TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

JK Imbau Pengurus Masjid Waspada Ada Kajian Keagamaan Bersifat Radikal

JK sebut tak ada masjid yang digunakan untuk tempat buat bom

Eks Wakil Presiden Jusuf "JK" Kalla ketika membuka peringatan HUT ke-75 Palang Merah Indonesia pada 2020 (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf "JK" Kalla mengimbau seluruh pengurus masjid waspada terhadap kajian keagamaan bersifat radikal. Ia meminta bila ada pengajian yang dilakukan berkelompok sambil berbisik-bisik, maka harus ditegur. 

"Hati-hati kalau di masjid ada kelompok-kelompok yang terdiri empat sampai lima orang, kemudian ada gurunya dan kajiannya dilakukan sambil berbisik-bisik. Pengurus masjid harus tegur itu, jangan sampai mereka sedang (lakukan) kajian radikalisme," ungkap JK ketika berbicara di acara Mudzakarah Pembina Rohani Islam Masjid Kementerian/Lembaga Pemerintah non-Kementerian dan BUMN dan dikutip dari kantor berita ANTARA pada Rabu, 31 Maret 2021. 

Menurut dia, kajian keagamaan yang bersifat radikal harus mendapat perhatian sejak dini dari para pengurus masjid dan publik. Tujuannya, agar semakin tidak berkembang menjadi aksi teror. 

JK tak menutup kemungkinan kajian yang bersifat radikal memungkinkan terjadi di masjid. Tapi, ia mengaku yakin tidak ada masjid yang digunakan sebagai tempat untuk merencanakan teror atau merakit bom. 

"Kalau kita lihat pemeriksaan-pemeriksaan tersangka teroris, itu tidak pernah mereka menyebut aksinya dirancang dari masjid. Umumnya, itu aksi (teror) dirancang dan direncanakan di rumah kontrakan," kata dia lagi. 

Apakah pola yang sama juga terjadi di teror Gereja Katedral Makassar pekan lalu?

Baca Juga: [BREAKING] Penyerang Mabes Polri Berideologi Radikal

Baca Juga: Pemicu Berulangnya Aksi Teror di Indonesia, kata Eks Kepala BNPT

1. Pelaku bom panci di Makassar rencanakan aksi juga di rumah kontrakan

Foto dua pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar yang merupakan suami istri (Dokumentasi Divisi Humas Mabes Polri)

Berdasarkan keterangan yang diperoleh JK, ia menyebut pelaku teror di Gereja Katedral Makassar juga merencanakan aksinya di rumah kontrakan. Bom panci yang digunakan pun juga dirakit di sana. 

"Termasuk pelaku bom Gereja Katedral Makassar, itu dirancang di rumah kontrakan yang dekat dengan rumah ibunya," ungkap pria yang sempat dua kali jadi Wapres itu. 

Menurut JK, sifat masjid yang terbuka untuk semua kelompok Islam jadi alasan tidak adanya masjid yang dimanfaatkan sebagai tempat perakitan bom dan menyusun aksi teror. 

"Meskipun masjidnya dibangun oleh orang Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), mereka boleh salat di situ," JK menambahkan. 

2. Pelaku teror bom Gereja Katedral Makassar baru menikah enam bulan

Petugas kepolisian berjaga di lokasi dugaan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) (ANTARA FOTO/Abrian Abhe)

Sementara, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar diketahui baru menikah selama enam bulan. Pelaku laki-laki berinisial L, sedangkan perempuan YSF. 

"Betul, pelaku pasangan suami istri dan baru menikah enam bulan," ungkap Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen (Pol) Argo Yuwono pada 29 Maret 2021 lalu. 

Mereka diketahui termasuk individu yang sedang diburu oleh Densus 88 Antiteror Polri. Namun, belum ditangkap, keduanya sudah melakukan aksi saat umat Katolik tengah melakukan misa Minggu Palma di Makassar. 

Baca Juga: Kepala BNPT: Polisi Jadi Target Serangan Teroris Sejak 2010 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya