TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kolaborasi Bakal Jadi Kunci Keberhasilan Replikasi Program COREMAP-CTI

Dukungan dari para stakeholder sangat diperlukan

Penutupan proyek dan diseminasi capaian COREMAP-CTI World Bank Hibah Global Environment Facility (GEF). (IDN Times/Hafit Yudi Suprobo)

Jakarta, IDN Times - Replikasi program menjadi poin penting yang ditekankan oleh Bappenas seiring dengan ditutupnya program COREMAP-CTI WB (Coral Reef Rehabilitatoon and Management Program- Coral Triangle Initiative World Bank) atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang- Segitiga Terumbu Karang inisiatif Bank Dunia) yang berakhir pada Mei 2022 ini.

"Kita sebagai perencana memberikan contoh-contoh pembangunan ya (program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang). Kira-kira bisa direplikasikan ke wilayah lain. Kita minta support dari stakeholder terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun Badan Riset dan Inovasi Nasional dari sumber dana APBN," ungkap Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas Sri Yanti usai acara penutupan COREMAP-CTI WB di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (11/5/2/2022).

Baca Juga: Lewat COREMAP-CTI, 1.600 Meter Ekosistem Pesisir Prioritas Raja Ampat Terehabilitasi

Baca Juga: Mama Rosita, Srikandi Yensawai Sulap Buah Mangrove Jadi Bolu Lezat

1. Program pengelolaan terumbu karang telan biaya 200 juta dolar AS

Keindahan Pesisir Pantai di Raja Ampat, Papua Barat (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Ke depannya, program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang yang sudah berjalan sebanyak tiga tahap sejak 2019-2022 dan dibiayai melalui dana hibah World Bank dengan total anggaran sekitar 200 dolar AS ini diharapkan terus berlanjut. 

Untuk tahap ketiga, program COREMAP-CTI ini telah diterapkan di dua provinsi yang terpilih dan masuk dalam bagian penting segitiga terumbu karang dunia, yaitu di Raja Ampat, Papua Barat, dan Laut Sawu, NTT (Nusa Tenggara Timur), dengan hibah dari Bank Dunia melalui GEF sebesar 6,2 juta dolar AS.

"Support dari World Bank memang sudah selesai. Tapi, program ini masih hidup dan didanai oleh APBN melalui KKP dan Bappenas. Serta, masyarakat yang mendapatkan benefit juga harus memelihara aset yang sudah diserahkan. Mitra pelaksana juga terus mendampingi masyarakat. Tahap ketiga program ini memang kita fokus soal sustainability ya," ungkap Yanti.

Baca Juga: Kisah Konstantinus Saleo, Sang 'Aquaman' dari Raja Ampat

2. Kolaborasi bakal jadi kunci replikasi program COREMAP-CTI

Penutupan proyek dan diseminasi capaian COREMAP-CTI World Bank Hibah Global Environment Facility (GEF). (IDN Times/Hafit Yudi Suprobo)

Sementara itu, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Arifin Rudyanto, juga menyinggung soal replikasi program COREMAP-CTI yang sudah dilaksanakan di NTT dan Raja Ampat ke wilayah lain di Indonesia.

"Program ini bisa dianggap berhasil jika konsep pengelolaan yang sudah dihasilkan dari berbagai inovasi melalui COREMAP-CTI ini bisa direplikasikan ke wilayah lain skala nasional bahkan internasional. Kuncinya kolaborasi ya. Keberlanjutan program ini tidak bisa dibebankan hanya kepada pemerintah, tapi semua pihak ya seperti Pemkab, NGO lokal, dan perguruan tinggi," ujar Rudy.

3. Dukungan pemerintah sangat diperlukan

Keindahan Pesisir Pantai di Raja Ampat, Papua Barat (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Executive Direktur ICCTF, Tonny Wagey, mengharapkan perhatian pemerintah Indonesia terhadap rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang. Terlebih, aksi pencarian ikan di laut yang masih menggunakan cara-cara tidak ramah alam juga masih terjadi.

"Program ini jangan berhenti di tengah jalan. Kita mengharapkan agar pemerintah peduli terhadap rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang," imbuh Tonny.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya