TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mirisnya Perempuan Desa dan Disabilitas yang Sering Tertinggal

KemenPPPA dorong pemberdayaan perempuan desa dan disabilitas

GERAK Perempuan lakukan aksi di Monas untuk memeringati hari International Women’s Day, di halaman Monas, Minggu (8/3) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Situasi perempuan di pedesaan masih sangat sulit karena kurangnya layanan dan infrastruktur, serta adanya stigmatisasi dan diskriminasi terutama bagi perempuan penyandang disabilitas. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga.

“Kurangnya layanan, serta infrastruktur yang buruk di daerah pedesaan telah membuat akses terhadap informasi, pendidikan, perawatan kesehatan, dan pekerjaan formal sangat sulit bagi perempuan pedesaan," kata dia dalam acara Inclusive Economic Growth to Build Resilience: Focus on Rural Women and Women with Disabilities, Kamis (9/6/2022).

Baca Juga: Sinergi PNM-Komnas Disabilitas Bantu Perempuan Indonesia makin Berdaya

1. Kondisi yang dihadapkan pada perempuan di desa dan disabilitas

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga alam Acara Inclusive Economic Growth to Build Resilience: Focus on Rural Women and Women with Disabilities, secara virtual pada Rabu (8/6) (Dok. Humas KemenPPPA)

Mereka, kata Bintang, dihadapkan dengan kondisi untuk bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga, seperti mencari air dan energi untuk keluarga mereka. Para perempuan ini juga menghadapi kondisi kerja yang berat tanpa dibayar.

Sedangkan, perempuan penyandang disabilitas menghadapi stigmatisasi dan diskriminasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan tanpa disabilitas. Sebagian masyarakat masih menganggap mereka sebagai pihak yang tidak berdaya, padahal mereka justru memiliki kekuatan dan potensi yang berharga seperti orang lain.

Perempuan penyandang disabilitas juga terkonsentrasi di sektor pekerjaan informal, atau bahkan tidak memiliki pekerjaan sama sekali.

2. Pemberdayaan perempuan dan manfaatnya bagi ekonomi dan kemakmuran

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Bintang Puspayoga (Dok. Humas KemenPPPA)

Meskipun perempuan masih menghadapi banyak tantangan, Bintang mengungkapkan, perempuan adalah warga dunia yang sangat berharga. Setiap perempuan, terlepas dari latar belakang dan karakteristiknya, adalah agen perubahan untuk dunia yang lebih baik. 

Pemberdayaan perempuan di semua sisi adalah proses percepatan pengentasan kemiskinan dan stabilitas ekonomi, menuju kemakmuran bagi semua.

Beberapa faktor seperti gender, ras, disabilitas, dan kelas merupakan hal yang saling bersinggungan dan membentuk bagaimana individu maupun kelompok mengalami banyak diskriminasi. Beberapa faktor ini perlu diperhatikan ketika berbicara tentang pemberdayaan perempuan.

3. Pemerintah kembangkan desa atau kelurahan ramah perempuan dan anak

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Bintang mengatakan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KemendesPDTT), Kementerian Dalam Negeri, dan pemerintah daerah telah bekerja sama dalam mengembangkan desa atau kelurahan ramah perempuan dan anak.

Hal ini dilakukan guna mengarusutamakan hak-hak perempuan dan anak-anak dari tingkat akar rumput, termasuk mempromosikan kewirausahaan perempuan bagi perempuan lokal dan perempuan penyandang disabilitas.

"Hingga saat ini, terdapat 142 Desa Ramah Perempuan dan Anak yang tersebar di 71 Kabupaten dan 33 Provinsi di Indonesia,” kata dia.

Baca Juga: Hasil Survei: Perempuan Tak Dapat Asuransi Kesehatan buat Keluarga

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya