Menkes: Perang Lawan COVID-19 Seperti Operasi Kontra Intelijen
Menkes minta dibentuk kerja sama terkait genome sequencing
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, peperangan yang sedang berlangsung antara umat manusia dan virus corona (COVID-19) bagaikan operasi kontra intelijen (Counter Intelligence). Hal ini dikarenakan tidak ada yang bisa melihat pergerakan virus asal Wuhan, Tiongkok tersebut.
Hal itu diungkapkan Budi dalam acara Penandatanganan MoU antara Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) dan Kementerian Kesehatan tentang Surveilans Genom virus SARS-CoV-2 di Jakarta, Jumat (8/1/2021).
Dalam acara tersebut, hadir pula Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristke/BRIN) Bambang Brodjonegoro.
“Nah pencerahan dari Pak Bambang itu menyadarkan saya ini seperti operasi counter intelligence. Musuhnya sudah menyusup, musuhnya masuk. Nah kita gak tahu. Karena memang kita tidak memiliki peralatan, kita tidak memiliki tools, kita tidak memiliki proses untuk mengetahui apakah musuhnya sudah menyusup atau tidak,” kata Budi.
Baca Juga: Dilantik Jadi Menkes, Budi G Sadikin Langsung Tancap Gas
1. Dunia kekurangan sistem pertahanan terhadap virus
Dalam kesempatan itu, Budi memaparkan bahwa dunia tidak siap melawan virus corona karena kekurangan peralatan. Ini karena selama ini pemerintahan dari berbagai negara lebih memperhatikan sistem persenjataan dan sistem pertahanan.
“Saya jadi teringat Bill Gates itu bicara di TED sekitar 2010, sesudah SARS cov-1 melanda di China. Dia sempat bilang bahwa ini manusia salah mereka spending trillion of US Dollar membangun sistem persenjataan dan sistem pertahanan, seakan-akan nanti yang akan membunuh jutaan manusia adalah sesama manusia. Padahal ternyata bukan manusia yang membunuh jutaan manusia. Itu adalah yang namanya virus, sehingga sistem persenjataan dan sistem ketahanan yang dibangun tidak cocok untuk menghadapi virus,” jelasnya.
Untuk itu, lanjut Budi, ia merasa sistem pertahanan terhadap virus harus dibangun. Di mana di Indonesia, yang memiliki kewenangan paling banyak untuk mewujudkan hal tersebut adalah dirinya dan Bambang, selaku Menristek RI.
“Dan sesudah saya telponan dengan Pak Menristek, saya baru sadar bahwa yang memiliki kemampuan untuk membangun sistem pertahanan melawan virus ini adalah paling banyak saya dan Pak Bambang. Cuma karena tidak terkoordinasi, harus terkoordinasi, kalau gak susah,” katanya.
Karena itulah, kata Budi, ide tanda tangan MOU ini dimulai.
Baca Juga: Ketahui Asal-Usul Hingga Umur Virus Corona, Eijkman Petakan 7 Genom