TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Puslitbang Penda Lakukan Survei Karakter Peserta Didik, Ini Hasilnya!

Karakter mandiri dan gotong royong dapat perhatian khusus

Siswa dan siswi SMA tengah berkumpul (ShutterStock/Ibenk_88)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama RI (Kemenag) sebagai unit yang bertanggungjawab dalam memberikan arah pembangunan nasional di bidang agama dan keagamaan turut berkewajiban memperjelas arah kemajuan bangsa, khususnya terkait dengan revolusi mental.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Achmad Gunaryo menjelaskan bahwa, usaha ini dapat dilakukan salah satunya dengan pengembangan karakter anak bangsa.

Untuk memberikan input kebijakan berbasis penelitian, Kemenag pun berusaha merumuskan konsep, definisi operasional serta alat ukur dalam pengembangan karakter peserta didik pada lembaga pendidikan.

Survei karakter peserta didik ini bertujuan untuk memberikan kerangka operasional pengukuran karakter peserta didik melalui perluasan pengukuran indeks karakter yang telah ada, selain itu juga diharapkan mampu memberikan nilai tambah kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia.

Baca Juga: Apakah UIN Bisa Implementasikan Keilmuan Agama dan Umum? Cek Faktanya 

1. Melalui pengujian selama 2 tahun

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Achmad Gunaryo (Twitter @Kemenag_RI)

Lebih lanjut Gunaryo mengatakan, dirinya menyambut baik keberhasilan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang telah berhasil merumuskan instrumen pengukuran capaian karakter siswa. 

Perlu diketahui, instrumen ini telah melalui pengujian selama 2 tahun berturut-turut dari 2019 hingga 2020, dan menjadi tools dalam melakukan survei nasional karakter peserta didik. Melalui instrumen ini, setiap tahun Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan mampu mengeluarkan buku Indeks Karakter Peserta Didik.  

“Dengan buku yang merupakan hasil survei nasional 2020 ini, kita mengetahui kekuatan serta kelemahan di masing-masing indikator karakter siswa yang terdiri dari dimensi religiusitas, nasionalisme, integritas, kemandirian dan gotong royong secara nasional. Buku ini bisa menjadi referensi bagi pemerintah pusat juga pemerintah provinsi dalam memberikan layanan pendidikan kepada warganya,” kata Gunaryo 

2. Doktrin punya pengaruh tertinggi dalam pembentukan karakter keagamaan

Seorang siswi SMA (ShutterStock/Quon_ID)

Dari hasil survei nasional ini dapat ditarik beberapa kesimpulan penting, yaitu pertama, hasil survei pada peserta didik jenjang pendidikan menengah menghasilkan Indeks Karakter 2020 sebesar 71,41.

Posisi ini lebih baik bila dibandingkan angka indikatif survei tahun sebelumnya, di mana angka indikatif indeks karakter 2019 pada posisi 70,70. Secara nasional capaian angka ini masuk dalam kategori tinggi, yaitu berada di antara rentang 51-75.  

Kedua, Indeks Karakter Peserta Didik (IKPD) bila dirinci berdasarkan unsur pendukungnya dapat disebutkan nilai masing-masing dimensi, yaitu dimensi religiusitas (73,25), dimensi nasionalisme (73,01), dimensi kemandirian (66,67), dimensi gotong royong (69,18), dan dimensi integritas (72,01). Nilai kontribusi dimensi religiusitas menempati urutan pertama dan kemandirian menempati urutan terakhir. 

Ketiga, pada dimensi religiositas, bila ditelusuri lebih lanjut, secara nasional faktor-faktor penyumbang dari frekuensi jawaban dengan skala 1-4 ditemukan angka sumbangan aspek doktrin 3,509 (tertinggi).

Angka ini menunjukkan bahwa doktrin mempunyai pengaruh tertinggi dalam pembentukan karakter keagamaan peserta didik, sementara itu sikap keberagamaan dalam praktek sosial berada pada angka paling rendah.

3. Pada dimensi nasionalisme, faktor cinta tanah air jadi yang paling tinggi

Upacara bendera dalam memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia (ShutterStock/TiwukSuwantini)

Dalam buku Indeks Karakter Siswa Jenjang Pendidikan Menengah (2020) yang disusun oleh Muhamad Murtadlo, Nur Alia, dan Husen Hasan Basri ditemukan kesimpulan penting lainnya yaitu, pada dimensi nasionalisme, faktor cinta tanah air sebesar 3,321 dan menjadi yang tertinggi. Sementara, komitmen kebangsaan sebesar 3,126 (terendah).

Angka-angka tersebut secara akumulatif menunjukkan peserta didik mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi hampir sejajar dengan nilai karakter religiusitas. Dari indikator nasionalisme, indikator komitmen kebangsaan berada pada angka terendah dan perlu terus dipupuk.

4. Dimensi kemandirian berada pada urutan terendah

 Siswi SMA tengah belajar dari rumah (ShutterStock/RonaldyIrfak)

Sedangkan untuk dimensi kemandirian berada pada urutan terendah dari dimensi pembentuk indeks karakter. Pada dimensi gotong royong, survei data di lapangan menunjukkan bobot indikator pemecahan masalah bersama berada di angka 3,343 (tertinggi).

Meski begitu, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan menilai, gotong royong yang konon dinilai sebagai perasan ideologi bangsa perlu mendapat perhatian khusus. 

“Belakangan semangat gotong royong anak muda mulai luntur, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam mengenalkan ke peserta didik ketika membicarakan nilai-nilai gotong royong,” dikutip dari buku tersebut. 

Untuk dimensi integritas, survei ini menunjukkan bahwa kontribusi bobot indikator amanah berada di angka 3,410 (tertinggi), sementara faktor tanggung jawab berada di angka 3,114 (terendah).

“Faktor tanggung jawab berada pada penyumbang terendah, padahal dari aspek teori  tanggung jawab ini meliputi: kemauan melaksanakan tugas dari guru dengan baik, kemauan menjauhi kecenderungan melanggar aturan, dan menjadi teladan bagi semua orang dalam kebaikan,” ujar tim penulis buku Indeks Karakter Siswa Jenjang Pendidikan Menengah (2020).

Baca Juga: Begini Potret Pendidikan Profesi Guru bagi Guru PAI di Kemenag 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya