TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Karena COVID-19, Warga di Purbalingga Sulap Empang Jadi Kolam Renang

#NormalBaru dan #HidupBersamaCorona

(IDN Times/Rochmanudin)

Purbalingga, IDN Times - Kondisi yang mendesak terkadang membuat seseorang mendadak kreatif, seperti dialami Abdul Ghofur Arrazak, warga Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang menyulap empang atau kolam ikan menjadi kolam renang.

Berawal dari aturan pemerintah yang mengharuskan masyarakat, termasuk keluarga Abdul Ghofur berada di rumah saja, untuk mencegah penularan COVID-19 atau virus corona. Karena keluarga jenuh dan bosan terkurung di rumah, dia pun akhirnya membuat kolam renang dadakan.

Baca Juga: Cegah Stres, Wisma Atlet Siapkan Ruang Rekreasi bagi Pasien COVID-19

1. Keluarga meminta empang dijadikan kolam renang

(IDN Times/Rochmanudin)

Alih-alih untuk memelihara ikan, empang justru disulap menjadi kolam renang, lantaran permintaan keluarga besar pria yang akrab disapa Ghofur itu.

"Anak, cucu, keponakan banyak, pada kumpul semua di rumah gara-gara corona mereka di rumah terus, jenuh, dari pada setres yaudah dijadiin kolam renang. Mereka minta dijadikan kolam renang," ujar Ghofur, tersenyum saat ditemui IDN Times, baru-baru ini.

Ghofur yang merupakan anak kedua di keluarga, memang memiliki lima saudara. Ada sekitar 20 cucu dan belasan keponakan yang berasal dari kelima saudaranya itu.

Satu saudara saja minimal memiliki anggota keluarga enam orang. Mereka tinggal dalam satu kompleks keluarga.

2. Modal membuat kolam renang tak lebih dari Rp1,5 juta

(IDN Times/Rochmanudin)

Bermodal terpal dua lapis dan pagar bambu, membuat Ghofur tak banyak merogoh kocek untuk menyulap empang menjadi kolam renang. Namun ada biaya tambahan untuk membayar tenaga, yang menggali kolam dan memasang terpal serta pagar bambu.

"Ya, kalau ditotal sekitar Rp1,5 juta, buat beli terpal dua sama bayar ongkos gali dan masang pagar," ujar Ghofur.

Untuk membuat empang juga tak butuh waktu lama, hanya dengan mengerahkan dua orang, dua hari rampung. Yang cukup memakan waktu lama adalah saat proses menggali tanah, karena kolam tersebut memiliki kedalaman dua meter, serta panjang enam dan lebar tiga meter.

Dan uniknya, untuk membuat kolam renang ini, keluarga besar Ghofur secara sukarela urunan semampu mereka. Ada yang menyumbang berupa uang untuk membeli terpal, karena harga satu lembar terpal sekitar Rp400 ribu.

"Pada sumbangan, patungan beli terpal. Kan pertama pakai satu terpal, tapi pas dipakai sekali bocor kena batu, jadi didobel lagi," kata guru madrasah tsanawiyah itu.

3. Ramai-ramai menguras kolam renang seminggu sekali

(IDN Times/Rochmanudin)

Tak hanya urunan membeli terpal, keluarga besar Ghofur juga ramai-ramai menguras kolam renang jika sekiranya air sudah mulai kotor. Biasanya sepekan sekali mereka menguras. Tak hanya laki-laki, perempuan pun ikut turun membersihkan kolam.

"Iya gotong-royong, di keluarga kan biasa bahu membahu kalau ada kesulitan," ucap Ghofur.

Beruntung, di Desa Tunjungmuli memiliki PAM Desa yang bersumber dari pegunungan. Desa ini memang berada persis di kaki pegunungan, sehingga tidak kekurangan air, bahkan melimpah. Selain dingin, kualitas air di desa ini tak kalah dengan air mineral.

"Air di sini pernah diuji, kualitasnya terbaik, bahkan bisa diminum langsung," kata Ghofur, yang juga menjadi tim pencetus PAM Desa.

Baca Juga: 5 Wisata Edukasi di Indonesia Ini Tawarkan Wisata Virtual dari Rumah  

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya