TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Pemenang Sayembara Revitalisasi Monas: Tak Ada Penebangan Pohon

Deddy mengutamakan unsur alam

Proyek revitaslisasi Monas (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Jakarta, IDN Times - Proyek revitalisasi Monumen Nasional (Monas) kini menjadi sorotan publik. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang merencanakan revitalisasi, ingin membangun plaza selatan.

Pemenang lomba sayembara revitalisasi Monas Deddy Wahyudi menceritakan bagaimana awal mula rencana revitalisasi. Sayembara yang dimulai pada akhir 2018 itu diikuti arsitek Indonesia maupun mancanegara, yang menganggap sayembara ini sebagai ajang prestisius.

Pemenang diumumkan pada akhir Januari 2019, Deddy bersama enam anggota timnya yang tergabung dalam perusahaan konsultan arsitek bernama Labo berhasil memenangkan sayembara bergengsi ini.

“Ini salah satu sayembara yang prestisius, yang diikuti oleh banyak arsitek Indonesia, baik yang di dalam negeri maupun yang di luar, seperti itu,” kata dia saat dihubungi IDN Times, Selasa (4/2).

Sayembara ini adalah kompetisi konsep master plan. Deddy membawa tiga konsep besar dalam desainnya: New Monementalism, Spirit of Conservation, dan Humble Toward Nature. Dalam master plan, revitalisasi area Monas seluas 80 hektare.

“Konsep-konsep ideal yang memang menjadi guidance untuk pengembangan berikutnya,” ujar Deddy.

Baca Juga: Setneg Larang Anies Gelar Formula E di Dalam Monas

1. Deddy lebih mengutamakan unsur alam dalam konsep desainnya

Pemenang sayembara desain revitalisasi Monas, Deddy Wahjudi (tengah). (Instagram/Deddy_wahjudi)

Terkait penebangan 191 pohon di area Monas yang tengah direvitalisasi, Deddy menyebut, konsep yang mereka hadirkan justru mengedepankan sisi environmental, penebangan pohon seminimal mungkin dihindari.

“Keputusan terhadap pohon itu harus seperti apa? Nah, itu harus secara matang dipikirkan, yang biasa dilakukan adalah sebisa mungkin (pepohonan) dipertahankan, jadi fungsi mengalah,” ujar dia.

Menurut Deddy, banyak alternatif yang bisa dilakukan agar tidak menebang pohon, seperti menggeser pohon atau memindahkan pohon yang masih sehat.

2. Sayembara desain revitalisasi Monas hanya melombakan konsep

Desain konsep revitalisasi Monas (Instagram/Deddy_wahjudi)

Deddy menjelaskan dokumen yang mereka lombakan memang bukan document for construction, jadi mereka hanya mendesain konsep. Apa yang akan dibangun di lapangan nantinya akan dibawa ke proses pengembangan desain.

Namun, kata dia, di sinilah titik sekat komunikasi terjadi. Deddy mengaku tidak hadir dalam proses pengembangan desain. “Saya menyesal tidak ada di sana,” ujar dia.

3. Arsitek tidak dilibatkan secara kontraktual

Proyek revitalisasi Monas (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Ini menjadi momen Deddy mengkritik proses kompetisi ruang publik di Indonesia, yang menurutnya cukup berbeda dengan yang ada di luar negeri. Di sini pemenang sayembara tidak bisa langsung ditunjuk menjadi pelaksana dalam pengembangan desain.

“Jadi di situ di Indonesia yang masih lemah. Berbeda dengan di luar negeri, kalau di luar negeri, kalau sudah menang kompetisi itu langsung masuk ke tahap selanjutnya, sudah kontrakual,” kata dia.

Deddy mengaku sebenarnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak ingin mengubah konsep yang dimenangkan Deddy terlalu jauh. Pengalaman seperti ini juga dialami dia saat memenangkan sayembara di era Gubernur Fauzi Bowo atau Foke.

“Tapi ya itu formalitas di ini (sayembara) ya. Secara verbal tapi tidak bisa diaplikasikan secara kontraktual gitu, dan itu yang sedang dicari skemanya, bagaimana sebetulnya nanti ke depan,” ujar dia.

Baca Juga: Anies: Revitalisasi Monas Selesai Pertengahan Februari

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya