TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kalah Daya Saing dengan Vietnam, Jokowi Ajak RI Introspeksi Diri

"Coba, padahal kita punya sumber daya alam dan manusia"

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Ma'ruf Amin (kanan) memperkenalkan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo rupanya masih merasa geram betul lantaran Indonesia gagal memanfaatkan peluang yang tercipta dari perang dagang antara Tiongkok-Amerika Serikat. Buktinya, sebanyak 23 perusahaan asal Tiongkok lebih memilih untuk menanamkan duitnya di Vietnam. Sisa 10 perusahaan lainnya memilih berinvestasi di Kamboja, Malaysia, India, Meksiko dan Thailand. 

Jokowi mengaku tak percaya mengapa negara tetangga Indonesia dengan luas wilayah yang lebih kecil justru lebih dilirik oleh perusahaan dari Tiongkok. 

"Coba, padahal kita punya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tapi, perusahaan besar itu malah memilih negara lain. Ini ada apa? Ini harus jadi tanda tanya dan introspeksi," ujar Jokowi ketika berbicara di forum koordinasi antara pemerintah daerah dengan pusat di Sentul International Convention Centre (SICC), Bogor, Jawa Barat pada Rabu (13/11). 

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menggaris bawahi permasalahan mendasar ada di ruwetnya mengurus perizinan baik di daerah hingga di tingkat pusat. Oleh sebab itu tak mengherankan apabila Jokowi memberi instruksi agar segera mengesahkan 'omnibus law' yang dapat membatalkan puluhan undang-undang lain yang dinilai dapat mengganggu investasi asing masuk ke Indonesia. 

Jokowi terlihat begitu buru-buru menyederhanakan peraturan itu karena neraca perdagangan Indonesia selama ini kerap defisit. Bahkan, Jokowi turut memberi instruksi yang tak masuk akal. Apa itu?

Baca Juga: KPK Bantah Pengusutan Korupsi di Meikarta Hambat Investasi

1. Jokowi instruksikan kepala daerah agar tutup dan segera tanda tangan dokumen perizinan untuk calon investor

Presiden Joko "Jokowi" Widodo (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Salah satu instruksi Jokowi yang membuat dahi mengernyit yakni ia meminta kepada daerah untuk mempermudah proses perizinan bagi calon investor. Namun, saking tidak perlu membuatnya lebih sulit, mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta agar para kepala daerah tutup mata saja. Asal dokumen yang mereka teken merupakan kertas perizinan bagi calon investor. 

"Saya titip kepala daerah kalau ada investasi yang orientasinya ekspor, sudah tutup mata saja, tanda tangan izinnya, secepat-cepatnya. Untuk urusan keamanan biar nanti diback up polres," kata dia di SICC pada Rabu kemarin. 

Jokowi bahkan meminta kepala daerah tak perlu banyak bertanya ke calon investor itu apa saja persyaratan yang telah mereka penuhi. Namun, yang dijadikan tanda tanya yakni kapan calon investor itu bisa berinvestasi di Indonesia. 

"Masalahnya, kalau isu pembebasan lahan sehingga current neraca (perdagangan) itu defisit, kalau dua itu rampung (dapat dituntaskan), maka berantem dengan negara lain kita berani. Tapi, kalau kedua (isu ini) belum diatasi maka sulit," tutur Jokowi. 

2. Korupsi dan pungli diakui Jokowi sebagai penyebab calon investor ogah berinvestasi di Indonesia

(Ilustrasi korupsi) IDN Times/Sukma Shakti

Uniknya, dalam pidatonya kemarin, Jokowi turut mengakui salah satu permasalahan besar yang menyebabkan perusahaan negara lain enggan berinvestasi di Tanah Air yakni akibat adanya korupsi dan pungli. 

"Kepastian hukum, tidak ada korupsi dan pungli juga penting," kata Jokowi. 

Namun, Jokowi lupa Undang-Undang baru KPK nomor 19 tahun 2019 melumpuhkan kewenangan komisi antirasuah untuk menangkap koruptor. Hal itu, pimpinan komisi antirasuah bukan lagi pihak tertinggi di dalam KPK. Pimpinan dengan kewenangan tertinggi ada di dewan pengawas yang anggotanya di periode pertama ditunjuk oleh presiden. 

Selain itu, hal lain yang menybebabkan KPK tak lagi punya gigi untuk menangkap koruptor yakni para pegawainya diubah menjadi PNS. Sebagai PNS, maka mereka harus bekerja sesuai dengan instruksi atasannya. 

Poin lain yang diakui Jokowi di mana Indonesia lemah yakni soal persepsi bahwa situasi di Tanah Air aman. Di sini lah, kata mantan Wali Kota Solo itu, peran TNI dan Polri menjadi penting. 

"Jangan sampai dipotret dari luar negara dianggap tidak aman, berbahaya sekali," kata Jokowi. 

Baca Juga: KPK Minta BUMN Berhati-Hati Ketika Terima Investasi dari Tiongkok 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya