TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lembaga Eijkman Belum Temukan Mutasi Baru Virus Corona Masuk Indonesia

Mutasi yang sudah ditemukan D614G yang muncul di Malaysia

Ilustrasi Lembaga Eijkman (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Kepala Lembaga Biologi Molekular Ejikman Amin Soebandrio mengatakan, hingga kini belum ditemukan varian baru virus corona yang masuk ke Indonesia. Hal ini diketahui melalui surveilans genomika yang dilakukan Desember 2020 lalu dan hasilnya dilaporkan ke GISAID. 

"Mudah-mudahan sih tidak ada tapi kita tetap harus mengawasinya (mutasi corona masuk ke Indonesia)," ungkap Amin ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon, Selasa (19/1/2021). 

Ia menjelaskan, sejauh ini mutasi corona yang masuk ke Indonesia adalah varian D614G yang kali pertama muncul di Malaysia. Ketika itu, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengatakan, mutasi virus tersebut bisa 10 kali lebih menular dan lebih mudah disebarkan oleh orang yang terinfeksi.

Berdasarkan data yang dikutip dari akun media sosial ahli biologi molekuler, Riza Putranto, varian D614G ini sudah masuk ke Indonesia sejak April 2020. 

Ia pun turut memaparkan, berdasarkan data dari GISAID, platform yang bisa diakses oleh publik mengenai data genom virus, terdapat 221 genom penuh Sars-CoV-2 asal Indonesia. Ini merupakan data GISAID per Senin, 18 Januari 2021 pukul 18.21 WIB. 

Dari data itu, diketahui 2.398 jumlah mutasi Sars-CoV-2 di Indonesia periode Maret 2020 hingga Januari 2021. "Hingga kini, 69 persen varian Sars-CoV-2 di Indonesia masih varian dominan D614G yang sudah terdeteksi di Indonesia sejak April 2020," kata Riza.

Lalu, apa yang menyebabkan terjadinya lonjakan signifikan kasus COVID-19 pada awal 2021?

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Beberkan Tiga Fakta Varian Baru Virus Corona 

1. Eijkman sebut kasus COVID-19 melonjak di awal 2021 karena pergerakan manusia saat libur akhir tahun

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Saat dikonfirmasi soal melonjaknya kasus COVID-19 di awal 2021, Amin menjawab, tak yakin bila lonjakan itu disebabkan sudah masuknya varian baru virus corona. Bahkan, pada 16 Januari 2021 lalu, Indonesia mencatatkan rekor angka harian selama pandemik terjadi yaitu 14.224 kasus. Sedangkan angka kematian juga menembus rekor pada hari ini yaitu 308 jiwa. 

"Lebih banyak hal itu disebabkan karena perilaku manusia. Sama waktu (muncul varian) D641G itu, sempat ada kenaikan kasus lalu disimpulkan bukan itu penyebabnya, melainkan karena adanya pergerakan manusia," tutur Amin. 

Pergerakan manusia kembali tinggi ketika memasuki liburan akhir tahun 2020. Banyak warga yang menghabiskan waktu berliburnya ke Pulau Bali. 

Hal itu juga diakui oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Bahkan, ia mengakui kebijakan untuk membatasi pergerakan manusia seharusnya sudah diambil sebelum warga menghabiskan liburan Natal dan Tahun Baru 2021. 

Berdasarkan data yang ia miliki usai libur panjang, biasanya diikuti lonjakan kasus baru berkisar 30-40 persen. 

"Dulu BOR (bed of occupancy rate) rumah sakit masih bisa terisi bila terjadi kenaikan kasus 40 persen. Sekarang, BOR sudah terisi. Jadi, bila kasusnya naik, maka akan banyak tekanan ke tenaga medis. Padahal, tenaga medis adalah tentara untuk menghadapi perang ini," ungkap Budi pada 6 Januari 2021.

Selain itu, Budi mengaku ingin mencegah agar tidak ada lagi tenaga medis yang terpapar atau meninggal akibat COVID-19. Data yang dirilis oleh Lapor COVID-19 per Selasa (19/1/2021), sebanyak 643 tenaga kesehatan wafat akibat penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 itu. 

"Dua di antaranya adalah jenderal-jenderal. Jangan sampai pengorbanan mereka hilang begitu saja. Maka saya mengajak teman-teman ayo kita mengurangi mobilitas agar mengurangi kasus aktif usai liburan Natal dan tahun baru kemarin," katanya lagi. 

Budi yang sebelumnya menjabat Wakil Menteri BUMN menjelaskan, lonjakan kasus baru yang diprediksi terjadi pada pekan kedua dan ketiga Januari 2021 sudah tak bisa dihindari. Sebab, ia terpilih menjadi Menkes di saat warga sudah mulai berlibur. 

"Di mata saya sudah akan terjadi (lonjakan kasus), jadi lebih baik kita berkonsentrasi bagaimana menghadapi kalau itu terjadi," ungkapnya. 

2. Menkes Budi sebut lonjakan kasus COVID-19 terjadi karena warga enggan mengenakan masker

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Dok. Humas KPK)

Sementara, ketika berbicara di program Ngobrol Seru by IDN Times pada Minggu, 17 Januari 2021, Menkes Budi menilai lonjakan kasus harian yang terjadi saat ini bukan kesalahan 3T: testing-trancing-treatment. Namun, kesalahan orang tidak memakai masker.

"Ini kenapa sekarang naik, ini bukan salah testing-tracing-nya. Salah karena dulu orang-orang gak mau pakai masker jalan-jalan," ungkap Budi. 

Menurutnya, kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan turut memengaruhi penyebaran virus corona. Masyarakat perlu disiplin 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. 

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu mengatakan, saat ini strategi penanganan pandemik yang dilakukan oleh pemerintah telah mengikuti rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menyangkut empat hal. 

Pertama ialah pengetesan, pelacakan, dan isolasi. Strategi kedua ialah perawatan, dan ketiga vaksinasi.

"Yang keempat itu public health care system, itu perubahan perilaku. Harus pakai masker, harus jaga jarak, itu harus semuanya tergerak untuk itu," tegas Budi.

Baca Juga: Menkes Budi Buka-bukaan Bicara soal Penanganan Pandemik COVID-19 di RI

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya