Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Jurnalis senior Yuli Ismartono berbagi pengalamannya sebagai ketika meliput di zona perang. Begitu banyak medan peperangan yang pernah disaksikan baik di dalam maupun luar negeri dan diabadikan dalam bentuk tulisan.
Yuli sudah menjadi jurnalis sejak 1969 lalu dan melewati banyak pengalaman ketika menyampaikan informasi ke publik kendati dari zona perang. Kepada IDN Times, Yuli bercerita bagaimana ia bisa bertahan ketika tengah meliput peperangan.
"Saya pernah mengikuti perang kecil di Kamboja, perang Teluk, perang saudara, dan beberapa konflik di Myanmar. Saya juga berhasil meliput di area segitiga emas yang sangat membahayakan dan menyeramkan," ungkap Yuli kepada IDN Times ketika dilakukan diskusi daring pada Kamis (30/4).
Lalu, apa saja yang perlu ia siapkan sebelum turun ke medan perang dan meliput?
Baca Juga: Inilah 10 Peristiwa Alam Dahsyat yang Pernah Mencegah Konflik Perang
1. Yuli melakukan riset mendalam mengenai konflik yang hendak diliput
Direktur Eksekutif Yayasan Lontar dan CEO AsiaViews Yuli Ismartono (IDN Times/Irfan Fathurohman) Yuli menjelaskan sebelum ia terjun ke medan perang dan meliput, maka ia harus mempelajari secara mendalam mengenai konflik di area tersebut. Ia mengaku tidak akan sekonyong-konyong meliput ke medan perang tanpa persiapan informasi yang cukup.
"Apa yang saya pelajari dari menjadi wartawan perang itu tidak bisa hanya pergi langsung ke lapangan saja. Tapi juga harus membuat strategi dan persiapan. Karena kalau tidak, akan gagal," kata dia.
Sepenggal kenangan paling mengesankan menurut Yuli yakni ketika ia meliput perang saudara di Sri Lanka. Saat itu peperangan terjadi antara kelompok macan Tamil Ealam dengan Pemerintah Sri Lanka.
2. Fisik dan mental juga harus disiapkan
IDN Times/Aldzah Fatimah Aditya Selain pengetahuan, Yuli juga menyiapkan fisik serta mental. Sebab, bertahan di zona peperangan bukan perkara gampang.
"Kita juga harus sehat, bisa lari cepat, bisa bawa barang sendiri," ujarnya.
Sementara, terkait informasi, Yuli menyebut bukan sembarang data yang harus dikantonginya. Selain mengenai latar belakang narasumber, ia juga perlu mengetahui jalan tikus sebelum turun untuk meliput.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
"Persiapkan segala sesuatu sedini mungkin, karena saat sudah di lapangan, kita harus bisa terus berjaga-jaga," kata dia.
3. Kebutuhan dasar seperti air minum dan kontak penting juga tak boleh dilupakan
IDN Times/Irfan Fathurohman Yuli juga menggaris bawahi benda penting lainnya namun sering disepelekan yaitu kebutuhan dasar seperti makanan dan air. Ia berkisah satu kali harus bersembunyi di selokan selama beberapa hari.
Beruntung, ia mampu bertahan hidup. Dari sana, Yuli menyadari pentingnya membawa kebutuhan dasar seperti makanan ringan dan air minum.
"Kita juga harus persiapkan P3K, dan fotokopi identitas (paspor), serta notebook yang berisi kontak-kontak yang bisa dihubungi," kata perempuan kelahiran tahun 1946 ini.
4. Relasi dan riset adalah kunci mengenal kondisi di lapangan
Ilustrasi bekerja dari rumah. (IDN Times/Arief Rahmat) Yuli juga mengatakan untuk meliput peperangan, jurnalis harus mempelajari latar belakang tempat yang akan didatanginya. Jurnalis itu juga perlu mengenal karakter orang di sana, baik orang asli atau suku yang ada di lapangan.
Membangun relasi di lapangan menjadi kunci keselamatan seorang jurnalis. Sebab, dengan meliput secara bekelompok maka bisa membantu jurnalis tetap hidup walau dalam kondisi sulit.
"Apabila ditempatkan di tempat yang asing, saya meminta biaya tambahan untuk menyewa guide entah kontributor atau penerjemah. Beri tahu juga rencana apa yang akan dilakukan selama di lapangan pada pihak kantor, agar mereka juga tau apa yang kita lakukan," kata dia.
Baca Juga: Perang Vietnam: Awal Mula, Intervensi Amerika dan Kekalahan Paman Sam