TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Imam Besar Istiqlal: Lebih Baik Salat di Rumah Saat Pandemik COVID-19

Ke masjid itu sunah, melindungi diri dan keluarga itu wajib

Warga salat tarawih berjamaah di Masjid An-Nur, Abadi Jaya, Depok, Jawa Barat, pada 25 April 2020. Warga masih salat tarawih berjamaah di masjid meski pemerintah telah melarang guna menekan penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Jakarta, IDN Times - Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH. Nasaruddin Umar mengingatkan umat muslim untuk tidak melaksanakan ibadah pada bulan Ramadan di masjid. Ini karena penyebaran virus corona masih belum usai. Bahkan, pemerintah di beberapa daerah sudah melarang ibadah beramai-ramai, baik itu di masjid maupun gereja.

Dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Kamis malam (30/4), Nasaruddin mengaku saat ini sering mendapatkan pertanyaan dari banyak warga Muslim soal mana yang lebih baik, antara beribadah di masjid atau di rumah ketika pandemik COVID-19.

Pemerintah Indonesia sendiri telah melaporkan lebih dari 10.000 kasus COVID-19. Pada saat yang sama, ada sebanyak 792 orang meninggal dunia. Lalu, mana yang lebih baik?

Baca Juga: Camat di Parepare Dilapor ke Polisi usai Larang Salat Jumat di Masjid

1. Nasaruddin menegaskan ibadah sebaiknya dilakukan di rumah saat pandemik COVID-19

Suasana sepi di Masjid Istiqlal selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Jakarta, pada 23 April 2020. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Nasaruddin kemudian mengutip informasi yang terdapat di dalam Al-Quran. Berdasarkan informasi yang ia peroleh di sana, dulu ada tiga wabah yang pernah terjadi. Sehingga, Islam sudah familiar dengan situasi saat ini. 

"Saya mendapatkan banyak pertanyaan soal mana yang terbaik antara salat tarawih di rumah atau di masjid, salat Jumat di masjid atau di rumah. Ini juga karena masih banyak masjid yang melangsungkan salat Jumat," ujarnya.

Nasaruddin menegaskan ketika pandemik terjadi, umat Islam sebaiknya tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain dengan memaksa beribadah di masjid, meski itu lebih baik dari segi pahala. "Yang terbaik adalah beribadah di masjid. Tetapi, menurut fatwa, jangan mengunjungi masjid selama COVID-19," tegasnya. "Lebih baik tinggal di rumah dan beribadah di rumah bersama keluarga," katanya lagi. 

2. Pahala yang ingin dikejar akan sia-sia jika umat Muslim membahayakan nyawa orang lain

Warga salat tarawih berjamaah di Masjid An-Nur, Abadi Jaya, Depok, Jawa Barat, pada 25 April 2020. Warga masih salat tarawih berjamaah di masjid meski pemerintah telah melarang guna menekan penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Lebih lanjut, ia mengerti secara tradisional, banyak yang ingin beribadah di masjid selama Ramadan. Akan tetapi, Nasaruddin menggarisbawahi "menolak bahaya lebih penting daripada mengejar pahala". Dengan kata lain, sia-sia saja memaksakan diri untuk ke masjid dan mengikuti ibadah massal, tapi akhirnya justru mengancam keselamatan diri sendiri dan keluarga.

"Kami menemukan banyak manfaat dari mengunjungi masjid, tapi konsekuensinya akan berdampak tak hanya terhadap kita sendiri, tapi juga keluarga kita," tambahnya. "Menurut ulama di Indonesia hari ini, mengunjungi masjid bersifat sunah, tapi melindungi tubuh kita adalah wajib. Lebih baik mendahulukan yang wajib daripada sunah," tutur dia lagi. 

Baca Juga: Salat Berjemaah di Masjid, 10 Warga Banyumas Positif Kena Virus Corona

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya