Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Banten, IDN Times - Wajah Haji Aja (46), masih menunjukan raut muka yang tegang sehari pasca-rumahnya diterjang gelombang tsunami di wilayah Kampung Sambolo, Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten. Bagaimana tidak, hampir saja dia harus kehilangan nyawa lantaran menolong keluarganya yang terjebak tsunami.
Aja menuturkan, sesaat sebelum kejadian, dia mengaku sedang berada di luar rumah karena ingin melihat ramainya suasana sekitar pesisir Carita yang dipenuhi oleh wiasatawan. Menurutnya, saat itu kondisi di daerah tersebut cukup sesak, maklum pada Sabtu (22/12), kemarin merupakan long weekend atau hari libur panjang menjelang Hari Raya Natal.
Baca Juga: Rekam Jejak Gunung Anak Krakatau Hingga Picu Tsunami Banten
1. Aja menyusuri ramainya pesisir pantai karena banyak pengunjung
idn Times/Ilyas Listianto Mujib Tanpa firasat apapum, Aja menyusuri pinggiran pantai di bawah bulan purnama yang cukup terang malam itu.
"Tiba-tiba saja terdengar gemuruh disertai matinya lampu jalan dan penginapan serta bungalow di sekitaran pinggir pantai," ujar Aja di Posko Darurat Desa Sambolo, Minggu (23/12).
Tak sampai disitu, Aja dibuat lebih kaget lantaran banyak orang tunggang-langgang berlarian mencari dataran yang lebih tinggi di dekat desa penyanggah. Menurutnya, orang-orang tersebut berteriak tak karuan dan terlihat sangat panik.
"Saya kaget ada orang ramai-ramai lari. Mereka berteriak seperti memberitahu saya, ada tsunami, lari," terang Aja seraya menirukan kondisi yang terjadi.
2. Aja kembali ke rumahnya yang hancur untuk mencari keluarganya
IDN Times/Ilyas Listianto Mujib Sontak, mendengar hal itu ia langsung balik badan. Ia langsung teringat keluarganya yang ditinggalkan di rumah. Tanpa rasa takut sedikit pun, Aja langsung tancap gas kembali ke kediamannya.
"Saya langsung ingat orangtua, anak-anak dan istri, serta keluarga saya. Di jalanan itu sudah dipenuhi air laut dan puing-puing sampah. Hanya saya memaksakan untuk menggeber motor saya untuk mencapai rumah," ujarnya.
Tak jarang motornya, terjatuh lantaran sapuan ombak yang masuk ke badan jalan.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Baca Juga: Perilaku Janggal Herman Seventeen Sebelum Jadi Korban Tsunami Banten
3. Aja sempat panik karena takut keluarganya jadi korban
IDN Times/Ilyas Listianto Mujib Aja mengaku sepanjang jalan menangis dan berdoa, hingga akhirnya sampai juga di rumahnya. Sesampainya di sana, dia dibuat kaget. Sebab, rumah yang ditinggal sudah dalam keadaan rusak. Itu semakin menambah kepanikan yang dirasakan olehnya.
Tak disangka, di sekitar puing-puing yang berserakan pada bangunan rumahnya, Aja melihat adiknya yang tengah hamil delapan bulan tergeletak. Ia pun langsung bergegas menolongnya dan segera membawanya ke tempat yang lebih aman.
Sambil memapah adiknya, teriakan Aja direspons oleh orang-orang Kampung Susukan yang lokasinya berada di atas perbukitan. Dia lalu dibantu oleh Staf Desa Sukarame, Sarkawi (52) untuk mengevakuasi adiknya.
4. Pencarian Aja untuk mengetahui keberadaan orangtuanya
IDN Times/Ilyas Listianto Mujib Setelah itu, Aja kembali ke pesisir pantai untuk mencari orangtuanya yang belum ia ketemukan. Beruntung, sebelum itu orangtuanya sudah diselematkan beberapa warga di Kampung Sambolo.
Usai memastikan keluarganya selamat, Aja tak henti mengucapkan syukur kepada tuhan karena masih diberi kesempatan untuk tetap hidup dan bertemu keluarganya. Kata Aja, dirinya bak diberi keajaiban karena motor yang ia tunggangi tak terseret ombak besar.
"Saya bersyukur sekali, ini keajaiban. Saya juga bingung saat air masuk motor saya tak terseret. Ini mujizat dari Allah," ungkapnya.
Baca Juga: Malam Mencekam di Kampung Sumur Saat Tsunami Menerjang Banten