TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gizi Anak Pengaruhi Prestasi, Sekolah dan Orang Tua Harus Berperan

Data riset 2018, satu di antara empat anak alami stunting

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Jakarta , IDN Times - Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Jumeri mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara dengan tiga masalah gizi di semua kelompok umur, termasuk anak usia sekolah dasar. 

Data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan, satu di antara empat anak mengalami stunting, satu dari 10 anak memiliki badan yang kurus, satu dari lima anak tergolong gemuk atau obesitas, dan satu dari empat anak usia sekolah dasar di Indonesia juga menderita anemia.

Stunting dan anemia pada anak dapat menurunkan prestasi belajar anak di sekolah dan menurunkan produktivitasnya kelak ketika sudah dewasa. Sementara itu, anak-anak yang obesitas lebih berisiko mengalami penyakit tidak menular saat dewasa,” kata Jumeri dilihat dari Youtube Direktorat Sekolah Dasar, Kamis (27/1/2022).

Baca Juga: Angka Stunting Turun, Pemerintah Targetkan Merosot 14 Persen di 2024 

1. Asupan makanan yang kurang sehat picu gizi buruk pada anak usia sekolah dasar

Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kemendikbud Ristek, Jumeri saat memberikan sambutan dalam webinar bertajuk Gizi Tercukupi, Aku Berprestasi (youtube.com/ Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud Ristek)

Dia mengatakan, kondisi pandemik COVID-19 saat ini kemungkinan besar telah memperburuk situasi serta menempatkan anak-anak usia sekolah pada risiko yang lebih besar, yang bisa berimplikasi pada kesehatan dan gizi jangka panjang.

Asupan gizi anak usia sekolah sangat penting, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. 

Studi menunjukan, asupan makanan yang kurang sehat serta rendahnya aktivitas fisik akan jadi salah satu pemicu gizi buruk di kalangan anak usia sekolah dasar.

2. Orang tua dan guru bisa mempengaruhi perilaku makan dan aktivitas fisik anak

Siswa mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN 08 Kenari jakarta, Senin (3/1/2022). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen di seluruh sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Rendahnya pengetahuan mengenai gizi baik pada anak, membuat orang tua dan juga guru berkontribusi pada perilaku makan dan aktivitas fisik yang kurang sehat. 

“Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendidikan gizi di sekolah yang disertai dengan intervensi komunikasi untuk perubahan perilaku, terbukti efektif mendukung perubahan perilaku siswa,” ungkap Jumeri.

Dia mengatakan, angka partisipasi sekolah yang cukup tinggi di Indonesia bisa membuat satuan pendidikan sebagai platform utama program gizi, termasuk pendidikan gizi serta mempengaruhi status gizi anak dan remaja.

Baca Juga: Cegah Stunting, Menteri PPPA: Gizi Anak 1.000 Hari Pertama Penting

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya