Ini Penyebab Capim KPK Gagal Lolos ke Tahap ke-3
Dari 187 capim KPK, hanya 104 orang yang lolos ke tahap 3
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Proses seleksi yang dihadapi oleh ratusan pelamar untuk menjadi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memang tidak mudah. Mereka harus melewati beragam ujian. Pada Kamis (18/7), uji kompetensi yang digelar di Pusdiklat Sekretariat Negara, diikuti oleh 187 capim.
Sebanyak 5 orang sudah gugur sebelum mereka ikut ujian. Satu capim di antaranya mengundurkan diri yakni Wakapolda Jawa Barat Brigjen (Pol) Akhmad Wiyagus. Sedangkan, satu capim lainnya dari unsur kejaksaan, Muhammad Rum batal ikut karena tengah menunaikan ibadah haji. Ada pula yang datang terlambat sehingga tak diizinkan masuk.
Dari 187 capim itu, pansel capim KPK berhasil kembali menciutkan jumlahnya menjadi 104 orang.
"Peserta seleksi yang dinyatakan lulus uji kompetensi, wajib mengikuti seleksi tahap berikutnya yaitu tes psikologi yang akan diselenggarakan pada Minggu, 28 Juli," ujar Ketua Panitia Seleksi Capim KPK, Yenti Garnasih ketika ditemui di Sekretariat Negara pada Senin (22/7).
Ia mengatakan di tahap uji kompetensi ada dua materi yang diujikan objective test dan membuat makalah. Sulitkah bagi pansel untuk menyeleksi makalah tersebut?
"Jadi, 12 orang (yang merupakan independent reader) membaca 50 makalah terlebih dahulu. Itu kami gak tidur pas hari Kamis pekan lalu," kata Yenti.
Lalu, apa sih yang menyebabkan sejumlah capim KPK tak lolos ke tahapan selanjutnya?
Baca Juga: Satu Jaksa Batal Ikut Seleksi Capim KPK, Ini Penjelasan Kejagung
1. Penentuan capim mana yang lulus berdasarkan passing grade
Berdasarkan anggota capim pansel KPK, Harkristuti Harkrisnowo, mereka tidak menentukan jumlah calon pimpinan yang harus lulus. Tetapi, kami menentukan passing grade.
"Bobot pada objective test 60 persen, sedangkan pembuatan makalah 40 persen," kata Harkristuti ketika ikut menjawab pertanyaan media pada Senin kemarin.
Sementara, Yenti menjelaskan masing-masing makalah dibaca oleh tiga independent reader. Mereka mengecek apakah di dalam makalah yang dibuat ketika ujian memiliki visi dan arah tujuan untuk pemberantasan korupsi. Bagaimana pula solusi terhadap permasalahan yang muncul.
"Pada dasarnya kalau (capim KPK) dari penegak hukum tahu permasalahan, kemudian menawarkan solusi," tutur dia.
Sayangnya, Yenti ingat bagaimana isi makalah yang disusun oleh pegawai KPK. Uniknya, setelah melontarkan pernyataan demikian, Yenti langsung mengoreksi ucapannya.
"Ketika kami semua mengoreksi kan gak ketahuan namanya. Kalau kita memeriksa dan ketahuan namanya bisa repot, dianggap memihak," kata perempuan pertama yang menyandang gelar ahli Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) itu.
Baca Juga: Ini Daftar Nama 104 Capim KPK yang Lolos ke Tahap 3