TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KPAI: Anak Yatim-Piatu Imbas Tragedi Kanjuruhan Tanggung Jawab Negara

KPAI usul rehabilitasi psikis bagi korban terutama anak-anak

Suasana Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab terhadap anak-anak yang mendadak kehilangan orang tua, karena tragedi di stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Dalam tragedi ini juga terdapat korban meninggal dan luka yang di antaranya masih usia anak.

“Begitu pun bagi anak-anak yang orang tuanya meninggal saat tragedi ini, butuh dukungan negara, karena mereka mendadak jadi yatim atau bahkan yatim piatu, tulang punggung keluarganya ikut menjadi korban tewas dalam peristiwa ini," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan persnya, Senin (3/10/2022).

Baca Juga: PSI Minta Kapolda Jatim Dinonaktifkan Buntut Tragedi Kanjuruhan

1. Perlu ada rehabilitasi psikis bagi korban terutama anak-anak

Suasana doa bersama untuk korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan bersama pemain dan warga pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

KPAI juga mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk bertanggung jawab terhadap jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi tersebut.

"Tak sekadar santunan, namun rehabilitasi psikis bagi para korban, terutama anak-anak yang saat ini masih dirawat di rumah sakit," kata dia.

2. Risiko membawa anak dalam kerumunan massa apalagi malam hari

Ilustrasi anak-anak di PAUD (IDN Times/Besse Fadhilah)

Retno menyoroti bagaimana sejak awal panitia penyelenggara sudah mengkhawatirkan pertandingan, serta meminta kepada Liga Indonesia Baru (LIB) pertangingan digelar pada sore hari. Namun, pada akhirnya pertandingan dimulai malam hari.

“Memang membawa anak-anak dalam kerumunan massa sangat berisiko, apalagi di malam hari, karena ada kerentanan bagi anak-anak saat berada dalam kerumunan, karena kita tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam kerumunan tersebut. Namun, masyarakat mungkin membutuhkan hiburan setelah pandemik sudah berlangsung 2 tahun," kata Retno. 

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan yang Mengulang Insiden Pilu di Peru

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya