TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belum Ada Program Memikat, Debat Ketiga Dinilai Tambah Pemilih Ragu

Pasangan capres dinilai baru pada tataran gestur saat debat

IDN Times/Sukma Mardya Shakti

Jakarta, IDN Times - Debat ketiga pasangan calon presiden Pilpres 2019 sudah berlangsung. Kedua pasangan pun telah unjuk gigi untuk memikat pemilihnya, namun kedua pasangan calon dinilai belum maksimal.

CEO Alvara Reaserch Center Hasanuddin Ali menilai kedua paslon masih belum menunjukkan program yang bisa memikat pemilih. Kedua kandidat dianggap belum memperlihatkan secara substansi program-program yang jelas.

Baca Juga: Debat Pilpres Keempat, KPU Tidak Akan Undang Menteri 

1. Kedua paslon belum menawarkan sesuatu yang konkret dalam debat

ANTARA FOTO/Setneg-Agus Suparto

Hasanuddin menilai kedua paslon dalam debat selama ini hanyalah masalah gestur semata, sedangkan perdebatan antar-paslon hanya sekadar konteks. Hal itulah yang membuat konten pembahasan dalam debat tak tereksplorasi dengan bagus.

"Katakan lima tahun ke depan mau dibawa kemana sih negara ini? Masa krisis kita sampai 2024, dan kita belum lihat kira-kira apa tawaran mereka untuk Indonesia lima tahun ke depan," kata Hasanuddin, usai menghadiri talk show #MillennialsMemilih bertema Pilpres 2019: Menakar Popularitas dan Elektabilitas di kantor redaksi IDN Times, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (20/3).

2. Debat terkakhir meningkatkan undicided voters

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Akibat hal itu, kata Hasanuddin, membuat pemilih, baik dari paslon nomor urut 01 dan 02 mulai ragu, sehingga swing voters berpotensi bertambah. Padahal, debat sejatinya memiliki dua fungsi.

"Pertama, untuk mengonsolidasikan pemilih yang tak pindah pilihan untuk lebih mantap lagi. Kedua, bisa menggaet beberapa pemilih yang belum memutuskan," kata dia.

"Dan jika melihat tren data yang kita punya, memang yang terakhir (debat) justru meningkatkan undicided voters," dia melanjutkan.

3. Pipres 2009 dan 2014 terjadi perang slogan

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Hasanuddin membandingkan pilpres 2019 dengan pilpres 2014 dan 2009 terjadi perbedaan cukup besar. Sebab, perang slogan justru terjadi dalam dua edisi pipres sebelumnya.

"Sekarang orang tak tahu slogan Indonesia menang atau maju itu apa? Ini cerminan secara substansi, kedua kandidat belum menawarkan satu tawaran jelas selama lima tahun ke depan nantinya," kata pria lulusan Institut Teknologi Sepuluh November itu.

Baca Juga: Hasil Survei Litbang Kompas, Persaingan Jokowi Vs Prabowo Makin Ketat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya