TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengamat: Gerindra akan Ditinggal Pendukung Bila Jadi Koalisi Jokowi

Sebanyak 68 juta pemilih Prabowo tidak suka Jokowi

Dok.IDN Times/Istimewa

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia, mengatakan Partai Gerindra berpotensi ditinggal oleh para pendukungnya apabila benar-benar memilih untuk bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Oleh sebab itu, Gerindra disarankan untuk tetap menjadi oposisi usai Jokowi dilantik pada (20/10) mendatang. 

Menurut Dedi, dalam pemilu presiden (17/4) lalu, terungkap ada 68 juta yang memilih Prabowo dan tak menyukai Jokowi. 

"Jika hari ini kemudian Prabowo menjual kepercayaan publik dengan kursi kabinet, Gerindra terancam ditinggal pemilih," ujar Dedi kepada media pada Jumat kemarin (11/10). 

Gerindra memang selama ini telah menjadi simbol partai oposisi yang telah menjalankan fungsi kontrol terhadap jalannya pemerintahan. Bahkan, sering kali mereka keras dalam mengkritik kebijakan pemerintahan Jokowi. 

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno bahkan menyebut gabungnya Gerindra ke pemerintahan akan jadi kabar buruk bagi oposisi. 

"Karena hanya akan mungkin menyisakan PKS sebagai oposisi," kata Adi dilansir dari kantor berita Antara pada Sabtu (12/10).

Kapan Gerindra akan mengumumkan sikap resmi politik mereka kepada publik?

Baca Juga: Partai Gerindra Putuskan Jadi Koalisi atau Oposisi Saat di Rakernas

1. Dengan bergabung jadi koalisi, Gerindra tak lagi bisa kritik pemerintah

Dok.IDN Times/Biro Pers Kepresidenan

Menurut Adi tidak bisa dibayangkan apabila Gerindra yang selama ini kritis lalu tiba-tiba lantaran bergabung menjadi koalisi mereka berubah sikap memuji-muji Jokowi. Hal itu akan sulit dilihat bagi para pendukung Prabowo. 

"Tidak terbayangkan kalau Gerindra yang selama ini kritis, bahkan cukup ekstrem beda pendapat politiknya dengan Jokowi, tiba-tiba setiap hari harus muji-muji. Ada bentrokan psikologis yang tidak bisa dihindari," ujar Adi. 

Lagipula, dalam sebuah sistem demokrasi yang kuat dan sehat meniscayakan partai oposisi yang kuat. Menurut dia, selama ini simbol partai oposisi ada pada Gerindra, bukan PKS, Demokrat atau PAN sehingga akan menjadi seperti lelucon apabila parpol yang dibentuk oleh Prabowo itu pada akhirnya gabung dalam pemerintahan.

2. Masyarakat lagi-lagi yang menjadi korban dari kesepakatan elite

IDN Times/istimewa

Jelang pilpres pada (17/4) lalu membuat publik terbelah. Bahkan, sampai muncul julukan "cebong" untuk pendukung Jokowi dan "kampret" bagi died hard fans Prabowo. Namun, perdebatan di antara para pendukung bukan lagi menjadi persoalan kini, sebab junjungan mereka segera menjadi satu koalisi. 

Menurut Adi, dalam hal ini menunjukkan lagi-lagi yang menjadi korban adalah masyarakat. Sebab, selama pemilu kemarin publik jadi terbelah, namun usai kompetisi, yang mereka dukung malah berbagi kursi di kabinet. 

Walaupun dalam pertemuan perdana Jokowi dan Prabowo di stasiun MRT Lebak Bulus pada (13/7) lalu sesungguhnya sudah bisa menjadi sinyalemen kuat keduanya hendak menjadi mitra dalam pemerintahan baru. Bahkan, keberadaan Jokowi dan Prabowo yang duduk berdekatan serta akrab di satu gerbong menandakan keduanya sudah mengenyampingkan perbedaan lalu berjalan beriringan untuk mencapai mimpi yang sama, yakni menciptakan Indonesia yang sejahtera.

Gerindra pun santer terdengar sudah meminta jatah tiga kursi di kabinet apabila ingin mereka masuk ke dalam pemerintahan Jokowi. 

Baca Juga: Kisah di Balik Momen Jokowi Ajak Prabowo Swafoto bersama Wartawan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya