TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Anjlok dan Permintaan Pasar Kurang, Petani di Aceh Buang Tomat

Tomat hanya dihargai Rp500 sampai Rp1.000 per kilogram

Tomat yang dibuat oleh para petani dan pedagang di Kabupaten Bener Meriah, Aceh (Foto: Istimewa)

Bener Meriah, IDN Times - Panen melimpah dan kurangnya permintaan di pasar membuat harga tomat anjlok di Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Alhasil petani dan pedagang terpaksa membuang jenis sayur-sayuran itu.

Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah (APSMB), Sabardi mengatakan, anjloknya harga tomat sudah terjadi selama dua pekan.

"Dua Minggu ke belakang itu petani sangat merugi. Karena berkurangnya permintaan pembeli dari luar Kabupaten Bener Meriah," kata Sabardi, saat dikonfirmasi, Selasa (3/8/2021).

Baca Juga: Stok Sempat Menipis, Aceh Salurkan Lagi Vaksin Sinovac ke Daerah 

1. Harga jual tomat hanya Rp500 per kilogram

Tomat yang dibuat oleh para petani dan pedagang di Kabupaten Bener Meriah, Aceh (Foto: Istimewa)

Ia mengungkapkan, selama dua pekan terakhir, petani menjual tomat di Kabupaten Bener dan Kabupaten Aceh Tengah dengan harga sekitar Rp500-Rp1.000 per kilogram.

"Sewaktu tomat dibuang-buang itu harga tomat hanya Rp500 dan paling tinggi Rp1.000 per kilogram," ujar Sabardi.

"Itupun cuma dibeli dari petani dan langsung dibuang," imbuhnya.

Saat ini, harga tomat berlahan kembali normal yakni Rp3 ribu per kilogram. Itu terjadi seiring sudah menipisnya stok tomat yang dimiliki.

2. Tidak adanya pendingin hingga angkutan untuk mengangkut tomat menjadi kendala lain

Kondisi tomat yang dibuang oleh pedagang di Pasar Sentral Bale Atu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Aceh (Foto: Serambinews.com/Budi Fatria)

Sabardi menyampaikan, tindakan membuang tomat dilakukan sebagai bentuk protes. Sebab, jika terjadi panen raya tomat-tomat para petani tidak bisa disimpan.

"Karena tomat gak tahan dia, cepat busuk. Hanya bisa bertahan dua atau tiga hari dan kalau kami taruk di gudang dia hancur terus. Ditambah lagi tidak ada bantuan cold storage atau pendingin dari pemerintah," jelasnya.

Tidak hanya itu, permasalahan transportasi untuk mengangkut tomat ke luar daerah juga menjadi kendala. Alhasil, para petani tidak bisa mengirim hasil pertaniannya ke luar kabupaten

"Satu lagi masalah angkutan transportasi. Kami pedagang dan petani ini sistemnya menunggu. Menunggu datangnya pembeli dulu baru laku tomat kami."

Baca Juga: Sejumlah Toko di Banda Aceh Diduga Jual Emas Tidak Sesuai Kadar

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya