TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gara-Gara Prabowo, 2 Caleg PSI Keluar dari Partai

Guntur Romli sebelumnya juga pilih mundur dari PSI

Ketua Umum Partai Gerindra ketika berkunjung ke DPP Partai Solidaritas Indonesis (PSI) pada 2 Agustus 2023. (www.instagram.com/@prabowo)

Jakarta, IDN Times - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pelan-pelan mulai ditinggal  beberapa kadernya pasca-kunjungan capres Prabowo Subianto ke kantor DPP pada 2 Agustus 2023. Dua kader yang memilih mundur yakni Dwi Kundoyo dan Estugraha. Mereka semula adalah caleg PSI untuk DPRD DKI Jakarta dan Kota Bogor. 

"Saya sekaligus menyatakan mundur sebagai caleg dan keluar dari PSI. Saya mundur dari keanggotaan PSI," ungkap Dwi di sebuah kafe di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (7/8/2023). 

Dwi menilai DPP PSI sedang 'main mata' dengan Prabowo dan disinyalir bakal merapat ke koalisi Partai Gerindra.

"Menurut saya sudah mencederai apa yang selama ini saya perjuangkan. Saat masih mahasiswa dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa pada 1994 bersama teman-teman di Jakarta mendirikan Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ). Saat itu menjadi salah satu kekuatan untuk melawan pemerintahan otoriter Orde Baru," kata dia. 

Dwi menceritakan ketika itu FKSMJ tidak tinggal diam melawan pemerintahan Soeharto, termasuk di dalamnya Prabowo. Salah satu praktik yang kental dan dilawan mahasiswa ketika itu yakni Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). 

"Saya bersyukur TNI ketika itu memecat Prabowo. Rasa syukur itu bertambah besar ketika rezim pemerintahan lepas dari pemerintahan Soeharto. Penolakan terhadap Prabowo sudah saya suarakan sejak bergabung di dalam HMI," tutur dia.

Baca Juga: Markas PSI Didatangi Prabowo dan Elite Gerindra, Bahas Capres 2024?

1. Dulu pilih Jokowi dan ogah coblos Prabowo pada Pemilu 2014 dan 2019

Jokowi dan Prabowo (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Lebih lanjut, Dwi mengaku pada Pemilu 2014 dan 2019, ia memilih Jokowi sebagai capres. Sebab, rekam jejaknya baik, sehingga tidak memilih Prabowo. 

"Karena Prabowo dan pengikutnya tidak berhenti memainkan isu SARA. Mereka bergandengan tangan dengan kelompok radikal dan intoleran," ujarnya.

Selain itu, sejarah juga mencatat Prabowo kerap disebut-sebut sebagai dalang penculikan aktivis pada 1998. Sebagian dari aktivis 98 itu hingga kini masih ada yang belum kembali. 

"Keluarga korban hingga kini masih mencari keadilan. Mereka berharap keluarganya yang diculik bisa kembali ke pangkuan keluarga," kata Dwi. 

Baca Juga: Gerindra Angkat Bicara soal Guntur Romli Keluar PSI Lantaran Prabowo

2. Guntur Romli juga hengkang dari PSI dan memilih fokus dukung Ganjar

Ketua Umum Ganjarian Spartan, Mohamad Guntur Romli, ketika mendeklarasikan relawan Ganjar Pranowo pada Rabu (18/1/2023). (IDN Times/Santi Dewi)

Sebelumnya, kader PSI lainnya yakni Mohamad Guntur Romli sudah menyatakan secara terbuka mundur dari parpol yang ikut membesarkan namanya itu. Sama seperti Dwi dan Estugraha, Romli memilih hengkang dari PSI karena melihat parpol yang punya jargon partai anak muda itu ada sinyal kedekatan dengan Prabowo. 

"Mulai hari ini saya menyatakan keluar dari PSI, sebagai anggota dan kader PSI," ujar Romli ketika memberikan keterangan pers pada Jumat, 4 Agustus 2023. 

Romli memilih keluar dari PSI dengan alasan perkembangan terakhir yang terjadi di DPP membuatnya tidak nyaman. Dia mengatakan tidak diberi tahu soal kehadiran Prabowo di kantor DPP PSI. Ia makin terkejut karena dulu di pemilu 2019, pernah memberikan penghargaan berisi kalimat satir untuk pria yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu. 

"Saya sungguh terkejut, karena masih ingat Januari 2019, PSI pernah memberikan 'Award Kebohongan Terlebay' pada Prabowo Subianto," tutur dia. 

Kebohongan yang dibuat Prabowo yakni soal selang cuci darah di RSCM yang digunakan berkali-kali ke puluhan pasien berbeda. Namun, hal itu dibantah Direktur RSCM saat itu. Romli mengaku tidak benci Prabowo dan tetap menghormatinya selaku politikus. 

Apalagi, kata Romli, Prabowo saat ini menjabat sebagai Menhan di kabinet Presiden Jokowi. Namun, Ketua Umum Ganjarian Spartan itu masih tidak bisa menerima catatan Prabowo pada masa lalu. 

3. Gerindra dan PSI belum ada keputusan politik

(IDN Times/Irfan Fathurohman)

Sebelumnya, Partai Gerindra angkat bicara perihal langkah politik Guntur Romli yang keluar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), lantaran adanya sinyal kedekatan antara PSI dengan calon presiden (capres) dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), Prabowo Subianto.

Partai Gerindra melalui Juru Bicara Pemenangan Pemilu, Dinnar Ajeng Ravianti, menyebut langkah politik Guntur sebagai hak pribadi. Namun, Gerindra menghargai sikap pimpinan Ganjnarian Spartan itu.

"Kami rasa itu menjadi hak individu mas Guntur Romli ingin keluar atau bergabung dengan partai manapun, dan kami menghargai saja sifatnya," ujar Dinnar kepada IDN Times, Minggu (6/8/2023).

Dinnar mengatakan kalau pun memang alasan Guntur subjektif karena kunjungan Partai Gerindra dan Prabowo ke PSI, hal itu sudah di luar kuasa Gerindra.

"Sudah di luar kapasitas kami ada pihak-pihak yang suka atau tidak suka dengan Partai Gerindra dan Pak Prabowo itu sendiri," ujar dia.

Dinnar menegaskan kunjungan Partai Gerindra ke PSI tak lain silaturahmi politik, untuk menjaga suasana politik tetap kondusif menjelang Pemilu 2024. Selain itu, belum ada komitmen politik antara PSI dengan Gerindra.

"Tapi yang pasti komitmen kami dan Pak Prabowo ingin suasana demokrasi yang sejuk, komunikasi politik yang baik dengan semua pihak. Jadi rivalitas hanya dalam ide dan gagasan," ujar dia.

Baca Juga: Guntur Romli Keluar dari PSI, Prabowo jadi Penyebabnya?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya