TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KLKH: Populasi Satwa Liar Indonesia Meningkat 

Masyarakat dan media terlibat aktif mendukung konservasi

(Seekor satwa langka dan dilindungi elang laut dada putih (Haliaeetus leucogaster) berada di kandang rehabilitasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh) ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Jakarta, IDN Times - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan dalam catatannya selama tiga tahun terakhir, jumlah populasi satwa liar prioritas di Indonesia mengalami peningkatan.

Peningkatan satwa liar yang dilindungi ini menunjukkan kerja konservasi pada masa pemerintahan ini hasil yang positif. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times pada Selasa (14/5).

Baca Juga: Komitmen KLHK dengan ESDM Percepat Reklamasi Hutan & Rehabilitasi DAS 

1. Ada peningkatan satwa liar prioritas

(Seekor satwa langka dan dilindungi elang laut dada putih (Haliaeetus leucogaster) berada di kandang rehabilitasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh) ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

KLHK mencatat populasi satwa liar prioritas ini tersebar di berbagai kawasan konservasi. Selain itu juga di kawasan hutan serta di luarnya. KLHK mencatat beberapa site terlihat meningkat, seperti Jalak Bali di Taman Nasional (TN) Bali Barat semula berjumlah 31 ekor (2105) menjadi 191 (2019).

Di waktu yang sama, Badak Jawa di TN Ujung Kulon semula berjumlah 63 ekor kini menjadi 68 ekor. Selain itu, Owa Jawa yang semula berjumlah 546 ekor kini menjadi 1.107 ekor.

Gajah Sumatera dari 611 ekor, kini menjadi 693 ekor. Ada pula Harimau Sumatera dari 180 ekor menjadi 220 ekor. Elang Jawa juga mendapat peningkatan dari 91 ekor menjadi 113 ekor.

2. Ada peran media dan masyarakat

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Wiratno menyebutkan peningkatan jumlah populasi satwa liar pioritas ini tidak terlepas dari peran media serta masyarakat. Wiratno menilai masyarakat dan media selama ini terlibat aktif dalam semangat konservasi.

"Saya gak akan basa basi kalau ada laporan dari bawah. Seluruh Balai Besar/Balai Taman Nasional dan Balai Besar/Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) juga sudah punya call center. Kalau ada laporan harus respons. Kalau tidak direspons, silakan langsung lapor ke nomor WA pribadi saya, pasti saya akan respons," kata Wiratno.

Baca Juga: KLHK dan ESDM Bersinergi Realisasikan Pelestarian Lingkungan Hidup

3. Banyak langkah koreksi yang dilakukan

IDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Menurut Wiratno, di bawah kepemimpinan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, banyak langkah koreksi yang telah diambil. Salah satunya dengan melibatkan masyarakat secara aktif.

Ia mengatakan, banyak temuan-temuan di lapangan berasal dari laporan masyarakat. Permasalahan juga diselesaikan bersama dengan melibatkan serta masyarakat.

"Pelibatan publik baik melalui grup WA maupun media sosial menjadi salah satu kunci menjaga kelestarian ekosistem kita. Bersama publik kita harus melindungi kawasan yang masih utuh, merestorasi yang rusak, bangun koridor, dan upaya-upaya konservasi lainnya," kata Wiratno.

4. Kawasan konservasi perlu dijaga

ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

KLHK mencatat kawasan konservasi di Indonesia mencapai 27,14 juta hektare. Lebih kurang ada 6.000 desa yang mengelilingi kawasan tersebut. Angka tersebut diperlukan keaktifan masyarakat untuk terus membantu menjaga.

Wiratno mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan mengelola alam dengan benar, agar dapat mendatangkan keberkahan dan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan.

Baca Juga: Semakin Langka Makin Mahal: 10 Fakta Perdagangan Satwa Liar Kian Marak

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya