 83.562 suara pada Pileg 2019.

Tak lagi menjadi anggota dewan, keponakan Prabowo Subianto itu bersyukur karena bisa lebih fokus pada keluarga dan yayasan yang dia urus.

Kepada IDN Times, Sara--begitu dia biasa disapa-- berbagi cerita mengenai karier politik dan saran untuk millennials yang mau terjun ke dunia politik sepertinya. 

Baca Juga: IMS 2019, Rahayu Saraswati Ajak Millennial Melek Politik

1. Terjun ke politik praktis karena dorongan keluarga

Instagram.com/@rahayusaraswati

Sara bercerita, sejak 2008 ia sudah aktif di organisasi sayap Gerindra bernama Tunas Indonesia Raya (Tidar) sehingga masuk partai besutan Prabowo itu bukan hal yang mengejutkan.

Karier politik praktisnya baru dimulai ketika pada 2013 dia mendaftar untuk jadi calon anggota DPR RI 2014-2019. Ia mengaku mendapat dorongan dari keluarga untuk menjadi anggota dewan.

"Keluarga tuh maksud saya sepupu, mereka tahu saya aktif (menyuarakan) di perdagangan orang sejak 2009, saya punya yayasan dari 2012, terus mereka bilang kenapa gak perjuangkan dalam sistem di DPR. Akhirnya dapat panggilan Tuhan Februari 2013 seminggu kemudian saya daftar dan akhirnya masuk ke DPR," ujarnya.

Baca Juga: Rahayu Saraswati, Keponakan Prabowo Ini Sempat Alergi Terhadap Politik

2. Politik seharusnya untuk pelayanan

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Selain bercerita tentang perjalanan karier politiknya, Sara juga mengutarakan pandangannya untuk anak-anak muda yang ingin terjun ke politik praktis.

Menurut Sara, kebanyakan politikus di Indonesia lebih memikirkan karier pribadi saja. Seharusnya, politikus lebih mengutamakan kesejahteraan rakyat.

"Kalau misalnya untuk kesejahteraan rakyat, politik itu seharusnya bukan untuk karier tapi untuk pelayanan," jelasnya.

3. Harus dipikirkan jangka panjang

IDN Times/Margith Juita Damanik

Sara mengimbau orang-orang yang mau masuk ke dunia politik praktis harus berpikir untuk jangka panjang bila tak memiliki modal agar benar-benar memberikan pelayanan.

"Daripada hanya sekadar cari sponsor akhirnya utang ke banyak orang. Kesiapan seperti itu yang harus dipertimbangkan," ujarnya.

Selain itu, Sara juga menyarankan agar orang-orang yang tak punya modal namun ingin masuk ke politik praktis agar mempertimbangkan aspek lima hingga 10 tahun sebelum berkarier.

"Sehingga orang bisa mengenal nama kalian dan apa yang bisa kalian lakukan sebelum masuk politik praktis," katanya.

Baca Juga: Jokowi Akan Perkenalkan Menteri Kabinet Kerja Jilid II Besok Pagi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya